16. Hari 12 : Hari Terakhir

300 23 2
                                    

Author Pov

Hari seperti hari sebelumnya, hari seperti hari biasanya. Kebiasaan yang dilakukan Hera dan Galen pun masih sama. Di awali dari Hera yang membantu ibunya di pagi buta, lalu bersiap untuk pergi sekolah bersama dengan Galen dan sepedanya.

Belajar di sekolah yang sama, beristirahat di waktu yang sama, sampai waktunya pulang tiba. Mereka pun pulang bersama.

Menghabiskan waktu bersama....

“Sudah siap?” tanya Galen pada Hera yang sudah duduk rapi di jok belakang sepeda milik Galen

Hera pun mengangguk “Sudah!” menyuarakan suaranya dengan semangat

Walaupun mereka sedang bersama, dengan mengukir senyuman manis di bibir mereka masing masing. Terlihat sangat senang dan menikmati bersepeda di sore hari ini. Tetapi, fikiran mereka tau, hari ini adalah batasnya...

“Galen! Jangan kencang kencang!” suara Hera yang terdengar kesal

Sama sama saling menyingkirkan perasaan cemasnya terlebih dahulu, seperti membiarkan masing masing dari mereka untuk menikmati suasananya, moment nya, waktunya, bersama dengan orang nya, dengan tawa....

“Hahahaha, kan sudah dibilang untuk pegangan, Hera”

Menahan perasaan sesak nya dengan kuat, menghalangi bagaimana pun caranya agar hari ini tidak sepenuhnya terharu, karena jauh didalam hati mereka ingin sekali bahagia....

“Yup! Sudah sampai” ujar Galen, ia memberhentikan sepedanya tepat di depan sungai

“Jadi, kita akan menunggu disini sampai malam tiba?” Hera yang sudah turun dari sepeda itu bertanya pada Galen

“Iya. Aku ingin memperlihatkan indahnya sungai ini saat malam hari, aku tidak mau di cap sebagai pembual oleh mu” ujar Galen, ia sudah selesai dengan sepedanya

Tap~

Kini, kedua tangan itu bertaut. Sedetik setelahnya, mereka langsung mengeratkan genggaman tangan itu hingga kuat, sampai terasa hangat....

“Perasaan ku saja atau memang air di sungai ini lebih jernih, Galen?” tanya Hera mendongakan sedikit kepalanya agar bisa menatap wajah Galen

“Memang sudah lebih jernih kok, bukan perasaan mu” jawab Galen, ia menarik lembut tangan Hera menuju salah satu bangku yang paling dekat dengan mereka

Set!

“Ini tempat duduk favoritku, karena pemandangannya akan lebih bagus disini. Selain itu, jika aku kesini saat malam hari, lampu itu bisa menemaniku dengan terangnya” ujar Galen

Mereka telah duduk, dan Galen menjelaskan pada Hera sembari menunjukan lampu jalan yang berjarak satu langkah dari bangku yang mereka duduki.

Hera pun celingukan, memperhatikan bangku bangku lainnya. Dan ia menemukan perbedaan di letak jarak antara bangku dan lampunya.

“Bangku ini yang paling dekat dengan lampu ya?” tanya Hera pada Galen, dan Galen pun mengangguk

Tanpa melepas tautan itu, mereka kembali mendekatkan diri. Bercerita hal random apapun itu agar pembicaraan tetap hidup.

Seakan ingin berceloteh dan bercengkrama sebanyak mungkin, dan tidak mau menjadikan waktu yang tersisa itu sia sia....

“Loh? Aku baru merasakannya, jari jempol kamu kenapa?” tanya Galen, ia mengangkat genggaman tangan mereka

Hera tersenyum menatap perban luka di jari jempolnya itu, lalu beralih tersenyum menatap Galen “Terkena pisau saat memotong sosis untuk membuat bekal kemarin”

Golden Hour (Short Story) GxGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang