7.

7.6K 217 6
                                    

Maaf yaa temen temen lama banget up nyaaa, awalnya aku kira cerita aku ga menarik, tapi votenya dikit bangeeeeeet, jd g semangat nulisss nyaaa, please bngttt banyak² vote biar aku smgt nulis yaaa, gratis kokkkk

.
.
.
.

"Aaaaa...." teriak Bianca sambil mengacak-acak rambutnya, ia juga menghengak hentakkan kakinya dengan kasar.

"Bianca berhenti, kamu tidak kasihan dengan anakmu sendiri?." Tanya Darren berusaha memegang Bianca dengan lembut.

"Gak peduli, aku mau keluar dari sini, antar aku pulang." Teriak Bianca dengan air mata yang sudah berderai, Bianca sudah lelah, baru sebulan dirinya disini, rasanya Bianca sudah hampir gila. Bianca tidak biasa dikurung seperti ini.

"Kamu gak bakalan pernah keluar dari sini." Ucap Darren tajam.

Mendengar itupun dengan kasar, Bianca menghempaskan tangan Darren. Ia berlari ke kamarnya dan mengunci pintu.

Ia menangis sekencang kencang nya, menarik-narik rambutnya sendiri. Tatapan Bianca jatuh pada perutnya yang sudah mulai sedikit membuncit.

Ia muak dengan hidup seperti ini, padahal dahulu Bianca termasuk perempuan yang keluar masuk club malam. Tetapi kenapa jadi seperti ini, membingungkan bukan.

Padahal Bianca berencana untuk menikmati hidup sendiri saja selamanya, tetapi sialnya tuhan tidak memberi izin. Astaga.....

Andai ia jadi gadis baik-baik apakah mungkin saja jika ia tak bertemu Darren dan mengandung anak pria itu?. Mengingat bahwa ia bertemu pria itu di club malam yang biasa ia singgahi.

Tunggu, jika dipikir pikir, ia bersama Darren hanya karena anak yang ada di dalam perutnya, bukan karena dirinya sendiri. Apakah mungkin jika setelah kelahiran bayi ini, Darren melepaskan nya?.

"Baiklah, nanti aku bakalan ninggalin dia disini, karena yang di perluin Darren cuman dia, bukan aku." Bianca langsung tersenyum lebar membayangkan semua itu. Dengan perlahan ia merebahkan dirinya diatas tempat tidur, dan mulai masuk ke alam mimpi.

Tok tok tok

"Nyonya, waktunya makan malam." Bianca yang mendengar suara ketukan dari luar itupun perlahan membuka matanya, tatapan nya beralih ke arah jam yang ternyata sudah hampir pukul delapan malam.

Bianca berdiri dan berjalan ke arah kamar mandi, memilih untuk mandi terlebih dahulu.

Ok, Bianca akan patuh mulai sekarang, benar, yang dibutuhkan Darren hanyalah bayi ini, bukan dirinya. Sambil keluar dari kamar dan menuju ruang makan, Bianca tersenyum lebar, sangat lebar.

Hingga Darren pun melihat nya dari jauh dengan kening yang berkerut dan heran.

"Bianca?." Tegur Darren, Darren takut jika Bianca melakukan sesuatu yang merugikan untuk anaknya.

"Yes sir?." Tanya Bianca dengan senyum yang masih mengembang, ia duduk di kursi meja makan yang hanya dua kursi itu.

Darren hanya menghela nafas kasar, tak tahu lagi harus berkata apa, entah drama apa yang akan dibuat wanita di depannya ini.

Bianca dengan perasaan senang hati memakan apa yang sudah tersajikan, mulai dari makanan berat, makanan ringan hingga dessert yang sudah tersedia.

"Bi, mau smootiest dong." Pinta Bianca, melihat Ameena yang sudah mengangguk pun Bianca langsung ke kamarnya, berjalan dengan riang.

Saat tiba di kamarnya pun Bianca langsung mengambil salah satu novel yang sudah tersedia di kamarnya, ia mulai membaca novel tersebut dengan satu gelas smootiest yang baru saja di antarkan oleh Ameena, satu jam telah berlalu, tiba-tiba pintu diketuk.

Tok tok tok

"Iya, masuk." Ucap Bianca, mungkin itu pasti bi Ameena.

Bianca langsung menghela nafas nya dengan kasar saat tahu siapa yang masuk ke dalam kamarnya, tetapi tumben sekali musang ini mengetuk pintu terdahulu.

"Bianca." Panggil Darren datar.

"Hmm." Ucap Bianca tetapi masih fokus dengan novel yang ia baca.

"Ayo minum vitamin sama susunya." Ucap Darren, Bianca yang mendengar itupun langsung menghentikan kegiatan nya. Astaga ia jadi ingat kejadian tadi malam, wajahnya tiba-tiba pucat.

Dengan gemetar Bianca langsung berdiri dan mengambil susu yang ada di tangan Darren, kemudian mengambil vitamin dan diakhiri dengan beberapa tegukan air putih.

"Su-sudah." Ucap Bianca dengan sedikir gemetaran, ia langsung merebahkan diri di tempat tidur dan menutup tubuhnya dengan selimut, ia pejamkan matanya dengan paksa.

Darren yang melihat itupun lagi dan lagi mengerutkan keningnya. Kenapa wanita di depannya ini aneh sekali, bukankah tadi ia tersenyum seperti mendapat satu batang emas dan berlian. Dan sekarang tiba-tiba gemetar dan layu. Ia menggeleng kan kepalanya dan pergi dari sana.

Saat sudah terdengar suara pintu tertutup, Bianca langsung menbuka selimut serta matanya. Bernafas sebanyak banyaknya dan berusaha menormalkan perasaannya.


"Bianca, bangun." Ucap Darren sambil menggoyangkan badan Bianca, berusaha membangunkan Bianca. Sudah lima belas menit ia berdiri disini dan mencoba membangunkan Bianca, tetapi wanita itu tetap tidur dengan mulut sedikit terbuka.

Akhirnya dengan terpaksa Darren langsung menutup jalan bernafas sang istri, mulut dan hidung Bianca. Satu menit berlalu, tetapo Bianca masih nyenyak, tetapi hampir menit kedua barulah ia sesak nafas dan langsung menggapai apa yang menyumbat hidungnya dengan mata yang masih menutup.

"Woi." Teriak Bianca, dadanya langsung sesak.

"Ayo bangun, dan bersihkan dirimu, kita akan ke rumah sakit untuk memeriksa keadaan anakku." Ucap Darren datar dan langsung keluar dari kamar Bianca, Bianca hanya mengangguk dan langsung merebahkan diri kembali.

Hei, ini masih pukul delapan pagi, kenapa harus ribut ribut, pria itu kan kaya, tidak mungkin harus menunggu nomor antrian di pagi hari untuk memeriksa keadaan anak mereka, what? Anak mereka?.

"Bianca." Teriak Darren dari luar, Bianca yang mendengar teriakan itupun langsung mendengus kesal dan berusaha bangun walau merasa sedikit pusing.

LOVE TROUBLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang