Eps 16: Punishment

40 8 0
                                    

Hari ini Kafe Sunny tidak penuh. Saat membuka pintu kafe ini biasanya banyak pelayan yang berlalu-lalang untuk melayani pelanggan. Tapi sekarang aku hanya melihat ada jumlah 5 orang di dalamnya, termasuk Tony. Aku menghampirinya yang duduk di ujung kafe. Tony menatapku, namun senyumannya segera pudar setelah aku duduk di seberangnya.

"Fo, ada apa dengan wajahmu?"

Masih ada luka lebam yang samar terlihat di wajahku. Dan satu luka gores yang mulai mengering di pipiku. Tentu saja bekas luka seperti ini tidak akan hilang hanya dengan waktu semalam. Aku tersenyum untuk menanggapi pertanyaan Tony. Sepanjang jalan, tidak sedikit orang yang mencuri pandang ke arahku. Terutama saat tadi aku masih berada di toko aksesoris, remaja berambut pirang itu menatap wajahku lumayan lama. Dan alasannya bukan karena aku good-looking. Tapi karena terdapat luka yang menutupi kulit wajahku. Sekarang aku berpikir bahwa aku setidaknya harus memakai masker untuk menutupi.

"Yah.. ceritanya panjang." Aku mengeluarkan sebuah gelang berwarna ungu. "Gelang persahabatan? Jangan bilang kau akan menolak."

Tony menggelengkan kepalanya dengan cepat. "Kau bercanda? Aku takkan menolak apapun yang diberikan oleh sahabatku!"

Aku menarik tangan kiri Tony dan memakaikan gelang tersebut di pergelangan tangannya. Sekarang tangannya terhias dengan gelang pemberianku. Suasana hati Tony sekarang sangatlah senang. Aku dapat melihatnya dari tingkah lakunya.

Kami memesan makanan dan minuman kepada seorang pelayan yang lewat. Selama menunggu pesanan datang, aku tahu bahwa ini adalah waktunya untuk berbicara.

"Jadi, kenapa kau ingin bertemu denganku di sini, Fo? Jangan bilang itu hanya karena kau ingin memberiku gelang ini." Tanyanya.

"Tapi kalau itu memang jawabannya?" Aku menggaruk tengkuk leherku. "Setiap kali bertemu denganmu aku selalu menginterogasimu mengenai permasalahan dengan Derren. Aku pikir sekarang itu sangat tidak perlu, karena itu bukanlah urusanku lagi, 'kan? Ekhem.." Aku pura-pura terbatuk, nada bicaraku mengindikasikan bahwa aku baru saja menyinggung perkataan Tony di masa lalu.

Tony bermain dengan jarinya, matanya menatap ke arahku dengan tatapan bersalah. "Aku takkan lagi mengatakan hal itu padamu, maaf. Kau benar.. lagipula akhir-akhir ini aku jarang berinteraksi dengannya. Tidak ada yang tahu siapa yang akan ia bawa malam ini atau malam esok ke dalam motel..."

Aku tersenyum puas. "Bisakah aku mengusulkan sesuatu?"

"Apa itu?" Tony mengerutkan kening.

"Pergi cari seorang pria yang setia. Buat dia jadi pacarmu, lihat apakah Derren akan cemburu atau tidak." Usulku, setengah serius.

"Fo? Kita tidak tinggal di dalam drama dimana mencari seorang jodoh sangatlah mudah." Tony tidak percaya diri.

"Psshh, apa yang harus dikhawatirkan oleh pria cantik sepertimu?" Aku mengangkat sebelah alis mata.

Wajah Tony memerah tak karuan. "Ah! Sudahlah! Kau juga cantik, Fo. Tapi dengan luka di wajahmu seperti ini aku tidak dapat terlalu melihatnya." Tony mengalihkan fokus topik ini kepadaku. "Tsk, bajingan macam apa yang berani merusak wajahmu?"

Itu pertama kalinya aku mendengar Tony berbicara kasar setelah sekian lama. Memang mulut Tony terlihat cantik, tapi bahkan kata-kata kasar sekalipun dapat keluar darinya. Jika ia berkata kasar, maka ia serius. Sangat serius.

"Hanya sekumpulan gangster meminta uang.. bukan masalah besar." Aku memegang pipiku sendiri yang sudah tidak terasa sakit. Yang pasti Tony tidak boleh tahu mengenai kematian enam bodyguardnya.

"Bohong." Tony tidak mempercayaiku. "Tidak mungkin mereka akan melakukan ini hanya karena kau tidak memberikan mereka uang. Pasti suatu hal lain sudah terjadi, bukan?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 20 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Backstreet RendezvousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang