Happy reading our readers!!
.
.
.
Udara dingin menusuk ke tulang, jam dini hari Seoul hari itu. Siapa yang mengira kalau kota Seoul tidak memiliki jam sepi sama sekali bahkan dini hari seperti ini.
Rahee berjalan menjinjing koper pink besar miliknya, tak lupa tas sandang yang menggantung malas di tangan kirinya. "Cepatlah ibuuuuu". Pekiknya pada sang ibu yang sebenarnya merujuk pada segerombolan orang di belakang yang tak lain adalah bibi, nenek, hanggeum dan ayahnya sendiri.
Baik Rahee atau orang tuanya tentu tidak berekspektasi kalau kemacetan di jam dini hari akan sangat parah bahkan di hari kerja. Kepanikan sempat terjadi ketika Rahee mengeluh kalau pesawatnya akan boarding satu jam setengah lagi dan mereka belum sampai di bandara.
"Rahe! rahe ini pasportmu"
Cegat yoojung pada putrinya.Rahe bergegas berlari menuju sang ibu kemudian memeluk satu persatu keluarganya. "Baik-baik disana ya, bibi akan merindukanmu". Lirih Hani dengan pelupuk mata yang hampir banjir.
Rahee yang paling tidak tahan atas sedihnya, ia menangis terutama ketika memeluk hangat torso sang ayah. Mengingat ntah kapan lagi ia bisa merasakan pelukan hangat ayahnya, orang paling dingin yang pernah Rahee temui.
Begitulah pagi lirih itu berlalu, mengantar kepergian Rahee yang terlama dan terjauh. Keluarga Kim, kembali menuju rumah menyetujui bahwa atensi Rahee sudah pergi dibawa benda besar terbang itu.
_______
07:50
Dering jam weker pada meja putih Pasih itu menjerit membangunkan Rahee, membuatnya sadar seketika setelah pupilnya menangkap atensi jam yang sudah menunjukkan hampir jam 8 pagi.
"Shit! 30 menit lagi"
Rahe loncat dari tilamnya langsung meraih handuk dan menenggelamkan diri dalam bethub. Bodoh sekali, hari ini adalah hari pertama ia ke kampus yang tentunya ia tak boleh terlambat bukan??.
Rahee sudah hampir satu Minggu tiba di Turki dan ia masih belum mampu menyesuaikan jam tidur Korea dan turki. Jarak 6 jam menjadi halangan yang sangat besar untuk seorang Rahee.
Gadis itu bergegas memakai baju yang telah ia siapkan sejak beberapa hari yang lalu, kemudian memakan sandwich yang ia buat tadi malam sebelum memutuskan tidur lebih awal agar tidak kesiangan meski pada akhirnya tetap kesiangan juga.
Rahee berlari ke arah lift, dengan tergesa-gesa memencet tombol lift menuju lantai dasar dari lantai 3. Benar, ia hidup di apartemen sekarang. Bukan menyewa, tapi sang nenek membelikan unit apartemen itu spesial untuknya.
Setelah 15 menit berlalu tanpa drama macet Rahee akhirnya mencapai lokasi universitas yang ternyata jaraknya tidak jauh dari lokasi apartemennya. "Here we go" imbuh Rahee setelah turun dan menginjakkan kaki tepat didepan gerbang masuk universitas.
"Shitttt!! This is so cool!!" Celotehnya.
Rahee tak henti berdecak kagum setiap memandangi sudut-sudut gedung yang begitu diluar ekspektasinya. Terlalu keren dan cozy tempat ini untuk dijadikan tempat mengeluh karna tugas dan hal membosankan lainya, percayalah Rahee sudah searching banyak hal tentang kuliah jadi ia sudah punya begitu banyak ekspetasi seru dan membosankan setelah menjadi mahasiswa.
Langkah juntai gadis itu terhenti setelah melihat loker dengan tinggi hampir 3 meter berwarna merah maroon beludru dan bertatakan papan nama dari ubin di pintunya. "Ini dia loker termewah abad ini!" Ujar Rahee bersemangat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Single Mom
Teen Fictionbahagia tak selalu tentang cinta Ntah itu mencintai atau dicintai. terkadang seseorang yang mengasihimu dengan cintanya juga tak mampu mencapai titik tertinggi untuk rasa bahagiamu. kebanyakan jenis cinta semacam ini juga akan membuat sakit, karena...