Bab 2

962 10 0
                                    

Pada keesokan harinya. Gadis itu telah selesai dengan jam kerjanya, ia menyandarkan kepalanya ke kursi kerja miliknya.

"Aselole joss... Alhamdulillah akhirnya selesai juga." Sambil merentangkan kedua tangannya yang pegal. Ia pun beranjak dari meja kerjanya menuju kantin. Namun, langkah kakinya terhenti karena ada panggilan tak asing dari suaranya.

"Mau kemana you!" Tegus bosnya si pemilik suara datar

"Ma-mau keluar lah ke kantin, ini kan udah jamnya makan siang. Masa mau ngelonin monitor, sama dokumen Mulu bos." Ucap Tania

"Hari ini kita makan siang bareng. Duduk sini dekat saya, tunggu 10 menit lagi kerjaan saya hampir kelar." Tegasnya

*Ett dah bujug... Ini bos kagak bosen apa ya? Dari pagi udah rapat sama Aing, ruangan kerja juga sharing bareng sama Aing, mana cuman di sekat sama pembatas kaca doang. Ini mau makan siang aja kudu bareng juga sama aing? Setiap hari, setiap jam, setiap menit, setiap detik masa kudu barengan terus? Macem pasutri baru aja Issh...* Batinnya

"Kurang jelas ucapan saya? Kenapa kamu masih aja berdiri disana Taniem? Sini duduk! Apa perlu saya gendong kamu?" Sambil mendelik kan matanya kearah Tania.

"Shit! Barusan dia manggil gua apa? Taniem? Wtf kurang belajar nih CEO sableng! Di kasih hati malahan minta jamur! Weh, jantung maksudnya." Umpatnya kecil

"Saya denger sama apa yang barusan kamu bilang."

"E-eh iya mangap bos, maksudnya ma'af. Kurang kecil berarti tadi suara saya." Sambil berjalan menepuk-nepuk kecil bibirnya, dan duduk di dekat Salman.

Tania memikirkan ketiga sahabatnya, ia berpikir pasti sahabatnya itu sudah menunggunya di luar ruangan untuk pergi makan siang bersama-sama.

*Suara telpon berdering*

Panggilan masuk dari Belendung. Jadi, disini nama sahabatnya Belinda tapi di kontaknya ia save jadi Belendung.

"Telpon masuk dari siapa itu?" Tanya pria itu dengan kepo nya.

"Da-dari bestie saya bos! Kasihan gak punya bestie ya pak bos? Jadi gak ada yang telpon ngajak makan siang bareng." Tania sambil meledek bosnya itu

"Besta, bestie! Kamu pikir saya ini laki-laki macem apa harus punya bestie?" Ucap Salman tanpa aba-aba langsung mengambil ponsel Tania dari genggamannya. "E-eh maling! Eh copet! Eh dasar main rampas aja." Spontan Tania berusaha mengambil ponselnya dari pria itu.

Pria itu kemudian mengusap tombol jawab pada ponsel gadis itu.

Belinda : "lama amat Lo! Udah laper nih! Betah amat berduaan di dalam sama kulkas empat pintu. Ngapain aja Lo, praktek bikin anak?" Belinda dengan nada frontal nya.

Karena disini sifat dari bosnya yang dominan dingin dan juga datar, jadi Tania bersama sahabatnya punya panggilan khusus yaitu kulkas empat pintu, atau kadang biasa mereka panggil kutub Utara.

Salman : "what praktek bikin anak? Kulkas empat pintu? Maksudnya?" Ucapnya dengan nada bingung

Belinda mendengar suara tersebut langsung shock seketika. Bisa-bisanya ponsel sahabatnya tapi yang angkat telpon malahan bosnya yang super dingin itu.

Belinda : "ma-maaf, se-sepertinya saya salah sambung." Belinda sambil memeriksa kembali nama kontak pada layar ponselnya.

Tania yang tak kalah kagetnya, ia langsung merebut kembali ponselnya dari tangan pria tersebut.

Tania Istri Sang CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang