Menjadi Introvert Tidaklah Buruk!

316 212 74
                                    

Layar gawai terpampang jelas hiruk pikuk kegiatan penerbit. Ternyata aku sudah dimasukkan ke dalam grup resmi Andwrite. 

"Selamat pagi, rekan-rekan Andwrite. Semoga kita selalu berada dalam lindungan Tuhan Yang Maha Esa.
Di pagi menjelang siang yang cerah ini, khususnya di bawah langit Kota Kembang tempat penerbit kita berjuang, izinkan saya Seanja Wandara mengenalkan anggota baru yang absensinya sangat diharapkan di Andwrite."

"Perkenalkan @Leara Peribumi(Leny Tiara), leader baru yang direktur utama @Haris Salim pilih untuk ditempatkan di kelompok F. Mari teman-teman berikan dukungan dan selamat, semoga kita makin semangat menyelesaikan tugas-tugas di penerbit tercinta ini," katanya, dengan emotic on dua gelas yang bersulang.

Pesan dari Seanja Wandara itu sontak mengundang berbagai dukungan, membuatku merasa ada sebuah mahkota kehormatan bertengger di pucuk kepala. Tanpa berlama-lama, aku mengetik salam perkenalan.

Jemariku sudah lihai menekan keyboard di ponsel tanpa ada typo sedikit pun. Pengetikan yang tak rapi menjadi hal tabu bagiku saat berkecimpung di lingkungan orang-orang penggila kata.

"Selamat pagi. Perkenalkan, nama pena saya Leara Peribumi, panggil saja Leara. Saya ini adik onlinenya Kak Seanja. Saya amat sangat berterima kasih kepada founder dan rekan-rekan sekalian yang sudah mempercayakan tanggung jawab ini ke saya."

"Mohon dibimbing kalau ada yang menemukan kesalahan saya. Tapi, tolong berikan nasehatnya langsung saja ke saya. Jangan pada saat dalam pantauan anggota yang lain. Hihihi."

"Sesungguhnya, barang siapa yang memberi peringatan kepada seseorang di depan orang banyak itu berarti hinaan, bukannya nasehat. Sekian dari saya, salam kenal, semuanya!" sahutku bertubi-tubi.

Aku memang tipe orang yang ceria di media sosial, tanpa mereka tahu bahwa pundak rampingku memikul masalah yang cukup bisa meremukkan mental.

Bahkan, itu membuat kemurungan hadir beberapa hari berturut-turut. Semua beban terasa sedikit mengurangi bobotnya ketika aku mengadu kepada beberapa sahabat yang kukenal melalui jejaring media sosial.

Aku tidak suka obrolan basa-basi di dunia nyata, berbanding terbalik dengan kehidupan di media sosial. Layaknya berkepribadian ganda, saat ini aku menampilkan eskspresi ceria melalui ketikan-ketikan keyboard. Sering sekali aku berpikir, bahwa menjadi introvert tidak buruk juga. Orang-orang sepertiku hanya membentengi diri dari sesuatu yang tidak penting atau bahkan merugikan.

"Selamat bergabung, Leara. Salam kenal, saya Risa, leader dari kelompok A."

"Wow, ada yang baru nih. Selamat datang di grup pengurus Andwrite yang elit ini. Hahaha. Semoga betah,ya!"

"Omong-omong, saya kakak onlinenya Seanja. Primadanti. Salaman dulu," sapanya dengan emotic on jabat tangan.

Itu adalah tiga dari puluhan anggota pengurus yang menyapaku di roomchat aplikasi berwarna hijau. Zaman modern seperti sekarang sangat memudahkan untuk menambah pundi rupiah. Aku bersyukur bisa memanfaatkan apa yang ada di ponselku.

Aku ingat, pekerjaan pertamaku saat itu hanya membagikan materi yang sudah disampaikan di grup pengurus Andwrite. Gampangnya, di situ aku hanya melakukan forward. Sempat kubaca, materi itu menyuguhkan kiat-kiat menjadi penulis hebat, mengatasi segala kendala yang dialami penulis.

Di situ juga menyampaikan, hal pertama yang dilihat penerbit adalah kerapian naskah. Jika ada istilah asing, penulis diharuskan menggunakan format italic atau dicetak miring. Rasanya menyenangkan bila bekerja sesuai dengan passion dan hobi.

***

Hari demi hari berlalu, tidak terlalu mudah untuk dilalui. Tetangga terdekat selalu mengawasi, bak cctv tercanggih yang ada di bumi.

Mana Bahagiaku, Tuhan? [Completed || TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang