"Saya tak mempunyai rumus mengenai kebahagiaan. Selagi ada kamu dan membiarkan semuanya mengalir begitu saja, hidup jadi sempurna"
Sebuah ruangan besar dengan puluhan orang di dalamnya, sebuah meja besar nan panjang berada tepat di tengah-tengah orang-orang yg duduk melingkarinya.
Sesekali mereka akan menanggapi ucapan seseorang yg terlihat asik menjelaskan beberapa rencana pembangunan yg akan mereka bangun.
Semua orang yg ada di sana mengangguk paham atas penjelasan pemuda yg ada di hadapan mereka, senyum puas seketika merekah di wajah pemuda itu.
"Baik sekian presentasi dari saya, sekira nya kurang jelas silahkan bertanya"ucap pemuda
"Semua nya sudah jelas, saya akan menjadi donatur tetap atas proyek yg akan kalian bangun, jika ada dana yg kurang anda bisa hubungi saya"ucap seorang pria berjas biru tua itu yg di angguki yg lain nya
"Baik jika sudah jelas, saya akhiri presentasi ini, terimakasih"ucap pemuda itu.
Semua orang sudah keluar, hanya tersisa empat orang saja yg ada di sana, indra membereskan semua berkas yg ia gunakan untuk presentasi, dan di sebelahnya ada sang bos yg masih asik mengecek beberapa laporan yg baru saja di kirim oleh pihak kantor.
Dan di sebrang meja ada pucho yg masih terdiam tak percaya menatap wanita itu, ia masih tak menyangka jika yg ia lihat saat ini adalah Chika, putri nya.
Ia masih tak bisa memikirkan apapun, ia masih diam terus memandang ke arah gadis di hadapan nya dengan seksama.
Pandangan rindu penuh penyesalan tergambar jelas dari sorot matanya, lamunan nya membuyar saat gadis itu berdiri dari duduk nya hendak pergi.
Dengan langkah tergesa-gesa ia mencekal lengan gadis itu membuat nya reflek menghempaskan tangan pucho.
"Ah maaf nona"ucap pucho
"Ada apa? Apa semua yg asisten saya sampaikan kurang jelas? Jika masih ada yg tidak anda mengerti, anda bisa bertanya langsung kepada asisten saya, permisi"ucap nya hendak pergi
"Ah tidak, semua nya sudah jelas"ucap pucho
Gadis itu hanya diam memandang pucho dengan sebelah alis terangkat, pucho masih diam membisu, mulutnya terasa keluar tak tau apa yg harus ia katakan.
"Maaf pak saya masih ada urusan, permisi"ucap gadis itu melangkahkan kakinya.
"Chika ini papi"ucap pucho pelan namun mampu membuat langkah gadis itu terhenti.
Gadis itu tak mengatakan apapun lagi, ia kembali melanjutkan langkah nya meninggalkan pucho yg masih menatap nya sendu.
"Nak ini papi, apa kamu memang benar-benar bukan anakku? Chika"batin pucho
-
-
-
-Parris-prancis
Di sebuah rumah megah, terdapat beberapa orang yg sedang asik bercengkrama di ruang keluarga, kehangatan keluarga terpancar jelas.
Sesekali mereka akan tertawa, seorang pria tua dengan rambut yg memutih kini menatap serius ke arah sepasang muda mudi di hadapan nya.
Pandangan hangat serta serius ia pancarkan menatap sepasang kekasih itu, di raih nya tangan sang gadis kemudian di tatap nya netra coklat itu dengan dalam.
"Chika, ayo kita pulang, sudah saat nya kamu pulang, 5 tahun waktu yg lebih dari cukup untuk menyadarkan mereka"ucap sang kakek.
Chika yg di tatap hanya terdiam menunduk, ia bingung. Masih ada sedikit rasa takut yg hinggap di hati nya. Ia pun masih bimbang untuk memilih pulang atau tetap di sini.
Tapi ia sudah membicarakan hal ini dengan Nino, Nino ada benarnya juga, ia tidak ingin pernikahan nya di rahasiakan hingga orang tua nya tidak mengetahui bahwa nantinya ia akan menjadi istri orang.
Dengan ragu ia menganggukkan kepalanya, senyum lebar terpancar jelas dari wajah sang kakek. Kini pandangan kakek beralih pada Nino yg masih tersenyum menatap wajah cantik Chika.
-
-
-Malam ini setelah memakan waktu selama 16 jam lamanya mereka berhasil mendarat dengan selamat di Bandara internasional yg ada di pusat kota jakarta.
Mereka semua berjalan beriringan menuju ke keluar area gedung bandara, langkah mereka terhenti tepat di sebelah sebuah mobil Alphard berwarna putih.
Satu persatu dari mereka masuk ke dalam mobil sebelum akhirnya mobil itu berjalan pergi meninggalkan area bandara.
Di perjalanan salah satu gadis yg duduk di paling belakang bersama seorang laki-laki masih diam dengan tangan yg saling meremas.
Setelah sekian lama ia akhirnya kembali ke sini, dimana kota tempat dirinya di lahir kan dan di besarkan. Matanya menelisik menatap ke arah luar jendela.
Setelah 5th banyak yg sudah berubah Di kota ini, mulai dari bangunan nya, lingkungan nya, serta tempat-tempat umum yg sudah mulai di perbaiki.
Dahi nya mengkerut saat menyadari ini bukan lah jalan ke arah rumah nya namun ia tetap diam enggan bertanya sedikit pun.
Seorang laki-laki yg paham atas situasi gadis nya mengulurkan tangannya untuk menggenggam tangan gadis itu.
Merasakan genggaman di tangan nya membuat gadis itu seketika menoleh ke arah laki-laki yg sedang tersenyum menatap nya, ia membalas senyuman itu dengan tipis kemudian menyandarkan kepalanya pada pindah tegap laki-laki itu.
"Tenang aja"ucap Nino dengan tangan mengelus kepala Chika yg ada di pundak nya.
"Aku cuman bingung kalo nanti mereka tanya macem-macem soal kejadian 5 tahun lalu"ucap Chika mempererat genggaman tangannya.
"Kita bisa jelaskan semuanya, kamu jangan khawatir ya? Kita jelaskan sama-sama"ucap Nino yg di angguki Chika pelan.
Mobil mereka berhenti tepat di sebuah bangunan berwarna abu-abu, Chika menatap bingung ke arah mereka yg menghentikan mobilnya di sebuah rumah sakit? Jiwa?
Siapa yg gila? Dengan benak yg masih bertanya-tanya ia berjalan turun setelah mendengar instruksi dari kakek nya. Dengan langkah bingung ia berjalan masuk mengikuti langkah sang kakek yg berjalan paling depan.
Setelah menaiki lift, mereka kembali berjalan sedikit kemudian berhenti tepat di belokan, sang kakek menoleh ke sana kemari seorang mencari seseorang.
Chika yg penasaran ikut mengintip, matanya melebar saat netra coklat nya menangkap sosok tinggi Christy yg berjalan keluar dari salah satu ruangan kemudian berjalan menjauh dari arah mereka berdiri.
Pandangan nya kini beralih pada sang kakek yg masih diam dengan pandangan penuh sesal menatap Chika.
"Kenapa Christy ada di sini? Siapa yg di rawat di sini kek?"tanya Chika
Kakek hanya diam enggan menjawab pertanyaan cucunya, namun Chika tetaplah Chika. Seorang gadis yg keras kepala, ia terus menekan sang kakek hingga dengan terpaksa sang kakek menjawab semua pertanyaan gadis itu.
"Mami mu, mami mu yg di rawat di sini sejak kamu pergi"ucap kakek.
Tubuh Chika seketika kaku, matanya menatap kosong ke arah ubin rumah sakit, tangan nya beralih ke arah tembok saat tubuhnya tiba-tiba terasa lemas.
Air matanya mengalir tanpa permisi dari bola mata indah nya, apa sebegitu nya kah Aya kehilangan dirinya? Hingga wanita itu kehilangan kewarasan nya?
"Chika ayo kita ketemu mami kamu"ajak kakek sambil mengulurkan tangannya hendak memapah Chika
Chika mengangkat tangan nya menolak uluran tangan sang kakek, matanya kini kembali menatap ke arah ruang rawat sang mami.
"Chika bisa sendiri"jawab Chika
KAMU SEDANG MEMBACA
Mati Rasa
Teen FictionAda milyaran cerita cinta yg sudah disebar luaskan oleh penciptanya sendiri. Cerita cinta punya ku, atau punya mu, bukan satu-satunya yg paling indah. Tapi punya kamu dalam cerita cinta ku, itu adalah hal yg paling indah menurutku. Definisi mati ras...