10.MR🥀

354 69 2
                                    

"Pergi itu bukan suatu tujuan, melainkan sebuah keharusan ketika perjuangan sudah di sia-siakan"

Chika berjalan pelan menuju ke arah ruangan Aya, Tangan nya gemetar saat hendak menyentuh gagang pintu besi di hadapan nya.

Matanya terpejam dengan nafas terengah-engah, ia mencoba menetralkan nafas nya. Ia menelan ludah nya kasar kemudian dengan pelan ia mulai membuka pintu besi itu.

Pandangan pertama yg ia lihat adalah kegelapan. Sebuah ruangan luas dengan hanya kegelapan yg ia lihat. Samar-samar ia dapat melihat seseorang yang tertidur di kasur.

Wajahnya yang lelah memancarkan ketenangan, Chika masih diam belum beranjak dari tempat nya berdiri. Matanya yg coklat masih setia menatap dalam ke arah Aya yg tertidur dengan lelap.

Air mata yg sejak tadi menggenang di pelupuk matanya kini mulai menetes, berlomba-lomba untuk jatuh ke lantai. Dengan langkah kecil, Chika memberanikan dirinya untuk mendekat ke arah Aya.

Air matanya semakin deras saat wajah tirus Aya terlihat semakin jelas karna pancaran cahaya bulan yang tembus dari celah jendela.

Chika meremas mulutnya kuat-kuat guna meredam isakan nya yg semakin keras. Dengan bibir bergetar tangan nya terulur membelai pipi tirus Aya.

"Mami"gumam nya sambil terisak.

Tak ada pergerakan dari Aya, hanya ada suara dengkuran halus yg menenangkan, entah kenapa Chika merasa malam ini Aya tertidur begitu nyenyak.

"Maafin Chika mi"gumam Chika lagi.

Kali ini Chika memberanikan diri untuk memeluk tubuh kurus mami nya, tak ada yg berbeda. Hangat dan nyaman, masih sama seperti dulu.

Tak lama Chika merasakan pergerakan dari Aya, Chika mendongakan kepalanya menatap Aya yg juga menatap nya.

Pandangan mereka bertemu. Chika, gadis itu menatap mata coklat Aya dengan senyum terbaik nya, Aya pun sama. Ia menatap Chika dengan wajah penuh kerinduan.

"Pergi jangan ganggu aku, udah cukup kamu membuat aku gila dengan semua bayang-bayang yg nggk akan pernah menjadi nyata"ucap Aya lirih.

Deg

Chika terdiam, apa yg maminya katakan? Apa ia berfikir jika ini adalah sebuah mimpi? Atau dia berfikir dia sedang berhalusinasi?

Chika tak mengerti, tapi jujur saja ini menyakitkan. Chika menggeleng membantah semua ucapan Aya, namun wanita itu justru melepaskan pelukan Chika dari tubuhnya.

"Pergi, jangan ganggu aku, untuk kali ini tolong, aku cape banget, aku pengen istirahat"lirih nya menatap sayu ke arah Chika

"Mi ini Chika"ucap Chika

"Ratusan kali aku dengar itu dari mulut kamu"ucap Aya

"Mi tapi ini beneran Chika"ucap Chika

"Nggk, kamu bukan Chika anakku, pergi"ucap Aya

"Mi tapi ini beneran Chika, Chika harus gimana biar mami percaya?"tanya Chika

"Chika?"tanya Aya, Chika mengangguk semangat

"Iya mi ini Chika, anak mami"ucap Chika

Mati Rasa Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang