Note: Yang semangat eaaa komennya. Tiap paragraf komenin aja. Peluk ciyum dari Syarlot
***
"Lari! Lari yang kencang, begitu kau melihat lubang pada kawat yang kukatakan, kau harus berlari sekuat tenaga. Bayangkan kau mempertaruhkan hidupmu. Jangan sampai tertangkap."
Sepasang mata itu merekam semua yang dia lihat. Otaknya memproses, mengelola informasi dengan cepat. Menghitung berapa persentase keberhasilan kalau dirinya mengikut sertakan sosok di depan.
"Kenapa kau diam saja! Ayo lari."
"Tapi bagaimana denganmu?"
"Aku baik-baik saja. Urus dirimu sendiri, nanti aku akan menyusul."
"Kau janji?" Bibirnya pecah, kering, sebagian menunjukkan sisa-sisa darah. Saat cemas, tangan mungilnya tak terasa menarik kulit sampai terkelupas dan membuatnya harus menanggung rasa perih kalau sudah sadar nanti.
"Aku akan menyusul. Kau tenang saja."
"Apa kau janji?"
"Lari! lari sekarang."
"Kau harus janji dulu, Alisa. Kau harus janji." Bocah laki-laki itu menyodorkan kelingkingnya.
"Iya, aku janji."
Rasa lega langsung merasuk dalam dada. Dia menoleh, menatap dengan mata bulat semua benda yang ada di tempat itu. Ini kali pertama baginya masuk ke dalam kamp khusus para pemburu. Dia harus bisa kembali ke sini kalau-kalau Alisa tak menepati janji. Tapi biasanya, Alisa tak pernah bohong, gadis itu selalu menepati perkataan seperti bajak laut.
"Kau sudah janji, jadi kau harus--"
"Pergi! Pergi sekarang! Kenapa kau terus-terus saja mengoceh. Susah sekali membuatmu beranjak dari sini."
Dia mengerjap, belum pernah kena bentak sebelumnya. Berbalik ke belakang, tungkai kecil itu berpacu ragu membentuk jarak, awalnya hanya lari-lari kecil. Sampai akhirnya dia berlari sekuat tenaga ke tempat yang Alisa katakan. Di pandangan terakhirnya saat melihat Alisa, dia tersenyum melambaikan tangan.
Tapi ...
Sepuluh menit, dua puluh menit, satu jam berlalu. Tak ada tanda-tanda Alisa muncul. Dia mulai khawatir lagi, berjongkok di dekat pagar kawat sambil mengupasi kulit kering di bibir.
"Mana Alisa? Dimana dia? Kenapa belum datang?"
Matahari sudah terjun bebas dari tahta langit, menyisakan kelam yang menyorot ke segala penjuru. Semua gelap, hanya ada semilir angin bertiup menerbangkan rambut panjangnya. Dia mendongak, menatap sisa-sisa jejak bola gas pijar raksasa yang membentuk semburat merdu merayu.
Oranye, coklat, dan kuning mendebarkan. Haruskah dia pergi? Tapi ... Dia ingin bertemu Alisa, dia ingin melihat kakaknya dan bertanya kenapa belum tiba. Sempat ragu untuk berbalik karena larangan keras dari gadis itu membuatnya takut. Rekaman suara kencang yang membentaknya membuat rasa cemas terulang. Namun, tak ada pilihan.
Dirinya ... terlalu penasaran.
"Aku akan kembali."
Dan itu adalah keputusan paling fatal yang pernah dia ambil. Sebuah kesalahan yang memicu semua bencana, karena setelah dia kembali, dia tahu dia tidak akan pernah bisa kembali seperti awal lagi.
Tubuh Alisa ditemukan meringkuk dengan posisi menyedihkan. Rambutnya kusut dan matanya sembab. Sebuah luka menghias bibir yang suka menuturkan dongeng pengantar tidur kala dirinya tak bisa menemukan kantuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Your Pretty Like Blood In The Snow
Mystery / ThrillerSasa Bila jatuh cinta pada teman sekelasnya. Seperti kebanyakkan remaja laki-laki yang digambarkan menarik, Yudith memukau pada pandangan pertama. Namun, kisah cinta itu tidak berjalan mulus lantaran Yudith yang terasa berbeda dan aneh. Hingga di su...