Em6 \\ she was the one who asked him to look properly

871 147 25
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


SEBAGAI seseorang yang diajak berkencan secara tiba-tiba, kepada perempuan yang bicara di bawah ledakan kembang api malam itu, sudah pasti Jaehyun ingin menanyakan beberapa.

"Kamu menyukaiku?"

Sebab mereka, selama saling mengenal, tidak pernah satu kalipun membicarakan perihal rasa. Aneh saja, kalau Jaehyun langsung menerima tanpa mengorek alasan dan sebagainya.

Lagipula, yakin, Jaehyun sendiri tidak memiliki rasa terhadap perempuan itu dan tidak ada niat untuk mengencaninya.

Selain itu, romansa belum berterima menjadi bagian dari gaya seorang Jung Jaehyun di usianya yang masih delapan belas. Ketimbang romansa, matematika-fisika-kimia terlihat jauh lebih cocok disebut sebagai gayanya.

Dan lagi, jujur saja, ia tidak suka perempuan bodoh, cerewet, dan punya banyak teman laki-laki seperti Roseanne Park ini—meskipun poin terakhir terdengar naif karena retorisnya, laki-laki mana yang tidak mau dekat dan berteman dengan perempuan cantik.

Maka, apabila ada alasan kuat datang dari pihak sana, Jaehyun mungkin akan sedikit mempertimbangkan perihal menolak-menerima.

"Mmm. Mungkin, iya."

Sayangnya, bicara perempuan yang berjalan di sebelahnya dalam rangka pulang dari pusat kota sekarang ini justru terdengar ragu.

"Mengapa mengajakku berkencan, kalau kamu sendiri tidak yakin dengan perasaanmu? Buang-buang waktu dan energi saja."

Melangkah lebar tapi pelan, mengantongi kedua tangan, menatap ke depan. Jaehyun bicara seperti biasanya, tidak enak didengarkan dan seperti menusuk tepat sasaran.

"Bukan begitu. Hanya saja, sebentar lagi aku akan masuk agensi dan menjadi aktris. Teman-teman bilang akan sulit untuk berkencan kalau nanti sudah jadi aktris besar. Aku belum pernah berpacaran sebelumnya. Jadi sebelum pacaran menjadi hal yang merepotkan, aku ingin mencobanya, setidaknya sekali saja."

Seperti telah terbiasa. Rose tidak banyak mempermasalahkan cara Jaehyun bicara. Ia tetap menjadi dirinya yang banyak bicara, antusias ketika bercerita, menatap sang lawan bicara—dalam hal ini berusaha menyamakan langkah dengan Jaehyun dan sedikit mendongak agar bisa melihat wajah Jaehyun.

"Kalau begitu, cobalah dengan orang lain."

"Tidak mau."

"Kenapa?"

"Karena orang lain belum tentu setampan kamu. Aku cantik, kamu tampan. Jadi, kita cocok dan seimbang. Bukankah begitu?"

Jaehyun alihkan pandang dari trotoar jalan menuju perempuan cerewet di sebelahnya, hanya sejenak, hanya sampai ia bisa mengatakan, "Kurasa tidak begitu."

Pandangan Jaehyun kembali jatuh horizontal, tetap lurus meski Rose terus memintanya berbelok.

"Hei, aku betulan cantik. Ibuku bilang begitu. Semua orang pun bilang aku cantik. Kamu, lihatlah aku dengan benar! Lihat ke sini! Lihat! Lihat, Jaehyun!"

Sedikit berlarian, sambil melompat-lompat pelan, berusaha membuat Jaehyun melihatnya dengan cara menyembulkan kepala di depan wajah laki-laki itu, tetapi Jaehyun terus saja menyingkir ke samping.

Jaehyun tidak tega kalau harus mendorong perempuan di sebelahnya agar menyingkir. Takut Rose terjatuh. Meski pada akhirnya tidak dilakukan pun Rose tetap hampir terjatuh. Kalau saja, tangan Jaehyun tidak sigap meraih lengan Rose, sekarang, perempuan itu sudah dipastikan menghantam paving trotoar.

"Perhatikan langkahmu kalau tidak ingin wajah cantikmu itu lecet!"

Hanya sebuah cengiran yang Jaehyun terima sehabis memberi peringatan. Rose adalah perempuan ngeyel. Satu peringatan tidak cukup mempan. Jaehyun tahu, maka genggaman dialihkan dari lengan menuju ransel perempuan itu.

Tujuannya dua, agar dia aman dan juga nyaman karena beban di pundaknya sekarang menjadi agak sedikit ringan.

"Kalau begitu kamu setuju untuk pacaran denganku?"

"Mengapa pula aku harus setuju?"

"Karena kamu bilang aku cantik."

"Kapan aku mengatakan itu?"

"Barusan. 'Perhatikan langkahmu kalau tidak ingin wajah cantikmu itu lecet'. Ingat? Wa-jah Can-tik-mu!"

Jaehyun juga mulai melangkah sedikit lebih lamban, mulai sesekali menoleh, memandang perempuan yang diakuinya cantik meski tidak gamblang, dan mulai 'melihat' dengan benar;

seperti yang dimintakan.

[]

                []

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Em6
// she was the one who asked him to look properly //


[SERENADE IN E MINOR]
by linasworld


***

SERENADE IN E MINOR [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang