Eps 1: Kabedon

438 20 0
                                    

Aku terus mengendarai motor, menyusuri perumahan sembari membawa tas kurir motor yang berisikan banyak paket. Paket-paket sudah diantarkan ke pulau ini menggunakan kapal, waktunya para kurir untuk mengantarkannya dari rumah ke rumah. Sekarang masih pagi hari. Burung-burung camar terbang di langit, anak-anak berangkat ke sekolah, pasar tampak ramai seperti biasa. Sungguh aman, damai dan tentram.

Aku memencet bel pintu rumah, dengan alamat yang tepat tertera di kotak dan daftar kertasku. Seorang wanita berambut putih panjang diikat dan bermata merah, menerima paket tersebut dengan ekspresi terganggu. Rambutnya putih seluruhnya dan tidak ada kerutan berlebih di wajahnya. Aku yakin itu bukan uban. Ditambah dengan tinggi tubuhnya yang tidak masuk akal, membuatku sedikit terintimidasi dengan penampilannya.

Aku mengonfirmasi apakah ini alamat dan nama penerima yang benar, "...untuk Sian, benar?"

"Ya, dia teman yang tinggal satu atap bersamaku, tapi dia sedang sedikit.. sibuk." Jawabnya. Aku hanya ber-oh ria dan menyerahkan paket itu padanya. "Terimakasih." Ucapnya lagi. Aku menyerahkan kertas bukti penerimaan paket beserta pulpen. Lalu ia menandatanganinya dan memberikanku uang tip yang lumayan banyak.

"O-oh.. apakah ini tidak terlalu banyak?" Aku sedikit ragu-ragu menerima uang tip sebanyak itu.

"Tak apa, gadis manis.. ambil saja." Wanita itu mencolek daguku sekilas. Moodnya tiba-tiba berubah dibandingkan dengan beberapa menit yang lalu.

Aku merasa sedikit gugup, dan jantungku berdegup dengan kencang. Tingkah lakunya terlihat jelas sekali bahwa dia sedang merayuku. "Baiklah, kalau begitu sampai jumpa lagi." Aku berbalik badan dan hendak kembali ke motorku. Tapi belum sempat aku melangkah, tanganku ditahan olehnya.

"Namamu?"

Tatapan mata merahnya seperti menusuk tajam ke arahku. Aura yang dikeluarkan olehnya seperti predator yang siap kapan saja akan menerkam mangsanya.

Aku menelan ludah, "Fore.."

"..hmm, aku akan mengingatnya."

Perlahan ia melepaskan genggamannya pada tanganku, seolah enggan untuk lepas. Kemudian wanita itu menutup pintu dengan seringaian lebar terpampang di wajahnya. Aku menggelengkan kepala, dan menepuk kedua pipiku pelan. Apa mungkin dia seorang player? Yang akan memainkan banyak perasaan orang. Karena dari lagaknya yang sudah kulihat, sepertinya begitu. Aku takkan berharap banyak darinya, menganggapnya sebagai angin lalu lebih baik.

Aku berjalan kembali ke motorku yang diparkir di depan pagar rumah ini. Lalu melihat sisa daftar-daftar paket yang belum diantar. "Hufft.. blok B no. 145.." aku mengingat-ingat letak rumah itu. Menghafal semua jalan dan blok perumahan seharusnya bukanlah masalah bagi kurir yang sudah tinggal di pulau ini selama setidaknya satu tahun. Tapi, aku memang pelupa terkadang. Akhirnya aku membuka ponsel dan melihat peta.

Aku melihat nama benda apa saja yang tertera di atas paket. Terkadang menyenangkan saat melihat apa yang setiap orang pesan. Ternyata orang ini memesan cermin, sisir, boneka dan lainnya. Terlihat normal dibandingkan dengan paket untuk 'Sian' tadi. Yang aku baca, semua nama benda dalam paket itu adalah pisau dapur, pisau belati, golok, kapak.. Hmm.. haruskah aku khawatir?

Aku mulai mengendarai lagi setelah mengingat-ingat dimana letak rumah itu. Dan sisa hariku hanya berjalan seperti itu, cukup membosankan tapi sangat tenang.

(=^._.^=)ノ

Sekarang sudah pukul 4 sore dan aku sudah mengantarkan paket-paket bagianku hari ini. Aku buru-buru mengendarai motor ke pusat kota, lebih tepatnya Post Office untuk mengakhiri shift. Aku biasanya berlomba dengan seseorang untuk melihat siapa yang dapat menyelesaikan pekerjaannya lebih awal. Aku mengebut di jalanan sehingga hampir menabrak seorang nenek tua.

Backstreet RendezvousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang