11. Hari 8 : Sebuah Alasan

170 20 0
                                    

Hera Pov

Aku bangkit dari duduk ku, menuju ke area dapur. Tenggorokan ku haus. Oh ya aku mau ingatkan kalau ini adalah hari minggu.

Tak!

Setelah selesai aku menghabiskan minuman itu, aku letakan gelas di atas meja dapur. Lalu aku balikan lagi langkah ku menuju ke tempat dimana aku duduk sebelumnya.

Di ruang tamu ini, aku sedang memakan buah Pir pemberian dari Galen. Semalaman aku tidak bisa tidur karenanya.

Setelah perkataan panjang dari Galen kemarin, entah kenapa ada perasaan sesal di hatiku. Perasaan sesal karena aku telah menyuruhnya untuk menjauh saat itu.

Mungkin dulu, saat aku melakukannya. Aku sedang dibutakan oleh cinta, jadi aku melakukan tindakan bodoh seperti itu.

Wajah Galen yang sedang tersenyum masih terngiang di fikiranku. Ternyata selama ini, dia juga merasakan sakit ketika aku sakit. Aku— aku tidak tau hal itu ternyata dialami oleh Galen.

Hatiku terenyuh, karena ternyata Galen begitu peduli padaku.

“Huh? Habis?” aku mengerut saat tangan kanan ku tidak bisa mendapatkan potongan Pir lagi

Buah Pirnya sudah habis. Aku pun tersenyum, lagi lagi wajah Galen terlintas difikiranku.

Cepatlah sore, aku ingin melihat wajahnya secara langsung.





















Galen Pov

Coba tebak aku sedang apa sekarang?

Hm, di sini ramai, tempat ku berdiri sekarang berada di pinggir jalan. Dan aku sudah selesai menyelesaikan kewajibanku sebagai pelajar, hari sudah sore. Aku sedang mengambil sekantong buah Pir yang sudah aku pesan dari pagi hari. Dan karena hari ini adalah jadwal ku untuk les, membuat aku tidak bisa menemani Hera dari pagi hari.

Sewatu kecil, saat aku dan Hera sedang bermain bersama, ibu dari Hera menyediakan buah Pir untuk kami makan, tapi sayangnya baru beberapa menit buah Pir itu disiapkan, sudah dihabiskan semua oleh Hera. Jadinya aku hanya menjilat air dari buah Pir yang masih tersisa di piring.

Hahaha, aku tau itu konyol. Tapi Hera begitu menyukai buah Pir, dan aku bisa menebaknya. Kalau buah Pir yang aku berikan padanya kemarin itu pasti sudah ia habiskan juga.

“Ini nak Galen buah Pirnya. Maaf ya jadi menunggu, soalnya kalau sore memang ramai”

Aku tersadar dari lamunan ku yang menatap kearah jalanan, segera ku tolehkan kepalaku untuk berbalik menatap ibu penjual dari dagangan buah buah an ini.

“Ini bu uangnya” ucapku, sembari memberikan beberapa lembar uang padanya

***

“Jadi maksudmu aku mudah ditebak?! Begitu?!” Hera berbicara dengan nada yang kesal, di sela sela bibirnya yang masih sibuk mengunyah buah Pir itu

“Hahaha, iya begitu. Bukannya kamu pintar, Hera? Kenapa susah sekali untuk paham maksudku?” aku tertawa karena raut wajah Hera yang sangat menggemaskan itu

Aku sudah sampai di rumah Hera, kami sedang berbincang santai di ruang tamu rumah nya. Aku pun ikut mengulurkan tangan kanan ku untuk mengambil satu potong buah Pir dan kumasukan kedalam mulutku.

Hm, rasa manis dan asam yang pas. Aku pun kembali mengulurkan tangan kanan ku untuk mengambil potongan buah nya lagi.

“Hera, bolehkan aku menanyakan sesuatu?” aku membuka mulutu untuk bertanya padanya, pertanyaan yang selalu aku fikirkan dari dulu dan sampai saat ini masih belum ada jawabannya

Golden Hour (Short Story) GxGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang