04. Pengorbanan dan Perjodohan (partII)

409 22 18
                                    


Akhirnya oprasi transplantasi penukaran ginjal  sudah selesai dan tinggal menunggu masa pemulihan untuk Langit. Sedangkan Bumi sudah siuman sejak 6 jam yang lalu.

Suasana diruang VVIP Rumah Sakit, disana sudah terdapat 2 sosok lelaki muda yang tak lain adalah Bumi dan Savel.

Sadeva??
Dia pulang terlebih dulu untuk mengurus surat-surat pernikahan antara Bumi dan Langit anaknya.
Sadeva sekarang tengah sibuk kesana kesini dari satu titik lalu pindah ke titik lain.

"Kalau bukan karena uang, gak bakalan saya melakukan pekerjaan seperti ini. Langit, awas saja jika kamu mengecewakan papah, maka papah tidak akan segan-segan untuk melakukan kejahatan seperti diusiamu waktu menginjak 17 tahun lalu. Anak tidak tau diri seperti mu tidak pantas diberi kebahagiaan " gerutunya tak jelas sampai-sampai orang-orang yang melihatnya menatap aneh.

"Orang gila gak waras" bisik salah satu orang yang sedang berkumpul dengan para yang lainnya.

....

Namun lain hal dengan diruangan rawat inap tempat Langit.
Bumi dan Savel saling diam tanpa ada yang mengajak obrolan terlebih dahulu. Mereka berdua sibuk dengan pikiran yang berkelana kemana-mana.

"Jika perjodohan mas Langit terjadi, lalu aku harus bagaimana? Tidak mungkin jika aku harus melepaskan mas Langit begitu saja. Selama ini, aku sudah bergantung ke mas Langit. Tolong mas, apapun yang papah kamu suruh, tolong aku mohon jangan kamu iyakan. Melepasmu untuk saat ini bukanlah hal yang mudah untuk ku lakukan mas" mungkin seperti itulah suasana hati Savel yang khawatir akan hubungannya dengan Langit yang sudah terjalin selama 6tahun ini.

Bumi yang melihat setiap gerak gerik Savel yang selalu setiap detik menghela nafasnya. Entah apa yang Savel pikirkan tapi bagi Bumi itu tidak penting. Sekarang yang terpenting adalah kesembuhan untuk Langit, pujaan hatinya sejak Bumi masuk perkuliahan.

Tak lama pintu terbuka dan terlihat seorang dokter laki-laki dan dibelakangnya diikuti seorang perawat perempuan sambil membawa beberapa alat untuk mengecek keadaan Langit.

"Mas Bumi, jika mas Bumi masih merasa mual atau pusing atau sakit dibagian perut, tolong cepat hubungi saya karena mas Bumi juga harus melakukan masa pemulihan" ucap sang dokter kepada Bumi sambil dokter itu melakukan pemeriksaan kesehatan Langit.

"Aku udah sembuh kok dok, jadi dokter tenang aja" sahut Bumi tak lupa memberikan senyum manisnya.

"Panggil saya Mario"  ucap dokter ahhh maksudnya Mario.

"Gak enak dong kalau manggilnya cuma nama aja nanti aku yang merasa bersalah. hehehe" sahut Bumi dengan tawa recehnya.

"Baiklah kalau begitu terserah kamu saja mau manggil saya dengan nama apa, yang pasti jangan sampe dilupain" guyon dokter Mario.

"Siap dokter Rio" sahut Bumi.
Dokter Mario menyunggingkan senyumannya saat mendengar Bumi memanggil namanya dengan Rio. Ahhh, dirinya jadi teringat dan rindu akan ibundanya yang selalu memanggil namanya dengan sebutan Rio karena itu nama kesayangan dari ibundanya untuk dirinya.

"Dokter Rio kenapa senyum-senyum sendiri? Hayo mikirin apasih? pasti mikirin istrinya ya?" ejek Bumi kala melihat Dokter Mario senyum-senyum sendiri, apalagi senyumannya sangat manis sekali sama seperti Langit yang suka senyum namun hanya beberapa kali saja Bumi bisa melihatnya.

"Bukan apa-apa. Lagian saya belum menikah" jawab dokter Mario.

"Benarkah?" Bumi sedikiti terkejut akan jawabany dokter Mario.

Savel yang melihat perbincangan antara Bumi dan dokter Mario, sedikit membuatnya iri karena dirinya tak bisa seperti Bumi yang bisa dengan cepat berbaur sama orang lain.
Ada rasa sedikit dongkol di dalam hati Savel, entahlah rasanya seperti apa tapi dirinya benar-benar iri dengan Bumi dan itu mampu membuatnya memikirkan apa yang barusan ia pikirkan.

LOVE DESTINY 21+ (HYUCKNOMIN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang