Eps 2: Kebab

159 19 0
                                    

Pagi kembali datang di pulau ini untuk menyambut hari yang baru. Aku terbangun perlahan karena mendapat sinar matahari menusuk mataku melalui jendela. Sepertinya aku lupa untuk menutup tirainya kemarin malam. Ternyata aku masih berpakaian di dalam sweater oversize bergambar kucing dan celana pendek. Di kepalaku terbayang apa yang sudah terjadi kemarin, dan membuat wajahku sedikit memerah lagi. Itu baru pertama kalinya aku disentuh secara intim oleh seseorang setelah sekian lamanya..

PLAK!
Aku menampar kedua pipiku sendiri lumayan keras, menyadarkan diri agar tidak terlalu terjebak di dalam hal yang belum tentu akan berprogres kemana-mana.

Aku segera mandi di lantai bawah dan berganti baju ke hoodie biru pastel dan celana pendek hitam. Tidak lupa mengenakan bra untuk melakukan aktivitas di siang hari, sebagai pelindung. Setelah selesai mandi, ada aroma makanan yang menggoda hidung datang dari dapur. Aku segera berjalan ke dapur, "oh, tumben sekali kau sudah bangun? Margareth~"

Margareth yang sedang memasak membelakangiku menggunakan apron imut pink-nya, membalikkan wajahnya untuk menyeringai kepadaku sebentar. "Kalau kau yang memasak setiap hari, kau hanya akan masak varian makanan udang. Itu sangat membosankan."

"Apa itu salahku kalau aku tak tahu cara memasak hal lain?" Aku menopang daguku dengan tangan kanan. Mengamati bagaimana ia memasak dengan lihai di dapur. Sesekali rambut pendek sebahunya itu menutup matanya, ia merapikannya dengan meniup dan menyibak rambutnya.

"Apa? Kau akan menyalahkan kakak yang sibuk?" Margareth terkekeh, dan lagi-lagi merapikan rambutnya dengan sedikit terganggu. Aku tidak merespon kalimat sarkasmenya dan mencari ikat rambut. Ternyata ada di atas lemari es, aku mengambilnya dan segera mengikat rambut Margareth.

Margareth sedikit terkesiap, "terima kasih." Dirinya tersenyum ke arahku sejenak, lalu fokus lagi dengan masakannya.

"Tak masalah." Aku balas tersenyum, dan duduk di kursi makan. Menyalakan TV untuk mencari-cari tayangan yang seru dan menghibur. Tayangan yang pertama muncul adalah berita.. hmm tidak tertarik. Saat aku hendak memencet tombol lain di remote TV, berita tersebut ternyata mengabarkan tentang pembunuhan seorang pria. Aku tersadar itu adalah pria yang sama yang aku lihat kemarin malam.

Reporter wanita itu melaporkan bahwa ada beberapa bukti pembunuhan di gang sempit antara dua bangunan pabrik terbengkalai. Mayatnya ditemukan di tengah-tengah backstreet, dan semua anggota tubuhnya sudah dimutilasi. Namun, mereka tidak menunjukkannya dengan jelas di layar TV. Aku menghela napas lega, aku sangat tidak bisa menahan muntah bila menemukan jasad apapun. Mungkin karena kemarin malam perhatianku teralihkan oleh wanita itu, aku tidak terlalu fokus dengan perasaan mual.

"Bagaimanapun, ini pertama kalinya hal seperti ini terjadi di pulau ini. Tidak ada yang tahu siapa pembunuh ini, dan akan diinvestigasi lebih jauh oleh detektif dan kepolisian. Maka dari itu untuk sementara waktu, selama kasus ini belum ditutup, masyarakat sekitar dilarang untuk melewati jalan ini." Jelas reporter wanita yang melapor dari dekat tempat kejadian.

Aku mendesis sebal. Semua karena pembunuh mesum itu, sekarang aku tak dapat menikmati malam tenang disitu lagi. Aku berharap agar tidak bertemu dengannya lagi.

"Namun ada yang aneh di tempat kejadian, yaitu jejak tangan berdarah yang ada di dinding. Setelah melakukan penyelidikan lebih jauh, tidak ada sidik jari di dinding tersebut karena diduga pembunuhnya mengenakan sarung tangan saat menempelkan kedua tangannya di dinding. Dari sini diperkirakan pembunuhnya memiliki tinggi sekitar 170 cm bila dilihat dari posisi jejaknya." Lanjut reporter wanita. Kamera kemudian menunjukkan dinding backstreet di sebelah tikungan yang tajam. Astaga, itu adalah tempat dimana aku di-kabedon! Semoga aku tidak meninggalkan jejak seperti rambut rontok dan menjadi tersangka.

Backstreet RendezvousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang