Sasabila Amalia melangkahkan kaki masuk ke dalam kelas. Jantungnya berdegup kencang melihat wajah-wajah baru yang mengisi hampir setengah dari total jumlah bangku yang ada.
Semester ini, dia harus mencari kelompok pertemanan wanita, atau paling tidak satu orang sahabat.
Karena tahun lalu, saat Sasa menduduki tahun pertama sebagai siswa kelas satu SMA Pentagon. Dia tidak mendapatkan teman dan berakhir dikucilkan.
Sebenarnya bukan tidak mendapatkan teman sama sekali, beberapa orang mendekati dan didekatinya, tapi karena masalah sesama perempuan yang tak terselesaikan. Sasa berakhir pada ending penjelasan terakhir paragraf sebelumnya; dikucilkan.
Sebab dari semua kejadian ini bermula dari watak Sasa yang pendiam. Dia agak pemalu, tidak enakan, dan tipe memperhatikan.
Tapi bukan tipe cupu, rambut kepang dua, dan gampang kaget kalau disentuh.
Sasa hanya sedikit malu, menyebabkannya ragu dalam masalah berkomunikasi dan pada akhirnya selalu terasingkan oleh yang lain.
Untuk mengubah nasib. Sasabila Amalia membaca buku langkah-langkah menjadi ekstrovert dan pusat perhatian.
Buku yang dia beli dari pasar loak dekat kosannya, dan sejak itu, Sasa berubah dari perempuan pendiam, menjadi perempuan aktif bicara.
Ini adalah harapannya, semoga sesuai dengan yang Sasa harapkan.
Kembali pada kejadian sekarang. Baru saja Sasa akan melangkah masuk, seseorang dengan tubuh tinggi macam kebanyakkan makan kacang panjang menabraknya, membuat Sasa terpelanting sampai berbeleng karena ukuran tinggi badan yang berbeda.
Gadis itu mengaduh, saking keras tabrakkannya. Sasa sampai kembali harus menabrak kusen pintu dan menyebabkan dahinya nyeri.
Tuk!
"Aww, shh. Sakit."
"Maaf, nggak sengaja." Suara sedikit berat mengalun masuk ke dalam telinga, meski terdengar malas. Entah kenapa rasanya candu.
Sasa menaik wajah dan menemukan pelaku dari tabrakan yang dia alami.
Adalah seorang laki-laki dengan rambut agak panjang dan berwajah dingin.
Sasa menyadari. Sekolah yang ia masuki bukan jenis sembarangan, semua siswa yang bisa membawa label murid secara resmi telah memalui banyak tes ketat dan juga nilai masa sekolah menengah yang bagus.
Belum lagi harus didukung oleh piagam-piagam tingkat nasional.
Hal itu menyebabkan semua yang menjadi siswa memiliki standar terbaik dari yang terbaik. Dan hal itu juga turut berpengaruh pada bentuk fisik serta wajah.
Hampir keseluruhannya memiliki pesona bak artis atau idola negeri gingseng.
Sasa pikir, dia sedang ada di agensi pembentukkan boygirl atau boygrup selama di pentagon.
Namun saat melihat laki-laki yang baru saja menabraknya, halusinasi gadis itu berganti menjadi berpikir bahwa dia sedang ada di tempat lain bernama hollywood.
Laki-laki di depannya ini gabungan antara ras Asia dan barat. Tubuhnya bagus, tegap dengan porsi otot tidak berlebih.
Wajahnya tampan, nyaris mendekati cantik. Dengan kulit bening seperti dirawat dengan baik.
Disebabkan pesona visual luar biasa yang ada di hadapannya. Sasa tanpa sadar memuntahkan kata yang seharusnya tidak dia ucapkan, "Ganteng banget, aku suka."
"Ya?" Yang disebut menatap pada gadis itu. Wajahnya terlihat agak kaget sedetik, sebelum berubah datar.
"Hah? Eh, sorry. Ee ... aku."
KAMU SEDANG MEMBACA
Your Pretty Like Blood In The Snow
Mystery / ThrillerSasa Bila jatuh cinta pada teman sekelasnya. Seperti kebanyakkan remaja laki-laki yang digambarkan menarik, Yudith memukau pada pandangan pertama. Namun, kisah cinta itu tidak berjalan mulus lantaran Yudith yang terasa berbeda dan aneh. Hingga di su...