Teman-teman, maaf ini ke double ya. Saya juga baru sadar sekarang kalau ada part yang double. Karena ga mau merusak posisi komen. Jadi ini saya biarkan. Skip aja. Terima kasih
***
Jantung Sasa berdegup kencang. Ada perasaan cemas menyusup ke dalam dada gadis itu saat melihat laki-laki kaki panjang yang menjulang di depannya.
Posisi tangan Decky masih memegang erat pergelangan tangan Sasa, tidak sedikitpun berniat melepaskan gadis itu. Sebenarnya, sudah berkali-kali Decky mengajak bicara Sasa, mulai dari menemui gadis itu, meminta pada orang lain memberi pesan pada Sasa untuk bertemu, sampai mencegatnya pulang.
Namun, Sasa selalu berhasil melarikan diri dengan ragam alasan. Wajah cantiknya selalu terlihat cemas dan tak nyaman bila berhadapan dengan Decky, seakan gadis itu sedang melihat hantu saja.
"Kik, lepasin tangan gue."
"Kalo gue lepasin, lo bakal kabur nggak?"
"Ya, kabur lah."
"Tuh, kan. Lo kenapa sih, Sa? Selalu aja ngehindarin gue. Emang gue ada bikin salah ya sama lo?"
"Gue nggak mau deket-deket sama lo aja. Lo itu saingan gue!"
"Saingan apaan? Lo aja ranking empat semester kemarin."
Merah wajah Sasa mendengarnya. Semenjak tidak lagi membahas soal bersama dengan Decky, prestasi Sasa menurun. Semester awal masuk, gadis itu masih mendapat peringkat kedua dengan Decky yang pertama, tapi selanjutnya. Nilai Sasa terjun bebas dan membuat gadis itu tak lagi menduduki jajaran top tiga.
Decky yang awalnya percaya kalau Sasa menjauhinya karena masalah persaingan, jadi menunjukkan curiga dan mulai mempertanyakan kebenaran dibalik kenapa gadis itu menghindarinya.
Itu tidak masuk akal. Lebih masuk akal kalau Sasa menyalip ranking Decky, atau setidaknya masih berada dua tingkat di bawah, dan ranking empat sungguh keterlaluan untuk bisa disambungkan dengan semua keganjilan ini.
Pasti sudah terjadi sesuatu yang tidak Decky tahu.
"Sekarang lo ngomong ke gue apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa lo menghindar, Sa? Gue salah apa?"
Sasa melepas pergelangan tangannya dari genggaman laki-laki itu, kemudian dia mundur selangkah. Tapi Decky dengan tidak tahu diri maju untuk kembali mendekatinya.
"Iih, jauh-jauh."
"Kenapa sih?"
"Gue nggak mau."
"Nggak mau kenapa?"
Sasa celingak-celinguk memperhatikan keberadaan orang lain di belakang punggung Decky. Gadis itu cemas takut Stevi atau siapa pun menyusul lalu mendapatinya sedang mengobrol pada laki-laki most wanted calon ketua osis ini.
Dia tidak ingin kejadian waktu itu terulangi. Momen saat dirinya dikunci di kamar mandi oleh geng Stevi, lalu seperti kebanyakkan perundung lainnya. Sasa diguyur dengan air bekas kain pel sekolah.
Gadis itu menangis sendirian, terkunci sampai tiga jam lamanya. Hampir menjelang magrib sebelum penjaga sekolah mendapati suara tangis Sasa dan mengeluarkannya dari bilik kamar mandi.
"G-gue ... gue cuma nggak nyaman aja. Gue takut."
"Takut kenapa? Ada yang ngancam lo? Siapa orangnya?"
"Enggak." Sasa menggeleng. Bibirnya setia bungkam menolak membeberkan kebenaran. Tenggorokkan gadis itu bahkan terasa tercekat kala mengingat wajah mengamuk Stevi karena Sasa masih saja berani menemui Decky yang sudah berstatus sebagai kekasihnya. Tak tahu kah ratu sekolah itu kalau bukan Sasa yang kecentilan, tapi kekasihnya yang terus saja menemui gadis itu dengan ragam cara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Your Pretty Like Blood In The Snow
Mystery / ThrillerSasa Bila jatuh cinta pada teman sekelasnya. Seperti kebanyakkan remaja laki-laki yang digambarkan menarik, Yudith memukau pada pandangan pertama. Namun, kisah cinta itu tidak berjalan mulus lantaran Yudith yang terasa berbeda dan aneh. Hingga di su...