10. Hari 7 : Emosi terdalam Galen

181 21 0
                                    

Hera Pov

Hari ini aku masih belum diizinkan oleh ibu untuk berangkat sekolah, katanya aku masih harus istirahat sampai 3 hari lamanya. Aku pun menuruti perkataan dari ibu.

Aku juga sudah memberitahukan Galen bahwa hari ini aku tidak akan berangkat sekolah dan besok karena hari minggu, tentunya sekolah libur.

Aku senang, karena ternyata Galen sudah memaafkan ku. Aku kira, Galen tidak akan peduli lagi padaku. Sifat Galen yang lembut itu membuatku nyaman berada di dekatnya. Perlahan, aku tidak merasakan perasaan risih lagi ketika sedang bersama dengan Galen.

Aku tidak tau apa alasan pastinya, tapi jika bersamanya, hati ku menghangat dan merasakan kenyamanan.

Aku ingin segera tidur, dan terbangun di sore hari dengan keberadaan Galen yang sudah ada di hadapan ku.




















Galen Pov

Ceklek~

Seperti hari kemarin, aku baru saja pulang dari sekolah. Dengan tanganku yang menjinjing se-kantong plastik yang berisi buah buah an, untuk Hera.

Dengan senyuman yang menghiasi wajahku, aku membuka pintu kamar Hera dengan pelan.

“Kenapa lama sekali?”

Pemandangan yang aku tangkap adalah Hera yang sedang berdiri dengan kedua tangan yang bersedekap di dadanya.

Hera mengatakan aku yang lama? Dia sedang kesal ya?

“Hehe, maaf. Aku mampir ke toko buah dulu” ucapku, sambil menunjukan kantong plastik yang aku bawa

Raut kesal di wajah Hera berganti dengan senyuman. Aku pun bernafas lega melihat hal itu.

“Duduk disini, Galen” ucapnya, tangan Hera menepuk pinggir kasur yang berada tepat di samping perempuan itu

Aku mengangguk, berjalan mendekat padanya, terlebih dahulu meletakan tas punggung ku di ujung sisi kasur yang lain.

“Pir! Waaahhh~”

Aku menolehkan kepalaku agar bisa melihat ekspresi dari wajah Hera. Lalu tersenyum karena ia terlihat senang. Sudah pasti senang, karena Hera suka buah pir.

Tap~

Aku lalu menempelkan punggung tanganku pada dahinya. Terasa suhu tubuhnya yang sudah turun. Panas yang kurasa saat mengecek dahi Hera di hari lalu, kini berubah menjadi hangat.

Deg!

Lalu ketika aku ingin memindahkan fokusku dari dahi Hera, tak sengaja kedua mataku bertatapan dengan kedua mata Hera. Ia juga sedang menatapku.

“A-ada apa?” tanya ku dengan gugup

“Aku masih tak percaya, sekarang aku bisa akrab lagi denganmu..” ujar Hera dengan lirih

Kedua alisku mengerut, aku bingung harus menjawab apa padanya.

“Aku fikir .... kamu tidak akan peduli denganku, selamanya..” lirihnya

Aku terhenyak, apa yang membuatnya tiba tiba berfikiran seperti itu. Mana ada seperti itu, aku tidak peduli dengannya?

“Apa yang membuatmu berfikir seperti itu?” tanyaku

Hera menundukan kepalanya, lalu aku mulai mendengarnya berbicara lagi “Dulu, saat pertama kali aku dipukul oleh Seno. Kamu ada dibalik tembok melihat semuanya. Dan kamu diam saja, tidak menolong ku, jadi aku berfik—“

“Bukannya kamu yang terlebih dulu menyuruhku untuk menjauh, Hera?”

Seno lagi Seno lagi, sudah kubilang aku sangat muak dengan laki laki berengsek itu. Maaf Hera, emosiku mulai naik ketika mendengar namanya, jadilah aku menyela perkataanmu.

Aku melihat kedua mata Hera yang membesar sesaat. Lalu dia terdiam. Lama sekali aku menunggu Hera untuk berbicara lagi, tapi sepertinya Hera memutuskan untuk diam.

Baiklah, jika begitu. Aku yang akan berbicara.

“Apa selama ini, sebelum perjanjian 12 hari dimulai. Kamu selalu menganggapku begitu? Kamu menganggapku bahwa aku tidak peduli padamu?”

“Apa kamu bisa, berhenti untuk membicarakan Seno lagi? Setidaknya saat aku sedang bersamamu..”

Perkataanku lembut, tidak ada nada membentak sama sekali. Tetapi itu membuat kepala Hera semakin tertunduk.

“M-maaf..” lirihnya

Aku menghela nafasku dalam, suasananya sudah terlanjur berubah menjadi serius. Ditambah Hera yang kembali meminta maaf, hatiku terasa mengganjal, bukan kamu yang seharusnya meminta maaf, Hera.

Maka aku putuskan untuk sekalian saja aku ungkapkan semuanya pada Hera. Aku akan mencoba berbicara selembut mungkin padanya. Karena aku harus mengendalikan emosi ku jika sedang bersama dengan Hera.

Tap~

Aku mengambil alih buah Pir yang sedang Hera genggam, membuat Hera juga mendongak menatapku.

“Akan aku siapkan buah pir ini untuk mu. Tunggu sebentar ya..” ucapku, lalu aku bangkit dari kasur Hera ingin keluar dari kamar ini menuju ke dapur

Tapi tak kusangka, Hera mengikutiku dari belakang. Aku hanya membiarkannya saja.

Zrazzhh!

Aku mencuci satu persatu buah nya, lalu aku mengambil pisau bermaksud untuk mengupas kulitnya.

“Galen”

Pisau yang berada di tangan ku terhenti, aku alihkan pandangan mataku agar menatap Hera, lalu ia berucap “Maaf” ucapnya

Aku tersenyum padanya, seolah menyampaikan bahwa tidak usah terlalu difikirkan. Kemudian aku lanjutkan lagi kegiatan ku.

Selesai ku kupas, lalu aku pun memotongnya, dengan potongan kotak kotak yang pas untuk dimakan sekali suap.

“Mau berjanji padaku Hera?” aku berbicara, selesai dengan buah Pir yang sudah ku pindahkan pada piring

“Janji apa?” ujarnya, semakin mendekat kearah ku

Lalu aku lihat Hera mengambil salah satu potongan Pir itu untuk dimasukan kedalam mulutnya.

“Jangan menangis terus di setiap malamnya. Karena jarak kamar kita yang bersebelahan, membuat tangisanmu itu selalu aku dengar. Kau tau? Jika kamu menangis, bukan hanya kamu saja yang merasa sakit. Aku juga ikut merasakan sakit” ucapku yang memohon padanya

Kunyahan di mulut Hera terhenti, ia mulai menatapku lagi.

“Cukup sudah aku diam selama ini. Aku ingin memberitahumu bahwa kamu juga harus peduli terhadap dirimu sendiri, Hera. Aku juga ingin meminta maaf karena tidak pernah menolongmu saat aku melihat kamu yang sedang di kasari oleh Seno. Tapi jujur, hatiku juga sangat sakit saat melihatmu terluka...”

Set~

Aku pun menghadap kearah kanan, dimana disana ada keberadaan Hera. Aku mencoba untuk menatap matanya saat ini.

“Dan jauh lebih sakit ketika sadar bahwa aku tidak bisa berbuat apa apa untukmu” ucapku

Aku benar benar tidak bisa berbuat apa apa. Bukannya aku masih merasa sakit hati karena Hera sudah menamparku di depan kelas.

Bukan karena itu, tetapi karena beberapa hari setelah kejadian aku yang ditampar olehnya. Hera menemuiku lalu ia menyuruhku untuk tidak dekat lagi dengannya, ia juga menyuruhku untuk tidak ikut campur masalahnya dengan Seno.

Lalu apa yang bisa ku perbuat? aku takut jika aku ikut campur, Hera akan semakin membenci ku. Jadilah aku menahan semuanya sendiri, menahan rasa sakitnya.

Rasa sakit saat aku harus melihat orang yang aku cintai dengan setulus hati itu disakiti oleh orang lain dan aku .... hanya bisa diam melihat nya, selama 3 tahun lamanya.

Semakin Hera rapuh, semakin aku jatuh.

Seharusnya aku membenci dirinya karena sudah menyuruhku untuk menjauh, tapi perasaan ku pada Hera semakin jatuh, terus jatuh sampai di titik paling bawah di hatiku.

Aku sangat mencintainya, sungguh mencintaimu Hera.





















Tbc.

Golden Hour (Short Story) GxGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang