⭐ 13

128 16 2
                                    


"seandainya kalau aku bisa memilih, lebih baik kita menjadi asing satu sama lain oppa daripada harus kembali menjadi seperti dulu. rasanya itu terlalu sakit bagiku, mungkin aku tidak akan sanggup lagi menjalani untuk kedua kalinya.."

Setelah lelah mengajak bicara Seokjin dan mengungkapkan apa yang dirasakan hati kecilnya walau tidak mendapatkan respon sama sekali dari orang yang ia ajak bicara sejak tadi. Sooya yang sudah merasakan mengantuk dan lelah akhirnya tertidur tepat di samping ranjang Seokjin. Dengan posisi kepala yang berada dekat tangan Seokjin yang terpasang selang infus, Sooya terlihat lelap menuju alam mimpinya.

Pagi pun datang memberikan sinar hangatnya kepada semua orang. Aktivitas di rumah sakit itu mulai berjalan seperti biasanya. Kesibukan di ruang ICU pun mulai terlihat, tapi tidak dengan kedua orang yang semalam menghabiskan waktu bersama. Seokjin dan Sooya masih terlihat nyenyak dalam tidurnya, mereka masih terbuai dalam mimpi masing-masing yang entah berisi tentang apa.

Setiap pagi pasti selalu ada visit dokter yang akan berkeliling ke bangsal-bangsal pasien sesuai dengan tugasnya masing-masing. Pagi ini kebetulan yang akan melakukan visit di ruang ICU adalah Jimin. Ia harus melakukan pemeriksaan kepada pasien-pasien yang berada di dalam sana, terutama terhadap Seokjin yang kemarin sempat menurun kondisinya.

Betapa terkejutnya Jimin saat seorang suster membuka tirai yang berada di ranjang Seokjin, ia mendapati Sooya sedang terlelap dengan posisi seperti seorang keluarga yang menunggui kerabatnya yang sedang sakit.

"Apa semalam pasien kondisinya menurun lagi." tanya Jimin kepada suster yang berada disana sambal terus melihat ke arah Seokjin dan Sooya secara bergantian.

"tidak dokter, setelah kejadian itu tidak terjadi apapun terhadap pasien. Bahkan semalam kondisi pasien cenderung lebih tenang dan stabil dokter."

"Kami juga tidak tau kedatangan dokter Sooya kemari dok. Saat saya memeriksa kondisi semua pasien terakhir kalinya saya belum melihat keberadaan dokter Sooya." sambung perawat yang lainnya.

"sebenarnya apa yang sudah terjadi di antara kalian berdua di masa lalu." gumam Jimin dalam hati.

Jimin terus memperhatikan kedua orang yang ada di hadapannya, terlihat mereka sama sekali tidak terusik sejak tadi. Jimin terus diam dan mencoba menebak tentang yang sebenranya terjadi diantara pasiennya dan saudaranya ini. Namun Jimin harus segera membangunkan Sooya, agar ia bisa menjalankan tugasnya memeriksa pasien - pasiennya Kembali.

"Sooya bangun.. bangunlah sedang apa kau berada disini." ucap Jimin selembut mungkin.

Sooya yang merasa terganggu karena ada pergerakan di atas pundaknya pun bangun dari tidurnya dan mengerjapkan kedua matanya. Ia terlihat syok ketika mendapati keberadaannya disana telah di ketahui oleh banyak orang. Bahkan ia sekarang di kelilingi oleh beberapa perawat termasuk Jimin juga.

"eoh.. Jimin, sejak kapan kau berada disini."

"apa kau tidak melihat jam berapa sekarang, bahkan sekarang sudah hampir selesai pergantian shift para suster. Lagi pula apa yang kau lakukan disini, apa kau berada disini semenjak semalam." Sooya merasa gugup mendapatkan pertanyaan tersebut ia kemudian melihat ke arah jam tangannya, bagaimana mungkin ia bisa tertidur disini.

"ehmm.. aku semalam memeriksanya Kembali, aku sedikit khawatir kalau kondisinya Kembali menurun. Kalau begitu aku akan kembali keruanganku, silahkan menlanjutkan pemeriksaanmu Jimin." Sooya berusaha menutupi rasa gugupnya, namun ternyata usahanya tetap gagal.

"eoh.. Sooya tunggu sebentar. aku akan melakukan pemeriksaan lebih lengkap kepadanya, apa kau ingin ikut bergabung memeriksanya."

"Tidak perlu Jimin.. aku akan kembali keruanganku sekarang. Silahkan lakukan apa yang menurutmu baik." Sooya lantas langsung meninggalkan ruang ICU tersebut.

HURT || JINSOO [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang