34.

5K 227 5
                                    

vote dan spam komen nya jangan lupaaaa, kasiii smngt juga buat aku biar up terus😔

.
.
.

Dua minggu sudah kematian Toni, mungkin orang-orang sudah melupakan nya, tapi tidak bagi Bianca dan Rena.

Bahkan 2 minggu ini rasanya Bianca tak nafsu makan, andai jika Darren tak memaksa, mungkin Bianca lebih baik tidak makan.

Padahal ini adalah bulan ke 8, yang artinya kurang lebih satu bulan lagi Bianca akan melahirkan.

Bianca rasanya tak tahu harus sedih atau senang, rasanya semua terlalu abu-abu .

Bianca memilih turun ke bawah saat penasaran melihat mobil truk yang mengarah ke rumah nya.

Bianca turun dan mengerutkan kening nya saat ada barang-barang yang lumayan banyak dan berwarna biru.

"Masukkan saja ke kamar atas yang ada di sana."

Bianca tambah heran saat Ameena menyuruh kepada orang itu untuk meletakkan nya di kamar di samping kamar nya.

Untuk apa?, bukan kah itu kamar Bianca dahulu.

Bianca berjalan ke arah Ameena yang sedang memegang sebuah buku.

"Apa-apaan semua ini Ameena."

"Ini semua suruhan bapak nyonya."

Bianca terdiam, untuk apa pria itu merenovasi sebuah kamar, warna biru pula. Atau jangan-jangan itu adalah kamar untuk kekasih pria itu?.

Bianca menghela nafas, konsentrasi nya buyar saat ponsel nya berbunyi. Bianca mengambil ponsel itu dan melihat siapa yang memanggil nya.

Nina

Bianca mengerutkan keningnya, tumben sekali karyawan butik sang mama menelpon nya.

"Halo, kenapa Nina?."

"Non, ibu non, sekarang keadaan nya tambah parah."

"Tambah parah?, what do you mean?, aku tidak tau apapun."

"Perasaan saya udah ngasih pesan deh non kalau ibu sering banget ketawa gak jelas abis natap kosong sesuatu."

Mata Bianca langsung terbuka lebar saat mendengar itu, Bianca berusaha mengingat-ingat, benar ia tak pernah mendapatkan pesan apapun.

Atau jangan-jangan?, sial benar pria itu, dia sering sekali memegang ponsel nya.

Dengan sebelah pihak Bianca langsung mematikan ponsel nya dan turun ke bawah. Mengambil salah satu mobil pria itu dan mengemudikan nya ke rumah sang mama.

Air mata Bianca turun tanpa di minta-minta, Bianca heran, kenapa seburuk ini takdir hidup nya. Sang papa yang punya ke pribadian ganda, lalu kemudian meninggal, belum lagi sang mama yang bisa di katakan depresi, begitu pula rumah tangga nya.

Bianca menghela nafas kasar dan berusaha untuk kuat. Mungkin takdir Bianca memang seperti ini, ia harus yakin jika di masa depan ia kan bahagia dengan cara nya sendiri.

Setelah dua setengah jam perjalanan, baru lah Bianca tiba di rumah sang mama. Bianca keluar dan berjalan dengan perlahan, mengingat pinggang nya yang sekarang tambah sakit akibat mengemudi lama.

Bianca mengerutkan kening nya, saat ponsel nya kembali berbunyi, Bianca mengeluarkan ponsel itu dari tas nya.

Darren.

Bianca sudah tahu kenapa pria itu memanggil nya, Bianca memilih untuk masuk ke dalam rumah dan mengabaikan panggilan telepon dari Darren.

Mata Bianca berkaca-kaca saat melihat barang-barang yang sudah berserakan di mana-mana.

LOVE TROUBLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang