Eps 4: Date

115 15 0
                                    

Sekarang aku sedang berada di kamar Tony. Setelah sekian lama menunggunya selesai mandi, aku memutuskan untuk bersantai di balkon kamarnya. Disitu aku melihat pemandangan yang dapat dilihat dari blok perumahan ini. Pantai, tentunya. Ada tiga pantai luas yang terpisah di pulau ini. Dan yang dekat dengan rumah Tony adalah Rainbow Shore. Pantai yang memiliki varian warna pasir yang berbeda. Bukan berarti pasirnya berwarna pelangi tentunya, hanya saja warna pasirnya berawal dari warna coklat tua. Semakin mendekati lautan, warnanya memiliki gradasi lebih cerah. Dan disebut Rainbow Shore juga karena pelangi sering sekali muncul di pantai itu setiap setelah hujan.

Rambut poniku yang sudah memanjang tertiup angin sehingga menutup sebelah mataku, aku menyibaknya ke belakang agar tidak mengganggu pemandangan. Udara pagi memang selalu menyegarkan apalagi di pulau ini. Tony, terima kasih sudah menjadi sahabat yang baik. Hmm..

Tiba-tiba ponsel yang ada di dalam saku celana pendekku bergetar. Ada pesan masuk, padahal aku tidak menyimpan banyak nomer dalam daftar kontakku. Hanya ada Gareth, Tony, Derren, Zafir dan.. oh ya, Nied. Tebakanku benar, yang mengirim pesan adalah Nied.

Nied: apa kamu punya waktu hari ini?

Aku sebenarnya sangat ingin menolak, dan satu-satunya alasan yang valid adalah aku sedang membantu mempersiapkan sahabatku untuk kencan. Dan tentunya persiapan itu tidak membutuhkan waktu seharian, tapi aku tetap butuh alasan. Dengan secepat kilat aku mengetik dan mengirimnya, aku bukan tipe yang slow respon. Kecuali jika mereka lamban membalasku, aku akan melakukan hal yang sama.

'Tidak, aku sangat sibuk.'

Baru saja pesan itu terkirim, dia sudah membacanya. Dan langsung mengetik.

Nied: apa aku bilang kamu punya pilihan? Temanku Sian sangat ingin bertemu denganmu.

Aku mengerutkan dahi membaca pesan itu. Siapa wanita ini kira dirinya, huh? Lagipula tidak ada acara cosplay di pulau ini, kenapa mereka harus pindah kesini? Tapi.. dia menyebutkan teman serumahnya ini yang bernama Sian. Sudah sejak lama aku penasaran dengan sosok wanita itu. Entah kenapa aku mengasumsi bahwa orang itu seorang wanita. Tapi aku rasa aku benar.

'Maksudmu?'

Nied: Kafe Sunny, pukul 9 pagi.

'...'

Itu yang aku kirim. Walaupun sebenarnya aku bisa saja mengabaikan pesan itu. Namun pesan elipsis-ku dibalas dengan stiker oleh Nied. Stiker kucing dengan emoji hati di sekitarnya. Oke, aku tidak suka dipaksa untuk pergi ke suatu tempat, tapi stiker gratis yang imut takkan kutolak. Aku tambahkan stiker itu ke favorit. Tapi otakku sekali lagi berpikir untuk pergi ke sana. Bertemu dengan Nied.

Dan Sian.

"Fo?" Suara Tony dari dalam kamar menyambut telingaku.

Aku menolehkan kepalaku ke pintu balkon yang sedikit terbuka. Aku dapat melihat Tony mengenakan mantel mandi berwarna ungu. Dia sangat menyukai warna ungu. Bahkan kamarnya memang dominan dengan warna ungu namun minimalis. Aku segera kembali ke dalam kamar dan menghampirinya. "Ayo kita eksplorasi lemarimu."

Tony mengangguk dan menghampiri lemari berwarna krem-nya itu. Setelah dibuka, ada banyak pilihan baju. Aku bisa lihat selera bajunya masih sama dengan saat kami masih di SMP. Mulai dari baju feminin sampai baju maskulin, ia memilikinya. Namun sekarang aku melihat ia sudah lebih nyaman menerima sisi femininnya. Ada banyak crop top, bahkan atasan yang menampakkan bahu, dan hotpants. Huft, aku tak tahu.. mungkin baju-baju itu lebih cocok untuk dipakai ke night club daripada kencan pertama.

Aku mengeluarkan beberapa baju dan menyusunnya secara teratur di atas kasur besar Tony. Ada banyak pilihan menarik, aku mencoba memasangkan masing-masing baju dan celana. Yang pertama ada kemeja putih dan celana jeans biru. Tony mencoba memakainya, dan ternyata ia terlihat sangat.. membosankan.

Backstreet RendezvousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang