16 : Tentang Zoya

143 17 4
                                    

╭══════ೋ•☆ۣۜۜ፝͜͜͡͡•ೋ══════╮
HAPPY READING
.
.

Zoya mengerjapkan matanya perlahan. Gadis ini melihat ke sekelilingnya, dia berada di sebuah kamar dengan nuansa yang bisa dibilang cukup biasa saja, namun suasananya menenangkan. Zoya perlahan bangkit dari tidurnya, mengedarkan pandangannya ke segala sisi kamar ini.

"Akh! Huft! Jihoon, kau mengejutkanku!" Zoya terkejut ketika melihat Jihoon yang berdiri sembari menyilangkan kedua tangannya di depan dada.

Zoya merasa takut, ketika Jihoon yang melihatnya dengan intens seperti itu. Tatapan mata yang mematikan dan membuat siapapun tak bisa membalas tatapan tersebut.

"Ke-kenapa kau memandang ku seperti itu?" tanya Zoya  tanpa melihat kearah Jihoon sedikit pun.

Tanpa menjawab pertanyaan dari Zoya, Jihoon mendekat kearahnya dengan langkah perlahan. Suara langkah kakinya terdengar begitu nyaring di telinga Zoya.

"Apa yang kau inginkan dari Hyunsuk?"

Zoya tiba-tiba tersentak kaget dengan pertanyaan yang baru saja Jihoon lontarkan.

"A-apa maksud mu?" Zoya nampak ketakutan, ia semakin tidak berani untuk menatap Jihoon.

"Dengar, Zoya! Aku tidak bodoh! Aku bisa merasakan aura yang keluar dari tubuh mu!" Jihoon menggertak Zoya tepat didepan wajahnya.

"Katakan!"

Zoya terdiam sejenak, dia sedikit ketakutan sekarang ini, apa yang akan Zoya perbuat setelah ini? Akankah dia akan menjawab semua pertanyaan Jihoon?

"Hei, makhluk immortal! Aku tidak akan mengatakan apa yang aku ketahui, aku ingin mendengarnya sendiri dari mulut mu!"

Zoya kini menatap Jihoon, matanya berubah menjadi biru muda yang indah, Jihoon tidak terkejut dengan perubahan mata Zoya.

"Siapa kau? Kenapa kau bisa tau siapa sebenarnya diriku?" tanya Zoya.

"Tidak perlu tau, katakan saja tujuanmu." Jihoon duduk di sebelah Zoya, sepertinya dia tidak takut dengan apa yang kemungkinan bisa terjadi padanya.

"Mungkin penilaian mu tentang diriku benar. Aku ingin mengambil jiwa murni dari Hyunsuk untuk diriku sendiri sebagai makhluk immortal."

"Aku sudah lama sekali mengincar Hyunsuk, dari saat kelahirannya dulu sampai aku mendapatkan apa yang aku butuhkan saat ini!"

Penjelasan Zoya tidak membuat Jihoon terkejut, Jihoon sudah mengetahui semuanya tentang Zoya, dia bisa merasakan aura negatif dari Zoya semenjak dia menginjakkan kakinya di Villa ini. Dia hanya ingin mendengarnya langsung dari mulut Zoya.

"Saat ini, kau sedang sekarat?" tanya Jihoon.

"Ya, aku membutuhkan jiwa murni Hyunsuk agar aku kembali seperti sedia kala!"

"Aku sudah hidup selama 500 tahun, dan aku sudah ada di ujung maut ku, aku harus mendapatkan jiwa murni Hyunsuk untuk memulihkan keadaan ku. Setelah aku mendapatkan jiwa murni Hyunsuk, aku akan dapat kembali ke dunia ku!"

"Dan sayang sekali, kau tidak akan pernah mendapatkannya!"

ZLAP!!!

Jihoon dengan cepat menangkap sesuatu yang meluncur dengan cepat ke arahnya. Itu sebuah peluru dart yang ujungnya terlihat sudah diberi racun oleh Zoya.

"Kau mau membunuh ku dengan ini?" tanya Jihoon kemudian melemparkan kembali peluru dart itu kearah Zoya, namun gadis itu bisa menghindarinya dengan cepat.

Zoya menggeram rendah, ia kemudian mengeluarkan semua peluru dart nya dan melemparkannya kearah Jihoon. Sayang sekali, semua peluru itu tidak ada yang mengenai tubuh Jihoon, pemuda itu dengan cepat itu menghindar, peluru dart itu menancap di dinding dan beberapa benda di kamar Jihoon.

"Kau sedang sekarat, Zoya. Lebih baik kau membaringkan tubuhmu dan menunggu ajal mu tiba!"

"Sialan! Siapa dirimu?" Zoya bertanya dengan penuh penekanan, dia penasaran siapa Jihoon ini sebenarnya, kenapa dia bisa mengetahui siapa dirinya sebenarnya, kenapa Jihoon bisa mengindar dari semua serangannya tadi.

"Kau tidak usah tau tentang ku, menurutku kau lebih baik diam dan menunggu waktu mu yang sebentar lagi habis. Percuma saja kau mengerahkan seluruh tenaga mu untuk melawan ku, itu tidak ada gunanya." Jihoon kemudian mengambil beberapa peluru dart yang menancap di dindingnya satu persatu.

Tanpa basa-basi, Jihoon melemparkan peluru dart yang dia pegang secara bersamaan kearah Zoya. Gadis itu tidak bisa menghindari semua peluru dart itu dengan cepat. Alhasil beberapa peluru dart beracun menancap sempurna di tubuh Zoya.

Gadis itu terjatuh seketika, rancun yang ia letakkan di ujung peluru da rt itu kini langsung menyebar keseluruh tubuhnya. Seketika itu juga seluruh tubuhnya kaku, darah di tubuh Zoya mendadak berhenti dan berubah warna menjadi biru. Nafasnya tersendat-sendat.

Darah berwarna biru itu keluar dari hidung dan mulutnya hingga mengalir ke lantai. Sementara Jihoon hanya memandang Zoya yang sedang berada di detik-detik terakhirnya dengan wajahnya yang datar.

"Selamat tinggal, semoga kau tidak bereinkarnasi."

Tepat setelah Jihoon mengatakannya, Zoya menghembuskan nafas terakhirnya dengan mulut dan mata yang terbuka, serta darah yang sudah membanjiri daerah sekitar kepalanya.

Jihoon mendekat ke arah Zoya, kemudian berjongkok tepat di sebelah kepalanya. Jari telunjuknya bergerak menyentuh darah berwarna biru milik Zoya itu. Kemudian ia mecium baunya.

"Ahh sayang sekali, darahnya sudah bercampur dengan racun. Aku jadi tidak bisa mengetahui apakah kau bisa bereinkarnasi atau tidak. Yah, semoga saja tidak." Jihoon kemudian pergi ke kamar mandinya. Ia mengambil seember air dan kemudian langsung menyiram tubuh tak bernyawa milik Zoya. Seketika tubuh Zoya membeku, dan air di sekitar nya langsung mengering. Kekuatan Jihoon bisa membekukan sesuatu hanya dengan air yang bersetuhan dengan target yang ingin ia bekukan. Kemudian tanpa basa-basi, Jihoon menendang mayat Zoya yang membeku itu dengan kaki kanannya. Seketika itu juga, mayat membeku itu langsung berkecai menjadi butiran salju berwarrna putih yang kemudian hilang.

Jihoon menghela nafas panjangnya. Satu masalah sudah terselesaikan tanpa ada gangguan. Entah masalah seperti apalagi yang akan datang menimpa dia dan juga Hyunsuk. Untuk sekarang setidaknya Hyunsuk aman dari bahaya yang sudah mengincarnya bahkan sebelum ia lahir ke dunia. Jihoon meninggalkan kamarnya dan kembali ke rooftop. Aktivitas bersantainya sedikit terganggu tadi. 

Udara dingin di waktu siang menjelang sore ini sangat disukai oleh Jihoon. Tubuhnya dengan cepat menyesuaikan diri dengan udara yang ada di sekitarnya. Langit yang berawan membuat panas matahari yang tidak begitu terik. Cahayanya yang redup membuat suasana menjadi begitu damai. Kedua mata Jihoon terpejam, ia menyerap hawa dingin ini ke tubuhnya. Hawa dingin sepertinya menjadi kekuatanya. Energinya sudah terkuras untuk melawan Zoya tadi. Dan kini Jihoon seperti mengisi kembali energinya dengan menyerap hawa dingin. Tak terasa, setetes air matanya turun mengalir melewati pipi kirinya. Sejenak air matanya menggantung di dagu, kemudian terlepas dan langsung berubah menjadi kepingan salju yang terbawa angin, kemudian hilang.

"Cepatlah pulang, Hyunsuk. Setidaknya aku bisa menghabiskan sisa waktu ku di sini dengan mu."

BERSAMBUNG

╰══════ೋ•☆ۣۜۜ፝͜͜͡͡•ೋ══════╯

Kangen tidak kalian dengan cerita ini? Maaf banget author lagi sibuk di pelatihan huhu

SNOWFLAKE❄️~Hoonsuk✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang