Cafe
Sooya dan Sejong akhirnya memutuskan untuk makan di sebuah cafe yang letaknya tidak jauh dari rumah sakit. mereka pun memesan makanan dan minuman untuk menu makan siang mereka. sambil menunggu pesanan mereka datang, mereka saling bertukar cerita satu sama lainnya. mereka terbiasa bercerita satu sama lainnya tentang kehidupan mereka, tidak ada satupun hal yang mereka sembunyikan. termasuk tentang apa yang terjadi dalam satu minggu kebelakang, Sejong yang mendengar cerita dari kekasihnya Namjon pun mencoba mengkofirmasi kepada Sooya.
"Soo... apa tidak ada yang ingin kau ceritakan padaku." tanya Sejong yang terus menatap mata Sooya.
"heh.. aku tau apa maksud dan arah dari pertanyaanmu itu Sejong-ah, kau tenang saja aku sudah tidak apa-apa. kau tidak perlu khawatir padaku." jawab Sooya sambal tersenyum kecut.
"lalu bagaimana perasaanmu sekarang, melihat dia ada di hadapanmu Soo.. apa kau membencinya atau apa.." tanya Sejong lagi yang penasaran.
"entahlah.. aku sendiri tidak tau apa yang aku rasakan saat ini, dan kau tau setelah ini aku akan bertugas di ICU, dimana orang itu berada sekarang. kau pasti bisa menebak bagaimana perasaan ku Sejong-ah." ucap Sooya frustasi.
Pembicaraan mereka pun sempat terhenti sebentar karena kedatangan seorang waiter yang mengantarkan pesanan mereka. Sooya dan Sejong pun tidak bicara lagi, mereka berdua pun menikmati makan siang mereka.
"Sooya.. bagaimana dengan keluarga angkatmu apa mereka sudah tau tentang Seokjin."
"aku rasa belum, dan aku harap juga mereka tidak perlu tau soal itu, karena aku tidak ingin mereka menjadi khawatir lagi. aku sudah terlalu banyak merepotkan mereka Sejong-ah." ucap Sooya penuh harap dia benar-benar tidak ingin keluarga yang sudah baik kepadanya itu menjadi terbebani.
Saat ini mereka sudah dalam perjalanan Kembali ke rumah sakit. Menghabiskan waktu dengan sahabatnya walau hanya sekedar makan siang saja, tapi nyatanya mampu sedikit menghilangkan rasa gelisah dalam dirinya.
Akan tetapi rasa itu dating lagi, Rasa gelisah itu semakin menjadi dalam dirinya, ketika Sooya sekarang sudah berdiri di depan pintu ruang ICU. Entah mengapa Sooya menjadi sedikit ragu, ia masih menatap pintu putih yang ada di hadapannya.
'kamu harus kuat Sooya, profesional lah anggap saja dia pasien biasa sama seperti yang lainnya' gumam Sooya dalam hati.
"Huuuffttt..." Hembusan nafas Sooya terdengar sangat berat, seolah sekarang ada beban berat di pundaknya.
Dengan langkah pelan akhirnya Sooya memasuki ruangan itu, ia pun segera mengganti pakaiannya dengan pakaian khusus. Saat berada di ruang ICU baik dokter maupun perawat harus mengganti pakaiannya dengan yang lebih steril.
Sooya pun memulai mengecek satu persatu keadaan pasien yang berada disana, ia melihat ke arah pasien sambil terus mendengarkan data grafik pasien yang sedang di bacakan oleh seorang perawat. Sooya sesekali memeriksa pasien-pasiennya dengan menyentuhnya . Ia juga memberikan instruksi kepada perawat tindakan apa yang harus di berikan.
Ranjang pasien terakhir adalah milik Seokjin. Jika tadi pada pasien-pasien sebelumnya Sooya memeriksa mereka dengan menyentuhnya atau menggunakan stetoskop miliknya. Tapi berada di hadapan Seokjin yang tengah berbaring tidak sadarkan diri, Sooya hanya mampu terdiam mematung. Bahkan ia tidak mendengar statistik yang tengah di bacakan oleh perawat.
Sooya terus saja memandang wajah yang sudah lama tak pernah ia jumpai. Ia terus memperhatikan Seokjin yang tengah berbaring di ranjang pasien, dengan pandangan yang sulit orang lain pahami. Kini fokusnya melihat ke arah monitor, ia terus melihat monitor dan wajah Seokjin secara bergantian seolah bertanya sesuatu.
KAMU SEDANG MEMBACA
HURT || JINSOO [Hiatus]
RomanceBagaimana perasaan kalian jika di pertemukan lagi dengan orang yang sudah memberikan luka, trauma bahkan membuat depresi dalam hidup kalian.. marah... benci... nangis... atau apa??!!! itulah yang di alami oleh Kim Jisoo atau yang akrab di panggil so...