Eps 13: Protect

51 12 0
                                    

Aku panik melihat sahabatku dikerubungi oleh enam pria itu. Aku berlari melewati rumahku, mengabaikan tujuan awalku untuk pulang. Kini aku ingin melindungi Tony terlebih dahulu. Walaupun aku sendiri tidak pernah belajar ilmu bela diri.

Tepat saat aku hendak menendang pantat salah satu pria tersebut dari belakang, pria itu sudah duluan tersungkur ke tanah. Seperti efek domino, satu persatu pria yang ada di situ semuanya tersungkur ke tanah, meringis kesakitan dan memegang selangkangan mereka. Aku menyadari bahwa Tony sudah lebih dulu menendang bola daging mereka. Aku kembali menurunkan kakiku yang sudah berada di udara. Berkedip-kedip untuk memastikan ini bukan tipuan mata.

Tony menyadari kehadiranku, matanya yang sudah besar semakin membesar saat melihatku. "Ayo pergi dari sini!" Ia berlari ke arahku, menarik tanganku sampai kami berdua menjauh dari keenam pria itu. Memasuki backstreet sehingga tubuh kami hilang dari pandangan mereka untuk sesaat.

Aku kesusahan menyeimbangkan diriku dengan kecepatan Tony. Tangan kiriku membawa kantung plastik berisi wadah plastik. Tak sengaja kantung plastik itu menabrak tikungan backstreet yang tajam saat kami berlari. Sehingga terjatuh ke tanah, mataku melotot saat menyadari itu. "Ton! Aku menjatuhkan barang! Berhenti!"

Tony sekarang ini memiliki bakat menjadi orang tuli. Masih menyeretku sampai kami berdua akhirnya keluar dari backstreet. Tidak berhenti di situ, kami masih berlari setelah sampai di Downtown Summer. Melewati air mancur yang memiliki patung matahari di atasnya. Hampir menabrak kelompok pemuda yang sedang mabuk. Tak sengaja Tony menginjak ekor seekor kucing. Sampai kami akhirnya memasuki sebuah restoran ramen, Tony melonggarkan pegangannya pada tanganku. Beberapa pasang mata menyambut kedatangan kami berdua. Napas kami tidak beraturan, keringat mengucur deras dari dahi, kaki sedikit bergemetar karena itu lumayan jarak yang jauh untuk ditempuh hanya dengan sepasang kaki manusia. Mengabaikan tatapan pelanggan lain, kami berjalan perlahan ke salah satu kursi yang ada di ujung. Duduk berseberangan.

"Huftt.. hah.." Aku menyeka keringat. "Kau gila? Aku sudah bilang kalau aku menjatuhkan barang. Bagaimana kalau mereka mengambilnya?!"

"Hah? Gawat.. gawat.. oh tidak." Tony menggigit kukunya yang panjang. Tidak seperti biasanya pria ini panik.

"Jelaskan padaku Ton. Kenapa mereka mengerubungimu seperti itu? Dan bagaimana kau bisa melakukan tendangan secepat itu?" Tanyaku.

"Aku belajar tendangan bela diri dari internet. Kau pikir wajah imut ini takkan ada bayarannya, huh?" Tony berpose sok imut dengan jarinya yang membentuk huruf v dan lidah yang sedikit menongol dari mulutnya. Aku memasang wajah datar. Ia lanjut menjelaskan, "aku selalu memiliki banyak 'penggemar' tentu saja aku harus bisa melindungi diriku sendiri. Dan mereka mengelilingiku karena.. huhu... arghh, gawat.. gawat.." Tony kembali menggigit kukunya.

Aku bingung, tidak ada kemajuan setiap kali aku mencoba membahas tentang enam pria itu. Segera aku menarik buku menu yang ada di meja. Semua makanannya hanya ramen. Jelas. Namanya restoran ramen. Padahal aku baru saja makan cup ramen instan kemarin malam. Tapi sungguh, aku lapar, dan satu-satunya cara untuk membuat Tony berbicara adalah dengan menyumpal mulutnya dengan makanan.

"Pesan yang mana?" Aku menyerahkan buku menu itu kepada Tony setelah aku sendiri memilih apa saja yang hendak kupesan.

"Ini, itu." Tony menunjukkan ramen dan minuman yang hendak ia pesan.

Aku mengangguk dan segera berjalan ke kasir, untuk memesan sekaligus membayar untuk makanan kami. Aku menerima nomer meja 57. Lalu berjalan kembali ke kursi, mendapati Tony sedang mengotak-atik ponselnya. Terlihat gelisah dan matanya memerah seperti hendak menangis. Aku tidak bisa tidak merasa khawatir. Tentu untuk membuat Tony menumpahkan semua tehnya, perlu dilakukan secara perlahan. Aku sudah menghadapinya selama beberapa tahun ini, bukan hal yang baru. Kesabaranku dalam menghadapi Tony lebih tebal daripada 50 lembar tisu.

Backstreet RendezvousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang