16. Pulang
•••
"Assalamualaikum," salam Alsya saat memasuki area ndalem.
"Waalaikun salam warahmatullahi wabarokatuh," jawab mereka yang berada di ndalem dengan serempak.
Alsya tersenyum canggung, lalu ia berjalan menuju Uminya dan memeluknya erat.
Umi Hana mengelus kepalanya anaknya dan mengecupnya. "Umi, kangen." Alsya berujar membuat Umi Hana terkekeh.
"Sama abi gak kangen, nih?" serobot Abi Hafidz yang tengah menatap sedih kearah putri kecilnya.
Alsya terkikik geli melihat wajah Abinya yang ditekuk. Lalu ia menghampiri Abinya dan memeluknya, "kangen Abi," gumam Alsya yang masih bisa didengar oleh Abi Hafidz.
"Khem!" Deheman dari Kyai Ali membuat Alsya dan Abi Hafidz melepaskan pelukannya dan terkekeh canggung.
"Silahkan dimakan dulu, maaf cuma ini yang ada." Ummah Eva menyodorkan camilan dan sebuah minuman.
"Nggak papa, Va. Maaf kalo ngerepotin," kata Umi Hana membuat Ummah Eva tersenyum. Lalu Ummah Eva duduk disamping Kyai Ali.
"Ummm... Tumben Umi sama Abi gak langsung kerumah?" tanya Alsya yang memecahkan keheningan.
Mereka tersenyum simpul menanggapinya. "Kyai, Uma. Kedatangan kamu kesini, ingin meminta izin untuk membawa anak kami untuk pulang." Papar Abi Hafidz membuat mereka mengangguk.
"Tidak papa, kami izinkan. Tetapi satu minggu lagi, Ustadzah Al akan mengisi kajian bulanan. Semoga kalian mengerti," jawab Kyai Ali.
"Iya. Mungkin, tiga sampai empat hari kami meminjam Alsya," ucap Umi Hana membuat Alsya merengut kesal.
"Umi, emang aku barang?" bisik Alsya membuat Umi Hana terkekeh dan menggeleng.
"Kalian pasti sudah tau, mengapa kami mengajak Alsya pulang." Ucapan dari Abi Hafidz membuat Kyai Ali dan Ummah Eva tersenyum mengangguk.
"Iyah. Lagian, Ustadzah Al ini udah masanya untuk mendapatkan pasangan," ucap Ummah Eva membuat Alsya mengerutkan keningnya.
•••
"Saya mau shalat Dhuha dulu," ucap Renzo pada Seno yang berada di dapur.
Seno hanya mengangguk mengiyakan. "Mari Ustadz," ucap Renzo pada ustadz-ustadz yang berada disana. Merekapun mengangguk.
"Assalamualaikum," salam Renzo langsung di jawab oleh mereka.
"Waalaikun salam warahmatullahi wabarokatuh,"
Diperjalanan, Renzo melihat Alsya yang tergesa-gesa menuju rumahnya membuat Renzo menghampiri Alsya.
"Assalamualaikum, Ustadzah. Ada apa?" Pertanyaan itu membuat langkah Alsya terhenti dan sedikit mendongak lalu menunduk kembali.
"Waalaikun salam, nggak papa Ustadz. Saya ada keperluan," ucap Alsya menunduk dalam.
"Saya boleh bicara?" tanya Renzo membuat Alsya mengangguk.
"Sebenarnya..." Renzo menggantungkan kalimatnya sebelum disela oleh Alsya.
Saat seperti ini, Alsya malah teringat pada gelangnya yang hilang dan ingin menanyakannya.
"Ustadz?" panggil Alsya membuat Renzo tidak melanjutkan ucapannya.
"Ummm... Apa, Ustadz Renz–-Bian melihat ada gelang yang terjatuh?" tanya Alsya dengan gugup dan mencoba memberanikan diri.
Sedangkan Renzo tersenyum simpul. "Mungkin Ustadzah bisa menemukan gelang itu dengan cara lain," ucap Renzo membuat Alsya menyengrit heran.
"Maksudnya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Married With Him (Hiatus)
Genç Kurgubukan kebetulan, tapi inilah takdir Dia pernah berpacaran, dia pernah berpegangan tangan dengan yang bukan mahramnya. Dia pernah membentak, tetapi bukan kepada orangtuanya. Dia kasar, omongannya kotor, dan keras kepala. Dia Alsya Ziana Adeline Tapi...