13. Mengapa jadi Bian?

105 7 1
                                    

13. Mengapa jadi Bian?

•••

Dua orang pemuda sedang berada dirumah yang dibuat khusus untuk ustadz-ustadzah yang tinggal disana, letaknya dibelakang ndalem. Ada dua rumah tingkat sederhana yang berdampingan.

Satu pemuda sedang berada di balkon kamarnya, dia sedang merasakan semilir angin yang menghembus pelan kearahnya.

"Yan! Besok setelah mengajar, kamu anter saya pulang dulu, bisa?" tanya Seno pada Renzo yang berada di balkon.

"Masa baru sehari disini mau pulang aja?" Renzo berbalik dan berjalan menuju sofa.

"Sebentar aja. Saya mau bertemu sama ibu saya," ucap Seno membuat Renzo terdiam.

Pikirannya malah mengingat ucapan Papanya pagi hari tadi.

Flashback on

Satu pria paruh baya dan satu pemuda sedang berada diluar ndalem, mereka sama-sama diam sebelum pria paruh baya itu mulai berbicara.

"Kamu gak mau pulang?" tanya Aryano pada Renzo, putranya.

"Buat apa?" Hanya dua kata yang diucapkan Renzo untuk menjawab ucapan Aryano.

"Ibu rindu sama kamu," ucap Aryano membuat Renzo terkekeh miris, lalu ia menatap pria yang notabene-nya adalah Papanya.

"Emang ada ibu tiri rindu sama anak tirinya? Heh, yang ada ibu tiri itu seneng kalo gak ada saya," ucap Renzo. Terdengar nada kesedihan dari ucapannya.

Ditinggal oleh bundanya di umur yang masih batita untuk selamanya. Di umur yang sangat membutuhkan kasih sayang seorang ibu, tetapi malah kenyataan menampar Renzo. Dirinya sudah ditinggalkan.

Papanya yang kadang selalu sibuk dengan pekerjaannya untuk menghidupinya. Walaupun Aryano sudah berusaha menjadi sosok ayah dan ibu sekaligus, tapi itu tidak cukup.

"Ibu kamu rindu sama anaknya," ucap Aryano kembali, tidak menghiraukan ucapan Renzo.

"Anaknya yang mana?" tanya Renzo menatap sinis papanya.

"Kamu! Cuma kamu anaknya," ucap Aryano membuat Renzo kembali terkekeh, tapi kekehan itu terdengar—miris.

Aryano tau, anaknya tidak sekuat yang ia lihat sekarang. Anak yang sudah ia besarkan sampai sekarang, masih membutuhkan sosok seorang ibu. Jadi, Aryano memutuskan untuk menikah lagi, saat Renzo duduk dibangku kelas 3 SMP. Karena itu amanah.

Tapi ternyata, keputusannya membuat Renzo tidak menerimanya. Renzo bilang, “hanya ada satu ibu dihidupku,”

Renzo mendongakkan kepalanya supaya air matanya tidak luruh. Cengeng, tapi memang sesakit itu rasanya tidak memiliki ibu.

Aryano sama sekali tidak merespon, ia kemudian merogoh saku celananya untuk mengambil benda pipih yang selalu ia bawa kemana-mana.

"Liat ini! Ini rekaman CCTV yang ada di kamar kamu," ucap Aryano menyodorkan handphone-nya.

Renzo mulai memperhatikan video itu. Terlihat wanita paruh baya yang memasuki kamarnya, siapa lagi kalau bukan Sherly—ibu tirinya. Wanita itu menyusuri setiap inci ruangan yang ada disana, lalu wanita itu terlihat berhenti tepat dimana ada poto Renzo yang terpampang lebar di dinding.

Wanita itu mengusap poto itu, seperti menyiratkan kesedihan dan rasa rindu disana. Dan wanita itu mengambil satu bingkai foto kecil yang berada dinakas dan memeluknya erat dan seperti terisak.

"Ibu kangen, nak. Apa kamu gak kangen? Apa karena ibu cuma orang asing?" Terdengar lirihan dari video tersebut membuat Renzo langsung mengembalikan handphone-nya.

Married With Him (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang