"Makan pisang
di atas Piramida."🔞🔞
"Apa Om enggak bakal kenapa-kenapa kalau melanjutkan hidup sama aku —EETT! Aku cuma tanya, artinya cuma mau dengar jawaban."
Om Laksmada tersenyum lebar dari meja kerjanya yang teratur, lalu perlahan dia menundukkan laptop berwarna silver sebelum mengalihkan perhatian ke arahku. Tatapannya yang lembut seakan menyambut keberadaanku di ruang kerja ini, ruang kerja yang membosankan dan hanya dipenuhi oleh buku-buku saja.
"Justru saya yang bakal kenapa-kenapa kalau enggak sama kamu."
Hari itu aku langsung kabur dari ruang kerja tersebut dan berniat mengurung diri di kamar. Aing salting ya, njir! Bahkan saking malunya, aku tak mampu menatapnya lebih dari tiga detik setelah dia mengucapkan kalimat itu. Dan sebelum benar-benar masuk ke kamar, ternyata Om Laksmada sudah mengejarku dan berhasil membuat tubuhku bersandar di pintu yang tertutup dalam kukuhannya.
Aku menunduk, lalu terdengar dengusan tawanya mengejekku. "Dengar, saya harap kamu bisa mengingat ini baik-baik, Aretta." Om Laksmada mengangkat daguku dengan jari telunjuknya. "Ke mana pun kamu lari, saya pasti bakal mengejar kamu," katanya.
Jika ambulans datang setelahnya, mungkin itu karena aku yang pingsan karena ucapan Om Laksmada saja. Untungnya aku sanggup bertahan dengan mengajukan pertanyaan yang lain, "Maaf kalo pertanyaanku terdengar mengganggu, Om. Tapi aku penasaran dengan yang satu ini," ajuku.
Om Laksmada menjauh dan melipat tangan di depan dada. "Silahkan," sahutnya.
"Kangen Tante Alana enggak?"
Pertanyaan itu kuajukan delapan bulan lalu, di mana Om Laksmada menjawab, "Saya sudah menghapus segala kenangan dengan orang yang memilih pergi. Jadi, kamu jangan membahas hal ini lagi dengan saya. Sekarang, cuma ada kamu dan saya saja, Aretta."
Tentu aku merasa baik-baik saja setelah mendengar jawaban itu. Hanya saja hari ini, Om Laksmada sendiri yang membuatku merasa kalau perkataannya dulu cuma kebohongan semata. Terutama alam bawah sadarnya secara terang-terangan memanggil nama Tante Alana, genggaman tanganku padanya melemah.
Pak Naresh yang berdiri di seberangku sedikit membuka mulut, seakan dia berkata dalam hati : kalau sudah begini bukan urusan aing lagi Ya Tuhan, fak kalo kata gue teh! Dan aku menatapnya dengan hati yang terluka dan juga tangisan tanpa suara.
"Bukan salah saya," ujar Pak Naresh kemudian. "Kamu mau saya carikan beruk sungguhan enggak? Buat nempeleng Laksma pas dia buka mata." Dia mencoba menghiburku, sayangnya hewan beruk sudah tidak lucu lagi.
Mungkin akan lucu kalau Pak Naresh sungguhan bisa menjelma jadi seekor beruk, jadi aku hanya menggerluh dan kembali menatap Om Laksmada. Keningnya terangkat sedikit, seakan saraf dalam tubuhnya perlahan mendorong kesadaran pria tersebut hingga kedua matanya mulai terbuka. Dalam tatapan yang masih layu dan tak bertenaga, Om Laksmada melirikku, tapi hanya sebentar sebelum dia beralih melirik ke arah Pak Naresh.
"Harusnya lu sadar lebih lama lagi, Bro. Gue mau bawa beruk ke sini," ujar Pak Naresh.
Om Laksmada tidak menyahut, lagian manusia mana yang mampu mengajak otaknya berpikir setelah berjam-jam tidak sadarkan diri?
"Saya panggilkan dokter dulu." Kemudian Pak Naresh pamit dan meninggalkan kami berdua di sini.
Mata Om Laksmada kembali tertutup setelah dia terus menatap ke arah Pak Naresh, jadi aku memegang tangannya yang terasa hangat hingga dia membuka mata untuk menatap ke arahku. "Apa sakit?" tanyaku.
![](https://img.wattpad.com/cover/360331328-288-k216994.jpg)
YOU ARE READING
OM LAKSMADA 2
Ficțiune adolescenți[Book 2 | F I N I S H E D] 🔞sequel OM LAKSMADA You as "Aretta" And "Om Laksmada" as your type Berani menjadi gadis gila Part II seperti Aretta? Kalau kamu bosan hidup, silahkan dicoba. Jangan mampir kalau seleranya bukan di book ini plis, mohon ban...