02. Galen Nadifa

390 34 0
                                    


Galen Pov

Malam ini perutku begitu rewel, padahal tadi sore baru saja di isi oleh bakpau 3 rasa. Dengan terpaksa aku mengambil dompetku dari saku rok sekolah, lalu memutuskan untuk pergi membeli jajanan dan minuman di minimarket ujung jalan.

Tringg!

Suara terbukanya pintu minimaret karena ulah ku. Aku pun menyapa balik pegawai kasir yang tersenyum kepadaku, mempersilahkan diriku untuk masuk.

Tidak lama, aku hanya membeli beberapa snack dan 1 minuman, tapi langkah ku terhenti kala netra ku ini menemukan sosok perempuan yang tidak asing bagiku.

Hera” benak ku berkata lirih sambil menatap sendu perempuan itu

Niatku yang awalnya ingin pergi dari minimarket ini dengan cepat harus ku urungkan. Memilih untuk menunggu Hera selesai dari urusannya. Dan melakukan hal yang biasa aku lakukan, mengawasinya dari kejauhan.

Tring!

Hera keluar dari minimarket ini, dengan cepat juga aku membawa barang belanjaan ku untuk ku bayarkan di kasir.

Seraya mencuri curi pandang pada Hera, mataku bolak balik menatap antara Hera dan juga barang belanjaan ku yang masih di scan di mesin kasir. Aku tidak mau kehilangan jejaknya.

“Terimakasih, semoga—“

Perkataan dari penjaga kasir itu langsung aku abaikan, dengan langkah tergesa aku membuka pintu minimarket dan langsung mencari keberadaan Hera.

Lari kecil ku kini terhenti, mataku menyipit. Didepan sana Hera sedang berjongkok dengan tangan yang sibuk membereskan barang bawaan nya yang tercecer di jalanan.

Aku menghela nafas ku, “Hhh, lagi lagi ceroboh” gumamku dengan gelengan kepala

Tanpa berucap sepatah kata pun, aku pun ikut membantunya membereskan semua barang bawaannya itu. Menangkup berbagai jenis makanan milik Hera ke dalam pelukanku.

Dalam upaya membantu Hera itu, mata ku tak sengaja menangkap luka lebam di kedua tangan Hera. Membuat kedua mataku terpejam erat, dadaku bergemuruh, emosi ku naik.

Dan ketika kami berdiri, aku melihat dia yang sedang diam terpaku dengan tatapan mata yang lurus langsung menatap wajahku. Karena terdiamnya Hera yang cukup lama, membuat ku mau tak mau harus bersuara.

“Cepat kerumah mu” ucapku

Sesampainya di teras rumah Hera, aku langsung meletakan barang bawaan Hera dengan asal, dan berbalik untuk pulang. Tanpa berniat menjawab ucapan terimakasih yang Hera tujukan padaku.

“Hera, maafkan aku. Mau sampai kapan kamu bertahan?...” lirihku





















***
  


















5 bulan berlalu....


















Seperti biasanya, aku menjalani rutinitas ku menjadi seorang siswi, yaitu belajar. Langsung saja aku mengayuh sepeda yang bernilai 900rb-an ini, sepeda pertama yang berhasil aku beli dari uang tabunganku sendiri.

Kring kringgg!

“Galen! Oooiiiiiiii Galen Nadifaaaaa~”

Saat aku sedang mengunci sepedaku, salah satu teman ku yang baru saja sampai parkiran sekolah itu memanggilku, ia salah satu teman yang ceria dan lucu. Aku sangat terhibur karenanya.

Kami berjalan bersama menuju kelas kami, dengan candaan nya yang berhasil membuatku terbahak. Tetapi tawaku itu terpaksa harus berhenti, entah temanku itu mendengarnya atau tidak.

Golden Hour (Short Story) GxGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang