18.

5.9K 231 16
                                    

Seperti biasa, vote dan komen dulu kalau mau lanjut. Vote serta komen kalian berarti banget bagi akuuu, vote dan komen kalian bisa jd penyemangat buat aku lanjutin cerita.

.
.
.

Bianca berusaha tersenyum tipis walau dengan mata yang berkaca-kaca sambil menahan isakan tangis, bukan salah pria itu jika dirinya sakit hati, bukan. Hanya Bianca saja yang terlalu berharap, dan terlalu percaya diri dengan perhatian pria itu.

Bianca benci mengakui jika ia sebenernya baru sadar jika semua perhatian yang lelaki itu berikan hanya semata-mata karena anak mereka yang ada di dalam kandungan nya.

Anak mereka?, haha. Bianca yakin setelah dirinya melahirkan, pria itu pasti mencampakkan nya dan merawat anak nya dengan wanita tadi.

Bianca meremas perutnya dengan mata yang memejam. Sialan, hidupnya tak pernah tenang rasanya.

Lebih baik dirinya menunggu di luar kantor daripada mendatangi pria itu. Bianca akhirnya berjalan ke arah lift untuk turun, tetapi dalam perjalanan, Bianca malah berpapasan dengan Della.

Nampak wanita itu menatap nya prihatin, sepertinya ia sudah tahu. Astaga, wanita itu sudah mengode Bianca, hanya saja ia terlalu polos untuk mengartikan maksud wanita itu.

"Eh, ibu Bianca." Sapa Della seramah mungkin, Bianca hanya membalas dengan senyum tipis.

"Ayo, sini, ibu mau jajan ke kantin gak?, saya temenin." Ajak Della, nampak Bianca berpikir sebentar dan akhirnya mengangguk lemah, lebih baik ia menerima tawaran Della, daripada seperti orang hilang nantinya disini.

Della berjalan terlebih dahulu, Bianca dengan langkah pelan mengikuti di belakang. Dengan mata yang masih berkaca-kaca, Bianca berusaha mengalihkan perhatiannya dengan memperhatikan lingkungan sekitar.

Sekitar dua menit berjalan, mereka tiba di salah satu kantin yang ada di sana. Dengan sopan, Della mempersilahkan Bianca duduk terlebih dahulu.

"Aduh, si neng cantik, bawa si cantik juga, temennya ya neng?." Tanya seorang lelaki yang datang dengan membawa sebuah buku. Nampak Della tertawa pelan mendengar ucapan pria itu.

"Engga mas, ini istrinya pak Darren." Jelas Della, bisa Bianca perhatian ekspresi wajah terkejut di wajah pria itu, mengapa semua orang memasang wajah itu ketika mendengar bahwa Bianca adalah istri Darren, apakah setidak pantas itu dirinya menjadi istri pria itu?.

"Eh, maaf bu, saya kira temennya si cantik." Ucap lelaki itu.

"Gak papa, santai aja." Ucap Bianca sambil tersenyum tipis, ia melihat-lihat sekitar kantin kantor itu. Nampak beberapa karyawan yang kebetulan juga menatapnya dan tersenyum tipis pada Bianca, yang mau tak mau membuat Bianca membalas senyum itu.

"Yaudah, saya mau spagetti nya satu, kalau bu Bianca maunya apa?." Tanya Della.

"Samain aja." Ucap Bianca, setelah itu barulah lelaki itu pergi dari tempat mereka.

"Della, yang di kantor Darren tadi, itu ya yang namanya Eva?." Tanya Bianca berusaha berani.

"Eh, i-iya." Ucap Della agak sedikit salah tingkah, lantaran karena merasa tak enak pada istri bos nya ini.

"Gak apa-apa, gak perlu sungkan, jawab sejujurnya aja." Ucap Bianca, Della hanya mengangguk-ngangguk kecil.

"Sejak kapan kamu kerja sama Darren?." Tanya Bianca.

"Em..., kayaknya udah hampir lima tahun deh bu." Jawab Della, Bianca yang mendengar itupun hanya mengangguk-ngangguk mengerti, lumayan lama juga ternyata. Pantas saja kemarin Darren sangat mempercayai wanita ini.

Setelah itu hanya keheningan yang menemani mereka, tak ada yang saling buka bicara sampai pesanan mereka tiba.

"Gimana bu, enak gak?." Tanya Della sambil meminum teh es nya.

"Enak, saya suka." Ucap Bianca.

Dua puluh menit berlalu, setelah menghabiskan makanan yang mereka pesan  tadi, mereka akhirnya memutuskan untuk kembali ke ruangan kantor.

Bianca terdiam, ia dari jauh memperhatikan wanita dengan pakaian berwarna merah itu. Cantik, hanya itu yang ada di dalam benak Bianca, pantas saja pria itu menyukai wanita yang ia ketahui bernama Eva.

"Eva sering kesini ya?." Tanya Bianca, Della yang serang memperhatikan ponselnya pun menoleh ke arah Bianca.

"Kalau dulu sering bu, bahkan hampir tiap jam apelin bapak, tapi satu setengah tahun terakhir ini bisa dibilang ini pertama kalinya." Ucap Della, Bianca mengangguk-ngangguk mengerti.

"Emangnya dia kemana?." Tanya Bianca lagi setelah beberapa saat, ia tak bisa menahan rasa penasaran nya tentang wanita itu.

"Kalau itu saya gak tau bu." Ucap Della.

"Ok deh, saya mau keruangan Darren dulu, sebentar lagi udah jadwal nya pulang kan?." Tanya Bianca, Della mengangguk.

"Terima kasih." Ucap Bianca tulus, Della yang mendengar itupun hanya bisa tersenyum tipis.

Dengan langkah santai Bianca berjalan ke ruangan Darren sambil mengelus-ngelus perutnya dengan lembut.

Saat tiba di depan pintu ruangan pria itu, Bianca terlebih dahulu menghela nafas berusaha menahan apapun yang terasa berat di dalam dadanya.

Pintu terbuka, nampak Darren yang masih berkutat dengan dokumen di meja kerjanya dengan dahi yang berkerut.

Mendengar langkah kaki dari arah luar, membuat Darren yang sedang sibuk dengan dokumen nya itupun langsung menegakkan kepalanya, melihat Bianca yang ada di sana membuat Darren menghentikan kegiatan nya dan mulai beres-beres, Darren yakin pasti Bianca sudah kelelahan.

Bianca memilih untuk duduk di sofa yang ada di tepi sudut ruangan dan memperhatikan Darren dari jauh yang sedang membereskan meja pria itu.

Bianca menarik nafas kasar, berusaha menenangkan hatinya yang sedang kacau. Darren berjalan ke arah Bianca dengan membawa sebuah tas besar di tangan nya.

"Ayo." Ucap Darren dan mendahului Bianca untuk keluar.

Darren yang menyadari sesuatu pun langsung menghentikan langkahnya. Yang membuat Bianca juga menghentikan langkaahnya dengan wajah yang kebingungan.

"Kenapa?." Tanya Bianca lemah saat Darren menatapnya dengan tatapan yang datar.

"Kamu nangis?." Tanya Darren, Bianca yang mendengar itupun langsung menggeleng dengan cepat.

Darren yang melihat reaksi wanita itu hanya bisa menghela nafas. Darren membawa tangan nya ke arah wajah Bianca dan mulai membersihkan sisa air mata yang ada di wajah Bianca.

Bianca yang menyadari itupun langsung menepis tangan Darren dengan kasar. Pria itu yang mendapati tangan nya di tepis oleh Bianca langsung terkejut akan tingkah wanita di depan nya ini.

"Ja-jangan pegang-pegang." Ucap Bianca dengan cepat, Darren yang mendengar itupun hanya bisa mengerutkan kening nya.

"Tangan kamu kotor, iya tangan kamu kotor, aku gak suka." Ucap Bianca dengan ketus. Darren mengangguk dan berjalan mendahului Bianca, Bianca dengan langkah yang lemah menuruti pria itu.

Jujur saja Bianca takut bersentuhan dengan Darren, takut jika Bianca bertambah menyukai pria itu. Bianca tak ingin menyakiti hatinya sendiri dengan membuat harapan jika Darren mencintainya juga.

Lagi dan lagi vote anak Darren sama Bianca

Cowo 》

Cewe 》

Yang mau ngerekomendasiin namanya juga bolehhh 》》》

LOVE TROUBLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang