17.

6.2K 231 10
                                    

Terima kasih atas semangat para readers, jgn lupa vote sm komen agar aku smgt dan konsisten buat update, 40 vote aku langsung update lagii Happy reading!!!

.
.
.

Bianca kira, pria itu akan langsung pergi setelah mengantarkannya, tetapi siapa sangka, pria dengan wajah datar itu lebih memilih bertanya kepada nya dimana dapur butik, dan kemudian menyiapkan susu, vitamin, serta makanan untuknya terlebih dahulu, kalau seperti ini bagaimana caranya Bianca memperkuat dan membentengi dirinya, sial memang.

Setelah memastikan Bianca menghabiskan apa yang ia siapkan, barulah Darren pergi dari sana.

Semua yang ada di sana hanya bisa menganga tak percaya, termasuk sang mama. Siapa kira seorang Bianca akan mendapati seorang suami se perhatian Darren, mengingat para pelanggan mamanya sudah kenal dengan tabiat Bianca yang urak-urakan dan suka clubbing.

"Bianca, kamu pakai pelet ya, ngaku aja deh, mana nikah gak undang-undang." Ucap Tari, Bianca yang mendengar itupun hanya memutar bola matanya malas, teman mama yang satu nya ini memang suka melantur jika berbicara.

"Enak aja, tante kira suami aku ikan pakai di kasih pelet." Ucap Bianca kesal, mereka yang ada di sana hanya bisa terkekeh, mereka kira Bianca yang dahulu sudah hilang, ternyata masih sama, bedanya sekarang wanita itu akan menjadi seorang ibu.

"Iya-iya, bercanda, btw umur baby nya udah berapa?." Tanya Tari, Bianca yang mendengar itupun langsung menjawab dengan memperlihatkan enam buah jari.

Bianca berjalan ke arah sang mama yang duduk di sofa ujung dan merebahkan diri di paha sang mama, mengingat sofa tersebut lumayan panjang, pas dengan tinggi badannya.

"Dari mana aja tadi?." Tanya Rena sambil mengusap-usap rambut Bianca.

"Rumah sakit." Jawab Bianca.

"Apa kata dokter?." Tanya Rena dengan nada yang penasaran.

"Bagus, katanya sih sehat." Ucap Bianca, Rena mengangguk-ngangguk mengerti.

Dua puluh menit berlalu, mata Bianca sudah terasa sangat bergetah, bisa dipastikan beberapa saat lagi ia akan tidur pulas. Tetapi suara karyawan sang mama malah mengagetkannya.

"Bu, ada bu Tika, katanya di bawah mau di layani sama ibu doang." Ucap Dania, karyawan sang mama.

Mendengar itupun mau tak mau Rena berdiri dengan perlahan. Ia menggoyang pelan badan Bianca.

"Bi, bangun sebentar, ada pelanggan yang mau di layani sama mama." Ucap Rena, Bianca itupun langsung menghela nafas kasar.

"Siapa sih, bikin kesel aja." Ucap Bianca tetapi ia tetap berdiri dan memilih untuk mengikuti sang mama.

Bianca dengan perlahan berjalan mengikuti sang mama. Bianca memilih menunggu Rena dari jauh.

"Rena?." Tanya seorang, Bianca yang merasa punggung nya di pegang pun langsung menoĺeh.

"Iya, kenapa ya?." Tanya Bianca, tetapi saat kepalanya melihat orang itu, tatapan wanita hamil itu langsung berubah, tatapan yang semulanya biasa saja menjadi sinis, begitupun dengan wanita di depannya.

"Loh, udah gede aja ya perutnya?, anak siapa?." Tanya orang yang Bianca kenal dengan nama Salsa, Bianca terkekeh pelan.

"Gak bisa liat?." Tanya Bianca kesal, sungguh dari dahulu Bianca sudah kesal dengan orang ini, dialah yang menjadi sponsor utama pembullyan di sekolah nya. Orang paling terdepan membully nya perihal sang ayah.

"Loh?, emang ada yang mau sama seorang anak yang ayahnya gak beres, atau jangan-jangan tu anak gak punya ayah." Ucap Salsa sambil menahan tawa.

"Apa urusan nya anak ku dengan mu?, lagipula setidaknya segila apapun ayahku dia tetap menjadi orang yang setia." Ucap Bianca

LOVE TROUBLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang