"Bagaimana dengan jenis kelamin nya?." Tanya Darren pada dokter yang sedang memegang alat usg itu.
Setelah beberapa saat sang dokter memperhatikan janin Darren dan Bianca di layar usg, barulah ia berbicara setelah yakin dengan apa yang ia lihat.
"Baby boy."
Ucapan dokter itu langsung mengundang senyum lebar pada Darren dan Bianca. Bahkan rasanya gigi Bianca akan kering karena tersenyum lebar sejak tadi.
"Selamat bapak, ibu, kalau gitu ayo akan saya kasih resep vitamin nya." Ucap dokter itu dan mulai mengemaskan alat-alat yang di gunakan nya untuk memeriksa Bianca.
Sepeninggalan dokter itu, Bianca langsung menghamburkan pelukan nya kepada Darren, rasanya tak tau lagi harus berkata apa saking bahagianya.
"We have baby boy." Suara Bianca bergetar mengucapkan itu di pelukan Darren.
"Yes, you are a good mother." Ucap Darren sambil mengelus-ngelus rambut Bianca yang memeluk.
"Ayo, ke tempat dokter buat ambil resep vitamin nya." Ajak Darren sambil memegang tangan Bianca, menuntun wanita itu untuk keluar dari ruangan usg.
"Terima kasih." Ucap Darren pada sang dokter saat wanita berusia tiga puluh lima tahunan itu memberikan secarik kertas.
Mereka keluar dengan Darren yang memegang erat tangan Bianca, hingga mereka sampai di apotek rumah sakit.
Lima menit menunggu, Darren datang dengan sebuah kantong. Bianca tersenyum tipis dan berjalan ke arah luar parkiran.
Darren masuk terlebih dahulu ke dalam mobil, diikuti oleh Bianca.
Dua menit berlalu, tetapi Darren masih tak menghidupkan mesin mobil. Bianca mengerutkan kening nya heran, dan mengalihkan pandangan nya pada pria itu.
Tetapi tatapan nya malah berada dengan Darren yang sejak tadi menatapnya dengan wajah datar.
"Kenapa gak jalan?." Tanya Bianca sambil melihat ke arah sepatu nya, berusaha menetralkan rasa gugup yang ada di hati nya.
"Bianca, kamu mau kan pulang ke rumah?."
Pertanyaan dari Darren langsung membuat Bianca terdiam, terdiam karena senang, ternyata pria itu masih menginginkan nya untuk ada di rumah pria itu.
Bianca bingung harus menjawab bagaimana, Bianca sepertinya harus jual mahal dulu agar tak terlalu jelas jika ia mengharapkan sang suami.
Dan lagi rasanya Bianca ingin mengumpat karena kesal dengan keadaan jantung nya yang tidak bisa di ajak kompromi.
Jantung nya malah berdetak kencang dan bisa Bianca pastikan sebentar lagi akan melompat.
Bianca menarik nafas dan kemudian merubah mimik wajahnya untuk mendalami peran.
"Jika berakhir dengan kamu memarahi ku dan kemudian meninggalkan ku begitu saja, lebih baik aku di rumah mama." Ucap Bianca ketus.
Walau di dalam hati berbanding terbalik, takut jika jawaban Darren di luar ekspetasi nya, takut jika pria itu berubah pikiran.
"Tidak, aku jamin tak akan seperti itu lagi, ayo pulang dengan ku." Jawab pria itu setelah beberapa saat.
"Oke." Jawaban dari Bianca mengundang senyum tipis pria itu. Bianca kemudian memperhatikan Darren yang mulai menghidupkan mesin mobil.
Setelah menempuh dua setengah jam perjalanan, barulah mereka sampai di rumah. Bianca berjalan lebih dahulu, meninggalkan Darren. Tubuh Bianca sudah terlalu lelah.
Bianca masuk ke dalam rumah meninggalkan Darren yang memasukkan mobil di garasi.
Bianca mengerutkan keningnya saat membuka pintu, keadaaan pintu itu malah terkunci.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE TROUBLE
Romanceketika kamu harus mengandung anak dari seorang pria kasar yang ternyata lebih gilanya lagi dirinya malah jatuh cinta pada pria itu.