12. Hari 9 : Janji kelingking

210 19 0
                                    

Hera Pov

Hari ini berjalan dengan baik sampai pelajaran matematika di mulai, lalu setelahnya adalah kimia. Sudah cukup jangan di tambah dengan fisika dan ekonomi lintas minat. Akan terbakar kepalaku.

Aku menatap kearah depan papan tulis dengan malas, ini sedang pelajaran matematika tapi mengapa mataku terasa mengantuk.

“Hera, ssttt~”

Aku menoleh dengan malas ke orang yang berada di sebelahku.

“Hm?”

“Temani aku ke toilet. Ya ya ya? Iya?” ucapnya

Teman sebangku ku itu menatap ku dengan tatapan memohon, hmm .... ini kesempatan untuk cuci muka agar merasa tidak ngantuk lagi.

“Ayo”




















***




















“Hera!”

“Ah! Apa! Ada apa?!”

Aku terkejut, teman ku itu dengan jahil mengagetkan ku, “Ishh! Aku kira ada apa” ucapku kesal

Tap!!

“Huh? Kemana? Kok menghilang??” gumamku

“Apa yang menghilang? Anak ips yang sedang berolahraga ya? Iya? Kamu sedang memperhatikan seseorang kan?!”

Deg!

Aku sontak menggeleng untuk membela diriku sendiri “Tidak!”

“Uhhh jangan berbohong Hera~ memangnya siapa laki laki tampan itu?”

Plak!

Aku merasa kesal, aku pun memukul bahu temanku itu “Sudahlah, ayo kita ke kelas” ujarku dengan sewot

“Sayang sekali kamu tidak bisa memperhatikannya lagi, nanti di lain waktu pasti ada kesempatan kok, tenang saja~ toh kalian juga satu sekolah”

Hhrrggh! Dasar! Teman ngeselin! Gara gara ulahnya, aku tidak bisa lanjut memperhatikan Galen yang sedang berolahraga.

Eh?! Dia sedang berolahraga kan? aku punya ide!





















***




















“Galen!” aku akhirnya berhasil menemukannya

Galen sedang membereskan setumpuk bola basket yang sudah tidak terpakai di gudang sekolah, pantas saja aku cari cari ke seliling sekolah tidak ketemu.

“Oh Hera?” begitu Galen berucap, sembari mendekatkan dirinya padaku

“Ini, minuman dingin rasa kopi, kamu pasti haus” ucap ku, lalu tangan ku mengarahkan satu botol minuman itu padanya

Galen tidak langsung mengambilnya, ia melihat minuman itu terlebih dahulu. Mungkin dia ingin memastikan bahwa yang kubawa adalah minuman rasa kopi.

“Terimakasih” ucapnya

Sontak membuat senyuman di bibirku mengembang. Melihat Galen yang kehausan, aku jadi ikut memperhatikan fitur wajahnya, ternyata wajah Galen cantik juga ya.

Disaat itu pula, aku melihat bulir bulir keringat di bagian dahi, pelipis dan leher Galen. Dia pasti sangat kelelahan.

Set! Tap tap tap~

Aku pun dengan inisiatif, mengulurkan tangan kanan ku untuk mengarah pada bagian wajah dan leher Galen. Mengusap keringatnya dengan pelan menggunakan dasi osis yang aku kenakan.

Aku tak masalah dasinya basah, yang terpenting aku bisa melihat Galen lebih nyaman karena tubuhnya tidak dibanjiri dengan keringat.

“Memang di gudang itu panas ya?” gumamku dengan lirih

Beberapa menit akhirnya aku selesai, kuturunkan tanganku itu lalu aku perhatian bagian tubuh Galen yang barusan aku lap.

Deg!

Jaraknya! Jarak tubuhku dengan tubuh Galen sangat dekat. Mengapa aku baru menyadarinya?

“Y-ya disini p-panas, hehe” ucap Galen

Dia memundurkan beberapa langkah kebelakang, dan aku juga begitu. Terasa juga pipiku yang kembali memanas untuk kedua kalinya bersama Galen.


















***




















Aku sedang sibuk memilih pakaianku, nanti agak malam, Galen mengajak ku untuk datang ke balkon kamarnya. Aku bersemangat!

Sepulang sekolah tadi, Galen bilang padaku untuk mengunjungi balkon kamarnya, tentu langsung ku setujui. Aku sudah sangat penasaran perubahan apa yang Galen lakukan di dalam kamarnya. Dan aku juga rindu pada kamarnya itu.

























Galen Pov

“Silahkan masuk~” aku mempersilahkan masuk Hera kedalam kamar ku

Dengan aku yang memimpin jalan, dan Hera yang berada dibelakang.

“Wahhh~ banyak yang berubah ya?” aku mendengar gumaman dari mulut Hera, aku pun terkekeh

“Hanya barang yang bertambah, jadi aku lebih merapihkan hal yang tidak perlu” ujarku

Kulihat Hera yang masih melihat sekeliling kamar ku, lalu sampailah kami di balkon kamarku. Tidak jauh berbeda dengan balkon kamar Hera. Pemandangannya pun sama.

“Galen masih suka melukis?” ucapnya

Aku pun mengangguk, memang ada beberapa pajangan gambar yang baru aku pajang, mungkin Hera penasaran makanya ia bertanya “Hm, masih” jawabku

“Aku juga ingin dilukis oleh Galen”

Deg!

Aku terhenyak, ku tatap wajah Hera yang sedang memohon itu. Lukisan Hera ya? Masih atau tidak, ya?

“Iyah. Galen akan lukis wajah Hera nanti”

“Benarkah!”

“Hm”

“Galen jangan bohong!”

“Tidak”

“Janji???”

Ku tatap jari kelingking yang Hera arahkan tepat di depan wajahku, aku lalu tersenyum menatap Hera.

Tap~

“Janji” ucapku

Kami pun lanjut bercerita, cerita banyak hal. Ya, sebenarnya aku sudah mengetahui hal yang Hera ceritakan padaku. Tapi demi melihatnya senang, aku meresponnya dengan pura pura penasaran.

Set!

Aku mengerutkan keningku, aku merasa bingung. Saat ini Hera kembali menyodorkan jari kelingkingnya padaku “Apa?” ucapku

“Janji, bahwa kita akan terus seperti ini” ucapnya dengan senyum

Aku lagi lagi menatap jari kelingking Hera sejenak. Janji bahwa kita akan terus seperti ini katanya? Hhhh, aku tidak yakin.

Tap~

“Janji” ucapku

Jika ku tidak salah ingat, ini sudah hari ke sembilan. Mungkin ‘akan terus seperti ini’ yang kumaksud adalah selama tiga hari kedepan.

“Hahaha”

Mataku terpaku pada tawa Hera, aku meremas tanganku sendiri. Tidak rela jika waktuku untuk menikmati pemandangan yang indah seperti ini hanya tersisa tiga hari lagi.

Aku harap aku tidak akan menyesal nantinya, dari awal perjanjian ini dimulai, akulah yang mengusulkan. Sebelumnya juga aku sudah memantapkan hati, ini usahaku yang terakhir, apapun resikonya aku akan terima.

Apapun resikonya.



















Tbc.

Golden Hour (Short Story) GxGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang