⭐ 18

207 18 6
                                    

Setelah selesai melakukan kunjungan ke bangsal - bangsal pasien bersama dokter Seon Ho, kini Sooya telah kembali ke ruang kerjanya. Ia akan memeriksa beberapa pekerjaan tentang kondisi pasien - pasiennya, sebelum waktu pulang tiba. Saat Sooya tengah serius dengan dokumen - dokumen yang ada di hadapannya, terdengar pintu ruang kerjanya diketuk oleh seseorang dari luar.

"Masuk."

"Permisi dokter, di luar ada keluarga pasien yang bernama Seokjin ingin bertemu. Kata mereka dokter Sooya memang memanggil mereka untuk datang." ucap seorang perawat.

"Ah.. iya saya memang memanggil mereka, persilahkan mereka untuk masuk. Dan tolong bawakan saya dokumen yang berkaitan dengan pasien yang bernama Seokjin ya sus."

"Baik dokter." perawat itupun keluar dan mempersilahkan para tamu yang sudah menunggu untuk masuk.

"Silahkan duduk terlebih dahulu." ucap Sooya yang sedang membereskan dokumen yang tidak sengaja ia jatuhkan.

Saat Sooya kembali ke posisi semula, baru ia bisa melihat siapa yang datang. Betapa terkejutnya dia di sana, selain Jungkook dan Jenni ia disana juga melihat Yonggi dan Hoseok. Sooya tidak menyangka kedua sahabat dari Seokjin itu juga ikut hadir, padahal yang dia panggil hanya kedua adik dari Seokjin saja. Jujur Sooya masih sedikit canggung bila bertemu dengan kedua sahabat Seokjin itu.

"Eonni ada apa kau memanggilku dan Jungkook, Seokjin oppa baik - baik saja bukan. Tidak ada hal buruk yang terjadi kepadanya kan eonni." ucap Jenni sambil terisak dia begitu khawatir kepada kakaknya itu. 

"Nunna tenanglah."

"Jenni tenangkan dirimu, kita dengarkan dulu apa kata dokter. Sooya bisa kau jelaskan ada apa sebenarnya." ucap Yonggi.

"Jenni tenaglah, keadaan Seokjin baik - baik saja. Sebenarnya aku memanggil kalian karena ada yang ingin aku sampaikan, bahwa mulai sore ini Seokjin bisa di pindahkan ke ruang rawat biasa. Keadaanya sudah jauh lebih baik dan stabil, walau dia harus tetap dalam pengawasan khusus. Akan tetapi sejauh ini sudah tidak ada keadaan serius yang perlu dikhawatirkan, hanya memberikan perhatian lebih pada luka yang ada di dada dan menunggunya sadar." Jelas Sooya.

"Benarkah itu nunna, Seokjin hyung sudah bisa di pindahkan." tanya Jungkook, Sooya pun mengangguk untuk menjawabnya.

Jenni pun bisa bernafas lega, dia segera menghapus airmatanya yang sudah menetes sejak tadi. Dia sangat bersyukur kakaknya itu bisa bertahan, bahkan membaik kondisinya setelah lebih dari dua bulan lamanya berjuang di ruang ICU.

"Lalu apa ada indikasi lain yang belum kami ketahui sebagai keluarganya Sooya." tanya Yonggi.

"hmm... selain dada yang mengalami trauma karena benturan, ada satu lagi." Sooya melihat keempat tamunya secara bergantian.

"Katakan saja Sooya apa itu, kami siap mendengarkannya." sahut Hosoek yang sejak tadi terdiam, karena ia sedikit terkejut mendapati Sooya ada di hadapannya. Sosok yang selama ini ia cari untuk membantu sahabatnya Seokjin.

"jadi.. selain dada yang mengalami benturan keras, kaki Seokjin juga mengalaminya bahkan posisinya sedikit terjepit waktu itu. Jadi nanti ketika dia sadar, anggota tubuh pinggang ke bawah akan memerlukan waktu sedikit lama untuk bisa lagi berfungsi seperti semula. Selain yang aku katakan tadi, hal itu juga disebabkan oleh kondisinya yang mengalami koma cukup lama. Jadi saranku kalian harus ekstra bersabar ketika menghadapinya, karena pasien yang mengalami itu cenderung emosinya ikut tidak stabil. Dan cenderung merasa putus asa dengan kondisinya." jelas Sooya.

"Jadi dengan kata lain Seokjin oppa akan lumpuh begitu eonni."

"Kelumpuhan ini hanya bersifat sementara Jen, bukan berarti selamanya. Proses penyembuhannya bisa lebih cepat, tapi semua itu tergantung dari semangat dan kemauan pasien untuk sembuh. Jadi kuharap kalian semua bisa ikut membantu dengan memberinya semangat." ucap Sooya.

Setelah mendapatkan penjelasan dari Sooya, Jenni dan Hosoek keluar dari ruangan itu untuk mengurus administrasi kepindahan Seokjin. Jungkook juga ikut keluar untuk menerima telepon dari temannya, tinggallah di ruangan itu hanya ada Sooya bersama dengan Yonggi.

"Sooya.. aku harap setelah ini kau tidak lagi menjauh dari Seokjin, karena bagaimanapun keadaannya seperti ini ada kaitannya denganmu." ucap Yonggi yang memecah keheningan, karena sempat beberapa saat lamanya mereka berdua hanya diam saja.

"Aku akan menjadi dokter dan merawatnya hanya sampai dia tersadar dari komanya. Setelah itu dia akan di rawat oleh dokter yang lain." jawab Sooya.  

***

Saat ini Sooya sudah berada di aparteman miliknya, ia sedang bersiap untuk pergi makan malam ke rumah orang tua angkatnya. Sebenarnya Sooya tidak ingin datang, akan tetapi ia terlanjur berjanji kepada sang papa, jadi mau tidak mau dia harus menepatinya. 

Sooya terlihat cantik karena mengenakan dres berwarna nude dengan sedikit motif bunga. Wajahnya juga sudah terlihat fresh tidak terlihat sama sekali kelelahan, walau sebenarnya ia cukup lelah karena kegiatannya di rumah sakit hari ini. Sooya yang sudah membawa tasnya keluar dari unit apartemennya menuju lift untuk turun ke basement.

"Sooya.."

"Eoh.. dokter Seon Ho, anda juga tinggal di gedung apartemen ini juga." Ucap Sooya yang sudah masuk di dalam lift.

"Rupanya kau tinggal disini tidak bersama dengan om Seo Jun ternyata, apa tadi itu lantai apartemenmu." Sooya pun mengangguk menjawab pertanyaan dari dokter Seon Ho.

"Ngomong - ngomong kau akan pergi kemana."

"Ah... Bukankah tadi pagi dokter Seon Ho mendengar papaku memintaku untuk datang makan malam di rumahnya, waktu di ruangan Jimin disana juga ada dokter bukan." Jawab Sooya.

"Sooya bisakah kau tidak memanggilku dokter, kita berdua sedang tidak berada di rumah sakit. Jadi jangan terlalu kaku untuk memanggilku." Ucap Seon.

"Lantas aku harus memanggil dengan apa."

"Terserah kau saja, ehmm.. bukankah kita akan ke tempat yang sama. Bagaimana kalau kita berangkat bersama. Aku juga belum tau betul daerah sini, walau dulu waktu kecil aku pernah tinggal disini tapi sepertinya banyak yang berubah." Sooya berpikir sejenak tentang ajakan itu.

"Itung - itung kau membantuku sekalian berkeliling, jadi aku tidak perlu menggunakan gps lagi nanti." Sambung Seon Ho.

Setelah berpikir akhirnya Sooya mengiyakan ajakan dari dokter yang baru bekerja hari ini di rumah sakit papa angkatnya itu. Sooya pun berangkat menuju rumah orang tuanya dengan menggunakan mobil dari dokter Seon Ho. Mereka sempat berhenti sejenak di kios buah dan kue untuk di bawa ke rumah sang papa.

Setelah menempuh perjalanan kurang lebih empat puluh lima menit, akhirnya Sooya dan Seon Ho telah sampai di kediaman tuan Park. Kedatangan mereka berdua di sambut langsung oleh nyonya Park.

"Sayang... Mama sudah menunggu kamu sejak tadi, kenapa baru sampai sekarang." Ucap sang mama sambil memeluk putri angkatnya itu.

"Maaf ma.. tadi Sooya mampir sebentar untuk membeli kue dan buah ini."

"Eoh... Bukan kah kau Seon Ho, putra dari sahabat suamiku." Ucap nyonya Park saat melihat kehadiran seseorang di samping Sooya.

"Ya Tante.. apa kabarnya." Seon Ho pun mengulurkan tangannya untuk berjabatan

"Wah kau semakin tampan dan dewasa. Kalau begitu ayo kita langsung masuk saja ya." Ajak nyonya Park.

"Eonni..." Lisa langsung berlari memeluk Sooya begitu melihatnya.

"Ya.. Lisa hentikan, eonnimu bisa sesak nafas kalau kau memeluknya seperti itu." Ucap tuan Park.

"Eonni.. dia siapa, apa dia kekasih eonni." Sooya spontan memukul lengan Lisa.

"Ach... Sakit eonni, lantas dia siapa. Kenapa eonni bisa datang bersamanya." Ucap Lisa sambil mengelus lengan yang kena pukul tadi.

"Ya ngomong - ngomong kenapa kalian bisa datang bersama." Tanya Jimin.

Seon Ho pun menjelaskan kenapa dia bisa datang bersama dengan Sooya ke rumah itu. Saat mendengar penjelasan dari Seon Ho terlihat tuan dan nyonya Park tersenyum tipis mendengarnya.

"Mungkin ini sudah jalannya.." batin tuan Park.

********

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 08 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

HURT || JINSOO [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang