"setelah berperang dengan riuh yg meluluhkan peluh, aku hanya ingin berteduh di payung mata beningmu tanpa gaduh"
Di sebuah ruangan besar dengan dinding berwarna abu-abu, seorang pria paruh baya duduk termenung menatap sebuah figura di hadapan nya.
Pandangan kosong dengan alis terjalin, tangan nya yg bebas sesekali akan meremas pulpen di tangan nya.
Ingatan masa lalu kini kembali berputar di otak nya, secuil kenangan manis melintas di selingi beberapa rasa penyesalan yg seketika ikut melintas di ingatan nya.
*"Gimana bisa turun? Kamu belajar nggk sih?"tanya pucho sambil melempar hasil kertas ulangan Chika ke wajah gadis itu.
*"Maaf Pi, beberapa hari lalu Chika sakit jadi nggk sempet belajar"jawab Chika pelan
*"Halah alasan, dengar Chika, jika nilai kamu tidak berubah maka kamu akan terima akibat nya"ucap pucho kemudian melangkahkan kakinya pergi meninggalkan Chika yg masih setia diam menunduk.
Pucho mengusap wajahnya kasar saat ingatan 9th lalu melintas di benak nya, dimana Chika kecil harus bekerja keras atas nilai nya.
Rasa bersalah kini kembali memenuhi hatinya di tambah melihat wajah manis Chika yg tersenyum di dalam bingkai itu.
"Gimana kabar kamu nak? Papi rindu, maaf atas semua rasa sakit yg papi berikan. Gimana Chika apa sekarang sudah bahagia? Seharusnya iya karna kamu sudah terbebas dari jeratan iblis seperti papi, maaf Chika semua kesalahan papi dan maaf atas gagal nya papi menjaga mami mu"ucap pucho sambil mengusap figura Chika.
"Mami mu depresi, dan itu karna papi, karna papi kamu jadi pergi meninggalkan kita untuk selama-lamanya, dan karna papi juga mami kehilangan kamu dan menjadi seperti sekarang ini. Beribu maaf untuk mu"gumam pucho kemudian mendaratkan kecupan singkat pada foto Chika.
-
-
-
-"Kakak"gumam Christy sambil menaburkan bunga di sebuah gundukan tanah di hadapan nya.
Matanya yg bulat mulai berkaca-kaca menatap sebuah batu nisan bertuliskan nama lengkap sang kakak.
Air mata yg sejak tadi ia tahan kini mulai meluncur bebas di pipi nya, isakan lirih mulai terdengar bersamaan setetes air mata yg jatuh di atas gundukan itu.
Tangan nya yg bebas kini mulai beralih meremas bunga di tangan nya, setiap tetes air mata yg jatuh penuh rasa sakit. Setiap Isak yg ia keluarkan penuh akan rasa sesak. Ia meremas dadanya kuat-kuat sambil terus terisak.
"Kak aku nggk sekuat yg kakak kira"gumam Christy lagi
Tangan nya yg sejak tadi meremas bunga kini beralih mengusap batu nisan di gundukan tanah itu.
"Christy cape kak, kenapa kakak pergi tinggalin Christy? Papi udah nggk peduli sama kita, trus sekarang siapa yg bakal bantuin aku ngurus mami selain kakak? Aku bahkan belum sempet peluk-peluk kakak lama, tapi sekarang kakak udah pergi tinggalin aku"ucap Christy lagi.
Beberapa rintik hujan mulai turun membasahi tubuh semampai Christy, gerimis tidak bisa menghentikan Isak tangis gadis itu.
Jangankan menghentikan tangisan nya, untuk membuat gadis itu beranjak pun gerimis itu tidak akan mampu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mati Rasa
Teen FictionAda milyaran cerita cinta yg sudah disebar luaskan oleh penciptanya sendiri. Cerita cinta punya ku, atau punya mu, bukan satu-satunya yg paling indah. Tapi punya kamu dalam cerita cinta ku, itu adalah hal yg paling indah menurutku. Definisi mati ras...