Minggu ini merupakan bagian yang kedua setelah aku mengikuti ujian online untuk masuk ke Universitas. Semenjak terakhir kali Om Laksmada mengurusku hingga ke tempat pelaksanaan, dia jadi sangat sibuk untuk melakukan beberapa hal penting di kampus.
Katanya, dia adalah ketua pelaksana yang akan mempersiapkan kegiatan penyambutan mahasiswa baru. Segala sesuatunya didiskusikan mulai sekarang hingga Om Laksmada tidak punya jadwal libur sebagai dosen.
Kecuali hari sabtu seperti hari ini. Pagi tadi kami sarapan bersama, di mana dia mengakui kalau cantiknya seorang perempuan di waktu fajar masih dimenangkan olehku. Kalian tahu, segamblang-gamblangnya aku ketika memuji Om Laksmada, ternyata dia melakukan hal yang sama dengan jauh lebih gamblang.
Aku tidak tahu apa rencananya menjelang sore ini, yang pasti keberadaannya di ambang pintu sana cukup menjelaskan sesuatu bahwa dia ingin keluar dari rumah. "Mau ke mana?" Jadi kutanya sambil menunggu laptop di atas meja benar-benar menyala.
"Ruang ICT, saya nerima laporan kalau server kami bermasalah," jawabnya sambil memulai langkah ke dalam kamarku. "Kamu bisa buka hasil pengumuman tanpa saya," katanya lagi.
Semangatku yang sangat menyala jadi perlahan menurun. "Lama enggak?" tanyaku.
"Kurang tahu, itu tergantung permasalahan sistemnya. Jadi saya harus ke sana secara langsung." Dia kini berdiri di depanku sambil mendaratkan telapak tangan di atas kepalaku, mengelusnya dengan lembut, juga sesekali menjambaknya secara pelan entah dalam artian apa. "Maaf, ya?" Kemudian dia berjongkok dan meletakkan kedua lengannya di atas pahaku.
"Kalo aku enggak lulus?" Aku merapikan bagian rambut depannya dengan jari telunjuk.
Sambil tersenyum Om Laksmada bilang, "Kita sebar undangan, mudah saja."
"Ngentot dulu enggak sih?" Jari-jari kakiku terangkat untuk menyentil bagian bawah Om Laksmada yang nyata-nyata berada dalam jangkauan paling fatal ketika dia berjongkok begini. Spontan tubuhnya berdiri sebelum merasa bagian sensitifnya berhasil aku kuasai meski lewat jari kaki saja.
"Saya mau keluar, jangan sekarang," katanya.
"Iya sudah." Aku segera menghadap ke arah laptopku tanpa memperdulikan keberadaannya lagi.
"S-saya segera pulang." Lalu Om Laksmada tampak bergegas meninggalkanku, mungkin dengan sudut perhatian yang masih menunggu adakah jawaban dari apa yang diucapkannya barusan. Namun aku hanya mengangkat tangan dan melambai-lambai seakan tak ambil pusing terhadap kedekatan kami berdua akhir-akhir ini.
Sampai lima detik setelah kepergiannya itu, pintu kamarku dibuka kembali disusul dentuman mendadak yang menandakan benda tersebut telah dikunci. Aku hanya menyunggingkan senyum hingga Om Laksmada menggendong tubuhku dan duduk di bibir ranjang untuk memposisikanku di atas pangkuannya.
Aku menahan kedua bahunya dan sedikit mundur. "Katanya mau keluar," ejekku.
"Langsung saja." Dia menekan tengkukku sambil memiringkan wajah ke samping kanan, melahap bibir mungilku yang terlapisi liptint rasa Chery. Sesekali dia berhenti untuk mengelap bibir bawahnya untuk menyayangkan rasa buah itu agar tak terbuang sia-sia.
Sedangkan aku hanya memiringkan senyuman sambil mengibas rambut ke belakang, dia tampak menghela napas saat aku mengalungkan tangan di lehernya. "Lemah." Aku menyambar bibirnya lagi dan menggerakkan lidah sampai ke dalam mulutnya.
Terasa dengan begitu jelas napas Om Laksmada memburu, dia semakin mendorong tengkukku ke depan, lantaran satu tangannya yang lain masuk ke dalam kaos merah mudaku dan mengelus-elus punggung belakang yang tak terhalangi kain bra sedikit pun.
![](https://img.wattpad.com/cover/360331328-288-k216994.jpg)
YOU ARE READING
OM LAKSMADA 2
Teen Fiction[Book 2 | F I N I S H E D] 🔞sequel OM LAKSMADA You as "Aretta" And "Om Laksmada" as your type Berani menjadi gadis gila Part II seperti Aretta? Kalau kamu bosan hidup, silahkan dicoba. Jangan mampir kalau seleranya bukan di book ini plis, mohon ban...