"Sooya apa aku boleh bertanya sesuatu padamu, apa kau yakin dengan benar kalau Seokjin yang melakukan itu kepadamu. Tidakkah kau mempunyai pemikiran lain mungkin.""Kalau bukan dia siapa lagi Sejong. Dia yang menghubungi dan memintaku datang pada malam itu." Dada Sooya terasa sesak ketika mengingat kejadian itu.
"Tapi Sooya bukankah kau juga mengatakan bahwa Seokjin tiba-tiba saja menghilang sehari sebelumnya. Aku bukannya mau mem-".
"Sudahlah Sejong aku tidak ingin membahas itu. Hati ku masih terasa sangat sakit mengingatnya. Dia sudah menghancurkan hidupku." Sooya menangis sesenggukan.
"Kalau kau merasa dia penghancur hidupmu. Lalu apa yang kau lakukan sekarang Sooya. Apa maksud dan tujuanmu dengan merawat dia." Sejong merasa sedikit tidak memahami pola pikir sahabatnya ini.
"Aku hanya menjalankan kewajibanku sebagai seorang dokter. Dan berusaha memenuhi janjiku kepadanya."
"Jangan coba bohongi perasaanmu sendiri Sooya. Kau masih peduli terhadapnya, itu sama artinya kau masih menyimpan perasaan untuknya bukan." Sejong ingin memastikan sesuatu dibalik perbuatan Sooya. Apakah memang tulus ingin menolong atau ada maksud lain yang tersembunyi.
"Tidak, Aku membencinya. Aku sangat sangat membencinya. Dia adalah orang yang aku benci dalam hidupku." Tegas Sooya.
"Apa kau yakin."
"Aku sangat yakin dengan hatiku. Tidak ada sisa perasaan sedikitpun terhadapnya. Yang ada hanya rasa benci, hanya rasa benci untuk dirinya."
Mendengar ucapan dari sahabatnya itu, Sejong hanya mampu menghela nafasnya. Sejong sangat paham dengan apa yang dirasakan oleh Sooya. Bagaimanapun yang dikatakan Sooya itu benar adanya, hidupnya menjadi hancur sejak malam itu. Bahkan ia harus mengalami depresi akibat kejadian itu. Tapi di satu sisi Sejong tidak ingin sahabatnya ini terus-menerus hidup dengan masa lalu yang penuh dengan kebencian terhadap sesuatu yang belum pasti, bisa saja rasa benci itu menjadi perbuatan yang salah suatu saat nanti.
***
Setelah merawat sahabatnya yang sedang sakit di rumahnya. Sooya harus segera berpamitan untuk pulang, ia harus segera bersiap ke rumah sakit kerena sebentar lagi sudah waktunya ia masuk bekerja. Sooya juga sudah mengirim pesan kepada Namjoon, untuk datang mengunjungi kekasihnya yang sedang sakit. Tidak bisa dipungkiri ia sedikit khawatir dengan kondisi sahabatnya yang harus sendirian dalam keadaan sakit.
TING
{Sooya bisakah kau menemuiku terlebih dahulu sebelum mulai bekerja nanti.}Saat dalam perjalanan ia menerima sebuah pesan dari Jimin yang meminta untuk menemuinya terlebih dahulu begitu dirinya sampai dirumah sakit. Ketika membaca pesan itu, terus terang Sooya bertanya - tanya dalam hatinya ada keperluan apa Jimin memanggilnya. Ada rasa gelisah dalam dirinya, tapi Sooya tidak bisa menebak itu berkaitan tentang apa.
Begitu sampai di rumah sakit, Sooya segera menuju ke ruangan kerja Jimin. Namun langkahnya dihentikan oleh panggilan seseorang.
"Eonni.. tunggu sebentar Sooya eonni."
Mendengar namanya dipanggil, Sooya pun menghentikan langkahnya. Ternyata yang memanggilnya adalah Rose. Sedang apa Rose dirumah sakit, apa dia baru saja menemui Jimin. Tapi kenapa Sooya melihat Rose datang dari arah yang lain.
"Eoh... Rose sedang apa kau disini, apa kau baru saja menemui Jimin." Tanya Sooya langsung begitu Rose sudah berada dekat dengannya.
"Aku sudah bertemu dengannya tadi eonni, aku berada disini karena menemani temanku yang sedang menjenguk kakaknya." Sooya pun mengangguk mengerti mendengar itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
HURT || JINSOO [Hiatus]
RomanceBagaimana perasaan kalian jika di pertemukan lagi dengan orang yang sudah memberikan luka, trauma bahkan membuat depresi dalam hidup kalian.. marah... benci... nangis... atau apa??!!! itulah yang di alami oleh Kim Jisoo atau yang akrab di panggil so...