Eps 5: Bait

101 15 0
                                    

Suara orang-orang berbicara memenuhi kafe, sekarang mereka nampaknya bisa mengurus urusan mereka sendiri. Hanya ada beberapa yang melihat ke arah meja kami, entahlah apa mereka menatap kepadaku atau Nied atau Sian. Aku takkan terlalu peduli dengan tatapan mereka dan fokus dengan dua wanita yang sekarang berada di hadapanku. Aku menyilangkan kakiku dan meminum pineapple lemonade yang dingin. Nied juga meminum milkshake stroberi miliknya, sedangkan Sian sedari tadi belum melepas maskernya. Wajah mereka terlihat sangat serius. Suasananya tiba-tiba terasa seperti pertemuan makan siang para atasan di suatu perusahaan.

"Jadi.. Sian, kamu tak pernah bercerita padaku bagaimana kalian bertemu untuk pertama kalinya." Nied akhirnya membuka pembicaraan.

"Akan kuceritakan sekarang." Balas Sian. Ia membuka masker hitamnya itu. Mataku terpaku ke muka Sian yang akhirnya terekspos sepenuhnya. Sial... memangnya boleh untuk seseorang benar-benar terlihat seperti tipe idealku?

Mata hazel bintik emas nya yang sipit menghiasi wajahnya dengan sempurna, sangat satu tema dengan rambutnya yang panjang bergelombang, berwarna coklat keemasan. Hidungnya yang mancung, bibirnya yang memiliki dua warna berbeda, dan pipinya yang tirus membuatku terpukau, ekspektasi yang aku taruh pada wajahnya hancur seketika. Bahkan lebih baik daripada yang aku bayangkan.

Ia menaruh masker hitamnya itu di meja dan mulai membuka tutup mulutnya itu. Berbicara. Menjelaskan pertemuan pertama kami di backstreet antara dua bangunan pabrik terbengkalai. Semuanya ia ceritakan dari sudut pandangnya, jadi ada beberapa detail yang berbeda. Sian juga menceritakan di mana ia meng-kabedon diriku waktu malam itu. Dan aku berlari keluar dari backstreet karena aku ketakutan. Lalu selesai. Eh, ada yang tidak lengkap dan tidak akurat.

"Tunggu." Aku meneguk minumanku dan mengerutkan dahiku. Aku menatap ke arah Sian tepat di mata. Jangan sampai lidahku terpeleset hanya karena penampilannya yang di atas rata-rata. "Kamu sangat tampan, eh cantik, eh-"

Mulutku membeku.

"Ppft, hahaaha!" Nied tertawa sangat kencang, membuat hampir semua orang di kafe langsung melihat ke arah kami. "Serius? Apa aku bukan tipemu, gadis kurir?"

"Bukan itu maksudku! Ekhem, aku hanya-" Aku berhenti dan memikirkan kata yang tepat. Lalu aku menatap balik ke arah Sian yang tidak memberikan respon dengan kata-kataku tadi. Apa ini hanya imajinasiku atau mukanya sedikit memerah..

"Oke, oke.. tenang saja Fore. Aku takkan terlalu tersinggung dengan itu. Apa yang ingin kau katakan?" Nied menyela sebelum aku hendak mengatakan hal-hal yang lebih bodoh lagi.

"Huftt.. oke. Jadi..." Aku kembali menatap ke arah Sian dan menyipitkan mata. "Sian meninggalkan detail dimana dia memegang dadaku."

Nied memutar kepalanya ke arah Sian dengan tatapan menginterogasi. Wajahnya terlihat lebih seperti khawatir daripada kecewa. Sian yang ditatap hanya terdiam, wajah indah itu tetap datar seperti biasa.

"Apa itu benar? Cepat ceritakan." Ujar Nied, menekanku untuk segera bercerita.

"Jadi Sian menahanku di dinding gang sempit itu. Tiba-tiba dia memegang dadaku untuk melihat apakah aku benar-benar seorang perempuan atau bukan.." Jawabku, memicingkan mata ke arah Sian.

"Maafkan aku, sungguh. Aku hanya ingin memastikan, tapi itu pasti membuatmu tidak nyaman, 'kan?" Sian memiringkan kepalanya, kini alisnya mengerut seakan-akan meminta maaf dengan tulus.

Aku tersenyum melihatnya dan berkata, "ya baiklah. Karena kamu juga sudah meminta maaf, tidak apa.. sekarang aku hanya ingin kita untuk segera membicarakan hal serius ini."

Nied mengangguk dengan semangat. "Kamu menerima undangan untuk bertemu dengan kami juga sudah lebih dari cukup. Jadi, tentang hal yang kamu lihat waktu malam itu..."

Backstreet RendezvousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang