Em9 \\ he was the one who realized his lover was a mess

654 116 33
                                    

                SEBAGAI manusia yang baru saja mereguk malam penuh kehangatan dengan kekasihnya, setelah sekian lama hanya menemui malam-malam dingin di Belanda, 

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

SEBAGAI manusia yang baru saja mereguk malam penuh kehangatan dengan kekasihnya, setelah sekian lama hanya menemui malam-malam dingin di Belanda, 

adalah wajar apabila di antara busa-busa sabun ditemukan sisa-sisa senyum di wajah Jaehyun ketika tengah membasuh badan di kamar mandi sana.

Namun, deru air yang turun dari shower bath tak sepenuhnya menulikan pendengaran laki-laki itu,

"Kamu pikir sudah membayar semuanya?! Tidak! Sampai kamu mati pun, hutangmu padaku tidak akan pernah lunas terbayar."

sehingga keributan di luar tetap sanggup telinganya dengar, kian jelas terdengar manakala kran air segera ia matikan.

"Apa harus kusebutkan satu-satu apa kontribusiku hingga kamu bisa seperti sekarang?! Hah?! Dasar anak tidak tahu terima kasih!"

Kegiatan mandi diusaikan. Dengan hanya mengenakan celana panjang tanpa sempat mengambil atasan, Jaehyun keluar dari sebuah kamar.

"Memangnya aku ingin jadi seperti ini? Memangnya aku minta dijadikan seperti aku yang sekarang?! Tidak! Ibu yang mendorongku untuk terus melakukannya. Demi memuaskan ambisi Ibu menjadi orang kaya, Ibu melakukan segalanya untuk menjadikanku seorang aktris. Aku hanya ... aku hanya tidak lebih dari sekedar ... sapi perahmu."

Menyaksikan dua perempuan tengah beradu omongan, menyaksikan di penghujung bicara, perempuannya dihadiahi sebuah tamparan, kontan, Jaehyun melesat menghampiri mereka.

"Bibi? Apa yang Bibi lakukan?"

Jaehyun raih dan bentengi perempuannya, kala-kala hal yang lebih buruk lahir dari tangan manusia yang sama.

"Cih! Kamu menyimpan benalu sekarang? Makanya enggan memberiku uang?! Benalu ini meracuni akal sehatmu?! Merayumu?! Atau memerasmu?!"

Namun, ternyata, mulut itu dapat pula melahirkan hal yang lebih keji.

Perempuannya sukses Jaehyun bentengi; tetapi tidak dengan jajaran piala, tropi, sertifikat penghargaan yang tersusun rapi di etalase. Mereka, adalah sasaran empuk sebuah amuk, sebagian besar berakhir remuk,

barangkali seluruhnya akan bernasib sama, akan tak tersisa satupun bilamana Rose tak segera masuk ke kamar dan keluar membawa apa yang si pengamuk mau.

Sebuah kartu debet berisi sejumlah uang, dilemparkan.

"Pergi. Ini yang terakhir. Jangan datang menemuiku lagi. Suruh suamimu bekerja dan mintalah uang padanya. Aku akan berhenti jadi aktris."

Perempuan yang tak lagi muda itu tertawa, mengipas-kipaskan di depan wajah sumringahnya kartu debet yang baru saja ia pungut, "Anak baik. Aku akan datang lagi. Tunggu, ya."

"Kubilang jangan datang lagi! Atau, kamu akan menemukanku sebagai mayat."

"Dengan senang hati, akan kusiapkan petinya. Hahaha!"

SERENADE IN E MINOR [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang