17. Mengkhitbah
•••
"Reo..." Alsya berlirih saat melihat pemuda yang tidak asing dari pandangannya.
Alsya menatap Uminya yang berada disampingnya. Umi Hana hanya tersenyum lalu mengangguk.
"Hai Ustadzah!" sapa Reo tersenyum ria pada Alsya, seperti tak ada canggung-canggungnya.
Alsya hanya menunduk lalu berjalan mendekati Abinya dan duduk disampingnya, disusul oleh Umi Hana yang duduk disamping Alsya membuat Alsya berada ditengah-tengah mereka.
Tapi, seketika Alsya mengerutkan keningnya saat tidak melihat orang tua Reo. Yang Alsya lihat hanya pria paruh baya yang bukan ayahnya.
Reo yang melihat Alsya yang bingung hanya terkekeh pelan. Pasti mengira dirinya yang akan mengkitbah Alsya.
"Tenang, Ustadzah. Bukan saya kok yang mau meminang, Ustadzah." Ucapan Reo membuat Alsya semakin heran. Berbagai pertanyaan berputar dipikirannya.
Kalau bukan Reo yang melamar. Terus pria paruh baya ini? Rasanya tidak mungkin, Aryano—pria paruh baya itu memiliki istri dan satu anak, eh!
"Bi? Terus siapa yang mau khitbah aku?" bisik Alsya pada Abinya.
"Tunggu, dia sedang menelpon diluar," jawab Abi Hafidz.
"Assalamualaikum," salam seseorang yang berasal dari pintu keluar membuat semua yang ada disana menoleh.
"Assalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh," jawab mereka berbarengan.
Pupil mata Alsya terbelalak kaget saat melihat siapa yang berjalan menuju ruang tamunya.
Lelaki itu... Orang yang sangat Alsya kenali. Lelaki itu tersenyum lalu menyalami tangan Abi Hafidz dan menyatukan kedua tangannya kepada Umi Hana.
"Re—Ren... Zo," guman Alsya lalu menatap Reo yang tengah duduk santai sambil tersenyum.
Reo yang merasa ada yang menatap pun melihat kearah Alsya, lalu berucap. "Saya kesini cuma nemenin, Ustadz Bian. Katanya Kak Axel sama ustadz Seno gak bisa nemenin, jadi saya yang diajak deh."
"Ja—jadi..." Alsya gugup, terkejut, dan syok mendengar tutur kata yang keluar dari mulut Reo.
Mereka yang melihat keterkejutan Alsya pun terkekeh bersamaan.
Merekapun sedikit berbasa-basi untuk mencairkan suasana. Sedangkan Alsya dan Renzo hanya diam tanpa ikut nimbrung, keduanya sibuk dengan pikirannya masing-masing.
"Maaf, sebelumnya telah mengganggu waktu kalian. Sebenarnya, kedatangan kami kesini untuk—" Aryano menggantung ucapan lalu melirik kearah Renzo untuk memberi kode.
Renzo yang paham pun menarik nafas dalam-dalam dan berbicara.
"Assalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh, kedatangan saya kesini. Renzo Qabriyan Aldenata, ingin mengkhitbah putri tunggal Abi Hafidz dan Umi Hana yang bernama, Alsya Ziana Adeline untuk menjadi pendamping hidup saya." Renzo berucap dengan tegas dan lantang.
Deg!
Lagi-lagi, jantung Alsya berdebar seperti ada pertunjukan qasidah.
Abi Hafidz dan Umi Hana tersenyum lalu saling menatap satu sama lain. Terlihat Alsya yang hanya menunduk tak mengangkat kepalanya sama sekali.
"Apa jaminan kamu sehingga berani meminang putri kami?" tanya Abi Hafidz tegas.
"Saya sudah memiliki pekerjaan , dan itu cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup kita nanti." Renzo berucap dengan tenang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Married With Him (Hiatus)
Novela Juvenilbukan kebetulan, tapi inilah takdir Dia pernah berpacaran, dia pernah berpegangan tangan dengan yang bukan mahramnya. Dia pernah membentak, tetapi bukan kepada orangtuanya. Dia kasar, omongannya kotor, dan keras kepala. Dia Alsya Ziana Adeline Tapi...