SEBAGAI salah satu penduduk yang telah menetap di Belanda lebih dari lima tahun untuk menyelesaikan studi dan telah memiliki ijin tinggal, Jaehyun punya kesempatan menjadi warga negara Belanda dengan proses naturalisasi.
Sementara itu, karena di akta kelahiran tertulis bahwa ayahnya—yang tak pernah diketahui rupa dan rimbanya hingga kini—berdarah asli Belanda, Rose punya kesempatan menjadi warga negara Belanda melalui prosedur opsi.
Pengajuan dilakukan di Kotamadya.
Lebih dari separuh rangkaiannya hampir selesai setelah wara-wiri mengurus itu-ini selama nyaris dua bulan lamanya sejak tanah Belanda mereka pijaki.
Segalanya berjalan dengan tenang dan damai.
Dari menyewa flat di pinggir kota yang sedikit lebih luas dan nyaman untuk ditinggali berdua; membeli beberapa perabotan, bahan makanan, dan pakaian musim dingin; Jaehyun yang menjadi dokter magang di sebuah rumah sakit; Rose yang mengisi hari-harinya dengan memasak, menonton drama, menggambar, makan, tidur, dan menunggu Jaehyun pulang;
hingga mereka yang pada hari ini diagendakan menjalani pengambilan foto untuk kartu identitas resmi penduduk Belanda.
Duduk tegap di sebuah kursi dalam tampilan formal, Jaehyun menarik dua sudut bibirnya tepat pada hitungan ketiga aba-aba dari laki-laki paruh baya yang tengah memegang kamera di ujung sana.
Rose berdiri, memandangi, tersenyum manis manakala pandangan Jaehyun bergulir padanya, tetapi tidak saat ia duduk di kursi menggantikan posisi Jaehyun untuk dipotret.
Senyumannya datar. Hambar.
Pandangannya juga tak sehangat saat menatap Jaehyun. Malah cenderung kosong.
Oleh karena itu, Jaehyun minta tolong pada si pemotret agar memotret Rose satu kali lagi. Namun, sebelum itu, ia sempatkan untuk merapikan kerah kemeja yang Rose kenakan dan poni rambut Rose.
Tak lupa, ia menempati posisi di belakang bahu si pemotret, memandang dan tersenyum untuk memberi nyawa pada pandangan dan senyuman kekasihnya.
Sebentar lagi yang belum pasti kapan, sebagai satu langkah terakhir, upacara pelantikan kewarganegaraan akan diadakan.
Selain itu, perlahan-lahan, Rose telah berhasil melepas ketergantungan dari suntikan dan obat-obatan. Meski belum sepenuhnya, tetapi berkat penanganan dan arahan yang kerap Jaehyun berikan, ketika tidak mengkonsumsi morfin, Rose sudah tak lagi amat kesakitan.
Pun, sejauh ini, Rose masih aman dari kejaran polisi negaranya. Harapannya, setidaknya sampai nanti mereka resmi berganti warganegara, polisi tetap tidak akan menjangkau tempat di mana mereka berada.
Lalu, untuk merayakan hal-hal baik yang datang, mereka sepakat membuat pesta sederhana.
Malam ini. Di flat yang mereka sewa. Bertemankan piza dan soda di atas meja. Duduk berhadapan dengan beberapa batang lilin sebagai penerang supaya tercipta nuansa temaram penuh romantika. Menyalakan musik klasik dan berdansa mengikuti iramanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SERENADE IN E MINOR [END]
Fanficmemangnya, apa gunanya, sebagai manusia yang mengaku mencinta, ketika kekasihnya terluka, ia hanya sibuk menonton dan bertepuk tangan? [SERENADE IN E MINOR] by linasworld