11.MR🥀

277 65 4
                                    

"Kau adalah sebuah panorama pada sebuah lanskap waktu, yg tertangkap jelas oleh kamera ingatanku"

Kini sudah genap satu Minggu Chika berada di Indonesia, dan selama itu pun ia tak pernah absen untuk tidak menjenguk sang mami.

Beberapa kali juga ia hampir saja terpergok oleh Christy, dan untung saja tuhan masih berpihak padanya saat itu.

Untuk sekarang Chika memilih untuk tetap bersembunyi dari mereka, ia tak mau jika keberadaan nya di ketahui terlalu cepat oleh mereka.

Seperti pagi ini, Chika sedang berjalan di supermarket yang paling dekat dengan rumah sakit jiwa, rencananya ia akan membeli beberapa buah untuk ia bawa menemui Aya.

Di hadapannya beberapa buah mangga kesukaan sang mami, dengan lihai Chika mengambil beberapa buah pilihan nya kemudian memasukan nya ke keranjang.

Setelah memilih beberapa mangga yg akan ia beli Chika pun membawa nya ke kasir kemudian membayar semua mangga yg telah di pilih nya.

Setelah membayar Chika pun berjalan keluar menuju ke arah mobil nya berada, saat akan membuka pintu mobil nya ia di hentikan dengan suara seseorang.

"Nona"panggil seorang pria paruh baya.

Chika menolehkan kepalanya, dan saat itu juga tubuh nya menegang menatap ke arah seseorang itu dengan pandangan gugup.

"Nona? Ini beneran nggk kenal aku?"batin Chika

"Nona ada di sini juga?"tanya nya.

Chika masih diam sambil menormalkan detak jantung nya yg berdetak tak karuan akibat kaget, sesekali ia menghembuskan nafasnya pelan sebelum akhirnya menjawab pertanyaan pria paruh baya itu.

"Ini tempat umum, semua orang boleh ke sini"jawab Chika

"Ah iya benar"ucap nya canggung

"Maaf saya masih ada urusan, permisi"ucap Chika cepat-cepat masuk ke dalam mobil nya dan pergi meninggalkan area supermarket.

Dari kejauhan pria paruh baya itu masih diam menatap mobil yg terus menjauh dari tempat nya dengan alis menyatu. Ia seperti asing dengan mobil yg di Kendari gadis itu.

"Itu bukan mobil yg sering di Kendari nona, lalu itu mobil siapa?"ucap nya bermonolog.

"Ah nona pasti punya banyak mobil, dia kan orang kaya, tapi kemarin aku melihat rambut nona masih berwarna pirang, kenapa sekarang sudah hitam? Ah wanita memang selalu seperti itu, suka sekali mengganti warna rambut"monolog nya lagi kemudian pergi meninggalkan area supermarket.

-
-
-
-

Sepasang kaki jenjang dengan sepatu heels tinggi terlihat anggun berjalan memasuki gedung kantor, pandangan mata tajam terus menyorot ke arah depan.

Beberapa sapaan para staf kini mulai terdengar saat ia melangkahkan kakinya masuk ke dalam gedung. Dengan langkah angkuh ia berjalan melewati beberapa staf yg menunduk menyapa.

Kakinya berbelok ke arah ruangan nya, tangan nya meraih knop pintu kemudian mendorong nya dengan gerakan pelan.

Alis nya bertaut saat mendapati seorang pria paruh baya yg jarang sekali ia temui sedang duduk di sofa ruangan nya, dengan langkah malas ia berjalan melewati laki-laki itu kemudian mendudukan dirinya di kursi kebanggaan nya.

"Kenapa papi ke sini? Tumben"tanya nya

"Papi cuman mau tanya sedikit sama kamu"ucap pria itu, pucho

"Tanya apa?"tanya gadis itu, Christy dengan tangan meraih sebuah berkas yg ada di meja nya.

"Apa kamu akan percaya jika papi mengatakan kakak mu masih hidup?"tanya pucho

Christy, gadis itu menghentikan kegiatan nya, ia menoleh ke arah pucho dengan alis menyatu, kemudian tawa keras terdengar nyaring di ruangan bernuansa abu-abu putih itu.

Pucho, pria itu hanya menghela nafas nya berat saat melihat respon putri nya yg sesuai dengan apa yg ia pikirkan sebelum nya.

Bukan apa-apa, jujur ia juga merasa bodoh atas itu tapi ia hanya mengatakan apa yg ia lihat. Gadis yg beberapa hari ini ia temui, dia sangat mirip dengan mendiang sang putri.

Pucho kembali mengalihkan pandangan saat tawa Christy tak lagi terdengar, di tatap nya wajah sang putri yg menatapnya dengan senyum remeh.

"Kalau kak Chika masih hidup, lalu siapa yg kita makan kan? Bukan nya papi sendiri yg nemuin kak Chika dengan keadaan nggk bernyawa? Trus kalo emang ada keajaiban tuhan yg ngebuat kak Chika hidup lagi, papi mau apa?"tanya Christy angkuh.

-
-
-
-

Chika gadis itu dengan telaten menyuapi sang mami dengan potongan-potongan buah mangga yg sudah ia kupas sebelumnya.

Ia tersenyum puas saat sang mami dengan lahap menerima semua suapan yg Chika berikan. Di tatap nya wajah sang mami yg mulai berisi tak seperti sebelumnya.

Saat pertama kali bertemu dengan Aya lagi, Chika merasakan keprihatinan kepada sang mami, di mana tubuh nya terlihat sangat kurus, kantung mata menghitam, dan sorot mata yg kosong penuh akan keputusan asaan.

Tapi sekarang semenjak Chika hadir, Aya menjadi lebih baik, tubuh nya tak sekurus dulu, kantung mata yg tak lagi menghitam, dan tatapan yg dulunya kosong sekarang berbinar cerah seperti sedia kala.

Chika bersyukur atas meningkatnya kesehatan sang mami, ia juga merasa bersalah, akibat perbuatannya ia harus meninggalkan sang mami dan membuat nya seperti ini.

"Mi maafin Chika ya, karna Chika mami jadi ada di tempat ini"ucap Chika

Aya tersenyum tipis kemudian menggelengkan kepalanya, tangan kanan nya terangkat untuk mengusap Surai hitam milik Chika

"Ini bukan salah kamu, mami paham kamu kecewa, tapi tolong jangan tinggal kan mami lagi"ucap Aya

Chika menggeleng kuat sambil menatap mata coklat sang mami, tangan nya terulur untuk menggenggam tangan sang mami yg ada di pipi nya.

"Chika janji nggk akan tinggalin mami lagi"ucap Chika

"Janji?"tanya Aya sambil menjulurkan jari kelingking nya.

Chika tersenyum kemudian menautkan kelingking nya dengan kelingking sang mami.

"Janji"jawab Chika

Sayup-sayup suara langkah kaki terdengar di telinga Aya, dengan cepat wanita itu menoleh ke arah pintu kemudian menatap Chika

"Kak mami denger suara langkah kaki, lebih baik kamu segera pergi dari sini sebelum ada orang yang liat kamu"ucap Aya yg di angguki Chika

Di luar ruangan, sepasang kaki jenjang berjalan lurus menyusuri lorong yg terlihat sunyi. Pandangan mata lembut menyorot ke sana kemari.

Kakinya kini tiba di sebuah ruangan yg sejak tadi ia tuju, tangan nya yg bebas bergerak hendak meraih knop pintu untuk membuka nya.

Saat ingin membuka pintu, tiba-tiba pintu itu di buka dari dalam membuat gadis itu kaget dan reflek memundurkan tubuhnya.

Mata nya yg bulat seketika terpaku saat mendapati seseorang yg telah lama di kabarkan meninggal dunia, orang itu pun sama.

Tubuh mereka seakan kaku tak bisa di gerakan, mata mereka saling memandang dengan pandangan penuh arti.

Bibir mereka serasa keluar tak tau apa yg bisa mereka ucap kan, nafas mereka tercekat sebelum akhirnya salah satu dari mereka bergumam pelan.

"Chika"gumam nya



Mati Rasa Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang