Eps 12: Weirdos

62 12 0
                                    

Pria-pria itu menatap ke arahku dengan tatapan yang sukar dijelaskan. Enam pria yang sedang duduk-duduk di pinggir jalan backstreet itu merokok juga minum kopi dari cangkir plastik. Memang backstreet ini merupakan jalan umum, tapi kenapa mereka baru berani untuk menongkrong di sini setelah satu tahun membiarkanku menjadi pemilik backstreet? Pengecut, merebut tempat berelaksasiku begitu saja.

Malam ini seperti malam lainnya, aku ingin bernapas udara segar di backstreet yang kelihatannya tidak memiliki suplai udara segar sama sekali karena itu merupakan jalan di antara dua pabrik terbengkalai. Siapapun dengan pemikiran normal tidak akan berpikir bahwa gang sempit seperti itu akan cocok untuk tempat berelaksasi. Tapi bagaimanapun juga aku sudah terbiasa berada di backstreet karena dua pabrik terbengkalai itu bukanlah hal yang harus ditakutkan. Aku tak pernah melihat penampakan hantu atau apapun itu, jadi itu hanya sugesti.

Aku berjalan melewati backstreet dengan canggung. Berpura-pura berjalan seolah tujuan awalku memang untuk pergi ke Downtown Summer. Padahal niat awalku adalah untuk duduk di batu besar. Tapi setelah melihat pria yang bongsor duduk di batu itu, aku mengerutkan kening dan berjalan melewati mereka tanpa peduli. Seharusnya hanya pantatku yang membekas di batu besar itu! Aku sedikit tidak terima tapi harus bagaimana lagi.

Setelah aku berhasil melewati mereka, aku melanjutkan perjalananku ke mulut gang di sisi lain. Backstreet ini sangat panjang, jadi tentu aku membutuhkan waktu untuk mencapai jalan utama. Tapi tiba-tiba salah satu dari mereka bersiul. Siulan kematian yang disebut catcall. "Jangan jalan sendirian, manis. Bahaya malam-malam." Setelah dia mengatakan itu, yang lain menyambutnya dengan tawa.

Aku mengabaikan mereka dan terus berjalan hingga sampai keluar backstreet. Aku mengambil napas dalam-dalam dan menggembungkan kedua pipiku, menyimpan oksigen itu lebih lama di pipi. Rasanya kesal sekali, aku ingin mengamuk tadi tapi aku sadar diri bahwa aku hanya akan menjadi bahan candaan.

Akhirnya aku memutuskan untuk membeli dua cup ramen instan dan dua minuman soda dari minimarket terdekat yang buka 24 jam. Aku masuk ke dalam minimarket dan langsung disambut oleh kasir yang ramah. Dengan cepat aku mengambil empat hal yang aku hendak beli. Tapi saat aku melangkah ke kasir, enam pria yang tadi ada di backstreet masuk ke dalam minimarket. Aku terkesiap dan menyembunyikan diriku di balik rak cemilan. Lalu aku menjitak kepalaku sendiri dengan pelan, bukankah aku seharusnya bertingkah normal saja? Kalau aku menghindari mereka, itu malah menarik perhatian mereka.

Aku keluar dari tempat persembunyian dan pergi ke kasir seolah-olah tidak ada yang salah. Saat kasir menghitung jumlah yang harus kubayar, rasanya lama sekali. Aku mengetuk-ngetuk jariku ke konter kasir dengan gelisah. Karena enam pria itu sedang berada di rak kebersihan, membeli alat pencukur atau apa, entahlah.

"Totalnya 12." Ucap sang kasir.

Aku mengeluarkan selembar uang kertas dan sadar bahwa jumlahnya hanya 10. Wajahku menegang, dengan cepat merogoh saku celana mencari uang yang tidak ada.

Tiba-tiba dari belakang ada sepasang tangan yang menaruh enam alat pencukur rambut dan dia berkata. "Aku akan membayar semuanya."

Dia menyerahkan nominal yang besar kepada sang kasir. Yang disodorkan uang lalu menerimanya dan memberikan uang kembalian kepada pria tersebut. Aku melihat kejadian di hadapanku dengan bingung. Lalu aku menoleh kepada pria itu, pria bongsor yang tadi duduk di batu besar backstreet. Dengan ragu aku menerima kantung plastik yang berisi barang belianku.

"Terima kasih, tapi biarkan aku membayar kembali setidaknya 10." Aku menyodorkan uang kertas selembar itu kepada si pria bongsor.

"Ah, tidak perlu gadis manis. Untukmu saja kalau ingin membeli sesuatu." Jawabnya, menepuk pundakku lalu pergi bersama lima pria lainnya.

Backstreet RendezvousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang