15.MR🥀

348 56 2
                                        

"Aku ingin mencintaimu Lebih banyak dari debat, lebih besar dari sabar, lebih lama dari selamanya"

Kini di sebuah ruang rawat bernuansa putih tulang berkumpul satu orang laki-laki, lima orang gadis yg satu di antaranya masih dalam keadaan tak sadarkan diri di atas brankar.

Wajah mereka Tampak serius dengan mata keempat gadis itu yg menatap serius ke arah seorang laki-laki yg duduk tenang di hadapan mereka.

"Jadi dia bukan Chika?"tanya ashel

"Mau berapa kali lagi saya jawab? Dia itu atasan saya, dan dia bukan Chika yg kalian tanyain dari tadi"jawab laki-laki itu jengah.

"Lagian Chika tuh siapa sih?"tanya laki-laki itu kesal

"Chika itu temen kita, dia udah meninggal 5 tahun lalu"jawab Marsha

"Dia kan udah meninggal, kenapa malah tanya-tanya dia? Kalo kalian mau cari dia ya kekuburan nya lah, ngapain nyari ke sini?"bingung laki-laki itu

Jessi hanya diam tak menjawab, namun tangan nya meraih henfon nya yg sejak tadi berada di dalam tas nya. Ia mengotak Atik henfon nya sebelum akhirnya menunjukkan sesuatu pada laki-laki itu.

Alis laki-laki itu menyatu dengan pandangan tak menyangka, pandangan nya menajam guna melihat foto itu lebih jelas.

Di foto itu terdapat lima orang gadis saling merangkul satu sama lain dengan seragam putih abu-abu nya, senyum bahagia terlihat mempesona membuat guratan keceriaan semakin terpancar.

Namun fokus laki-laki itu bukan pada yg lainnya, matanya terus tertuju pada foto seorang gadis yg berdiri di ujung sebelah kanan. Mata coklat dan rambut panjang pirang nya sama persis seperti sang atasan.

Ia meraih henfon Jessi kemudian bangkit dan berjalan mendekat ke arah brankar sang atasan. Raut wajah kaget yg mendominasi membuat otak nya harus berfikir keras.

Kenapa? Kenapa bisa mereka sama persis? Apakah atasannya dan gadis yg ada di dalam foto ini adalah orang yang sama? Tapi bagaimana bisa?

"Sekarang tau kan kenapa kita Dateng ke sini?"tanya ashel

"Tapi nama atasan saya bukan Chika, saya liat di KTP atasan saya namanya bukan Chika, tapi Reska"ucap laki-laki itu

-
-
-

"Mi, mami harus makan yg banyak ya? Biar mami cepet sehat trus bisa pulang deh"ucap Chika

Aya hanya diam menatap ke arah putri nya yg selama ini ia rindukan, firasat nya memang benar jika putri nya masih hidup.

Selama ini ia melihat putrinya di makamkan namun hatinya masih terus menolak kalau putrinya sudah tiada.

Hatinya bergetar hebat saat kembali melihat wajah sang putri yg muncul di depan matanya, awalnya ia mengira itu hanyalah halusinasi yg sering ia alami.

Halusinasi yg akan membuat dirinya terus berharap dan tersiksa. Namun di saat ia mengusap wajah itu, ia bisa menyentuh nya, putrinya nyata. Entah berapa kali ia berterima kasih kepada tuhan atas kemurahan hati nya.

Yg pasti ia sangat amat bersyukur putri nya ada di sini, dia baik-baik saja dan sehat. Itu sudah lebih dari cukup untuk Aya.

"Kamu selama ini di mana kak? Kok kamu tega tinggalin mami?"tanya Aya pelan.

Chika yg awalnya fokus pada makanan sang mami kini mulai mengalihkan pandangan nya pada wanita paruh baya yg sudah melahirkan nya.

Senyum lembut terpatri cantik di wajah nya yg ayu, mata coklat berkilau itu menunjukan kehangatan yg selama ini hilang, lenyap entah kemana. Ia meletakan mangkuk bubur yg masih tinggal sedikit itu kemudian menggenggam tangan sang mami dengan lembut.

"Maafin Chika ya mi? Maafin Chika kalo Chika udah ninggalin mami, selama ini Chika di Paris mi, Chika di sana belajar buat ngeraih cita-cita Chika, mami nggk tau kan kalo Chika sekarang jadi dokter? Chika berhasil raih cita-cita Chika"ucap Chika

"Maaf ya mi kalo Chika keliatan egois, karna Chika emang mau egois buat diri sendiri, maafin Chika kalo waktu itu Chika milih buat pergi, karna kalo nggk pergi Chika bakal terus ngerasain sakit mi"ucap Chika

"Chika udah cape banget idup di bawah tekanan papi, Chika pengen hidup di jalan pilihan Chika sendiri, Chika pengen nunjukin kalo Chika juga bisa seperti mereka dengan usaha Chika sendiri"

"Dulu papi selalu ragu sama kemampuan Chika, dia bilang Chika nggk akan mungkin bisa jadi dokter hebat, tapi Chika buktiin itu semua, Chika bisa mi"ucap Chika sambil menggenggam tangan aya

Aya tersenyum haru menatap putrinya dengan sendu, ia bangga, sangat amat bangga melihat putrinya yg mampu berdiri dengan kakinya sendiri.

Namun wajah cerahnya berubah menjadi sedikit murung saat mengingat nasib putri bungsunya yg kini menjadi korban keegoisan ayah dan putri nya.

Ia melepaskan tangan nya dari genggaman tangan putri sulung nya, ia menangkap wajah cantik itu dengan sedikit mengusap pipi nya

"Mami bangga, bangga banget sama kak Chika, tapi mami sedikit menyayangkan tindakan kak Chika, nak dengerin mami, seberat apapun masalah yg kita hadapi kabur bukan lah jalan keluar nak"tutur kata yg lembut sekali membuat Chika hanya bisa diam mendengarkan kata yg akan di ucap kan sang mami

"Oke mami tau kalo kamu emang udah nggk tahan sama masalah itu, tapi dengan kepergian kamu, banyak orang yang nggk bersalah jadi korban, contohnya Christy, apa kamu pernah berfikir gimana nasib dia setelah kamu pergi?"pertanyaan Aya di akhir kalimat nya membuat Chika terdiam tak mampu menjawab.

Aya benar, selama ini ia hidup bahagia di Paris tanpa memikirkan Nasih orang-orang yg telah ia tinggalkan, ia tak memikirkan Christy adik nya, ia tak memikirkan Aya mami nya.

Chika ingin egois tapi ia terlalu egois, kepalanya berputar memikirkan hal apa yg telah terjadi pada adik satu-satunya.

Apakah adik nya yg menggantikan posisinya sebagai penerus perusahaan? Chika terdiam memikirkan hal itu, padahal yg ia tau Christy dari kecil ingin sekali menjadi seorang balerina.

Chika akui ia sangat egois, ia pergi untuk meraih cita-cita nya, tapi ia tidak berfikir jika bukan hanya dia yang memiliki cita-cita tapi adik nya juga

Dadanya seketika sesak saat membayangkan tekanan yg dulu ia rasakan kini adik nya rasakan. Air matanya menetes memikirkan hal itu semua.

"Kak mami tau, selama ini kamu selalu nurutin kemauan papi kamu, mami juga tau untuk kali ini kamu mau egois, tapi inget kak setiap orang pasti punya masalah, dengan kamu pergi menghindari masalah itu, tanpa sadar kamu ngelimpahin masalah kamu ke orang lain"ucap Aya sambil mengusap surai hitam milik Chika

Semua yg mami nya ucapkan benar, ia terlalu sibuk memikirkan dirinya sendiri, ia tak pernah memikirkan akibat dari semua yg ia lakukan.

Ia tak pernah berfikir jika Christy akan menjadi korban akibat keegoisan nya dan sang papi. Bukan hanya Christy tapi Aya juga ikut terkorban di sini.

Chika hanya diam memikirkan semua yg berputar di kepalanya sambil menikmati usapan Aya di kepalanya, air matanya menetes tanpa terasa membuat dadanya kian sesak






Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 08, 2024 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Mati Rasa Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang