Em7b5 \\ he was the one who hugged her before goodbye

599 115 56
                                    

SEBAGAI seorang manusia yang mengaku mencinta dan hendak pergi jauh meninggalkan kekasih tercinta, sudah bukan hal yang pantas dipertanyakan lagi apabila Jaehyun mendapati pagi itu berbeda dengan pagi-pagi sebelumnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

SEBAGAI seorang manusia yang mengaku mencinta dan hendak pergi jauh meninggalkan kekasih tercinta, sudah bukan hal yang pantas dipertanyakan lagi apabila Jaehyun mendapati pagi itu berbeda dengan pagi-pagi sebelumnya.

Sebagaimana langit di luar sana, ruang di dalam dada laki-laki itu pun sama mendungnya.

Tidak.

Di dalam meninggalkan, sebelum-sebelumnya tidak pernah terasa seberat ini.

Rose melepas keberangkatannya dengan senyuman, tetapi Jaehyun bahkan tidak bisa menerbitkan hal serupa barang sekali saja. Bibirnya menolak keras, sekalipun usahanya sama keras.

"Makanlah yang banyak, selagi ada. Di Belanda, kamu pasti kesulitan menemukan makanan yang cocok dengan lidahmu. Meskipun begitu, kamu tetap harus makan dengan baik di sana, Jaehyun."

Masakan yang lahir dari tangan kekasihnya ini masihlah favorit Jaehyun. Rasanya masih lezat, seperti biasa. Sebagai nilai tambah, Jaehyun hanya perlu duduk manis di tempatnya. Piring, sendok, nasi beserta teman-temannya, diambilkan. Dan, jangan lupakan senyuman yang setia menoreh di bibir manis yang mengambilkan.

Akan tetapi, tidak seperti biasa, dalam menyantap, Jaehyun tidaklah lahap.

Ada banyak jeda di sela-sela kegiatan makannya. Diadakan Jaehyun untuk memandang hidangan di meja makan, seringnya untuk memandang perempuan yang duduk di hadapan,

"Kamu juga harus makan, Rose."

"Ah! Aku bisa makan nanti, setelah kamu berangkat."

perempuan yang sepanjang ada di sana hanya memperhatikan Jaehyun makan dan sesekali menambahkan potongan sayur dan lauk untuk Jaehyun makan.

Selalu. Ia selalu tersenyum setiap kali mata mereka berdua bertatapan.

Seperti kesedihan atas perpisahan mereka hari ini hanya Jaehyun yang merasakan.

Namun, bukankah semua orang tahu, bahwa kekasih Jung Jaehyun ini adalah seorang lakon handal?

Memang benar tersenyum, tetapi siapa yang tahu, bahwa sesungguhnya, ketimbang Jaehyun, kesedihan justru lebih banyak dirasakan perempuan itu.

Maka, ketika tiba waktu di mana Jaehyun harus segera meninggalkan rumah ini sekaligus sang penghuni; ketika mereka berdiri berhadapan dengan Jaehyun yang melabuhkan sentuhan pada satu sisi wajah Rose, lalu berpesan,

"Aku berangkat, ya. Jaga dirimu baik-baik di sini. Makanlah dengan baik. Tidurlah dengan nyenyak. Aku akan baik-baik saja di sana. Kamu jangan terlalu mengkhawatirkan aku."

"Aku tahu. Berangkatlah!"

ketika mereka kemudian memeluk erat satu sama lain, dan Jaehyun mulai mengarak langkah menjauh setelah mengusap lembut surai panjang serta melabuhkan kecupan di dahi pemiliknya;

ketika koper digenggam, pintu ditutup, dan koridor sepi gedung ini dilewati; Jaehyun yang merasa perempuannya tidak baik-baik saja itu kemudian segera memutar balik langkah kakinya, berlari,

meninggalkan koper di depan pintu—di luar sana.

Pintu yang sempat ditutup, kembali dibuka. Rumah yang belum semenit ditinggalkan, kembali didatangi. Pun, perempuan yang melepas kepergiannya dengan senyuman dan yang sempat ia peluk erat barusan kembali dihampiri, 

diraih lengannya, didekap tubuhnya,

lebih erat dari sebelumnya.

"Kenapa, Jaehyun?"

Setelah nampak terkejut beberapa sekon, perempuan yang masih berdiri tak jauh dari pintu itu membalas pelukan Jaehyun.

"Aku merindukanmu."

Lantas, Jaehyun membisiki telinga yang berada tepat di dekat bibirnya.

"Aku pasti akan sangat merindukanmu di sana, Rose."

Memeluk semakin erat, seperti Jaehyun ingin menenggelamkan tubuh sang kekasih ke dalam dirinya.

"Kalau begitu cepatlah kembali!"

Menatap begitu lekat, seperti Jaehyun ingin menenggelamkan bayangan sang kekasih ke dalam bola matanya.

Dekapan tak sepenuhnya dilepaskan. Jaehyun hanya menciptakan sedikit jarak, sementara tubuh Rose masih berada dalam rengkuhan kedua lengannya.

"Akan kulakukan. Sedikit lagi, studiku akan selesai sedikit lagi. Setelah selesai, aku janji akan langsung kembali."

Dahi yang satu bersenggama dengan dahi yang lain. Tangan Jaehyun yang satu melepas rengkuhan, berangkat dari sebuah pinggang menuju sebuah pipi—disentuhnya, diusapnya sembab di sana sekalipun senyuman masih sanggup terbit dari bibir sang pemilik.

"Bertahanlah sebentar lagi, Rose! Susahmu, sedihmu, sakitmu, aku berjanji akan membayar semuanya."

Sibuk menyeka air mata yang jatuh dari pelupuk mata sang kekasih, Jaehyun lupa menyeka air mata yang jatuh dari pelupuknya sendiri.

Pada suatu masa di mana semuanya sungguh-sungguh ditinggalkan, Jaehyun bukan hanya membawa sebuah harapan tetapi juga bayangan;

banyak bayangan, tetapi yang paling membayangi langkah-langkah Jaehyun kemudian adalah bayangan tentang seorang laki-laki yang mendatangi dan memasuki pintu rumah kekasihnya, selepas ia pergi.

Sebab, di lorong sepi, sempat terjadi papasan di antara yang datang dengan yang pergi.

Dan, sebagai yang pergi tapi belum sepenuhnya pergi, Jaehyun yang masih berdiri untuk menunggu pintu lift tertutup masa itu ....

"Masuklah."

... menyaksikan langsung adegan di mana yang datang dipersilakan.

[]

[]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Em7b5
\\ he was the one who hugged her before goodbye \\



[SERENADE IN E MINOR]
by
linasworld

***


notes:
sedikit lagi selesai, sabar ya barudaks
lope sekebonnn pokona mah
buat yang udah ramein work ini

:) 


SERENADE IN E MINOR [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang