Singel Mom[19] Tears

81 4 0
                                    

Happy reading uri Readers cantik kesayangan author ❤️

Seteguk Red wine meluncur dengan kasar ke tenggorokan Tao.
Beberapa kali ia harus menahan emosinya karena sedang beradu argumen dengan si wanita licik.
Siapa lagi kalau bukan  JENNIE.

20 menit yang lalu.

Hari ini ia harus memutuskan apa yang harus dilakukan.
Mengajak Jennie berdiskusi berharap menemukan sebuah solusi.

Bilik khusus restoran yang di sewa olehnya.
Hanya ada ia dan Jennie dalam bilik itu.
Mungkin semua orang menyangka bahwa mereka adalah sepasang kekasih.
Namun kenyataanya?. Mereka adalah penjahat.

"Aku tidak bisa! Bagaimanapun dia putriku"
Bela Tao setelah meneguk kasar red wine untuk ke tiga kalinya.

Helaan nafas Jennie juga tidak kalah kasar. Mencerminkan bahwa ia juga sedang menyesuaikan diri dengan ketegangan yang terjadi.

"Jadi kau luluh karena dia putrimu?
Dan menjadi lemah seperti ini?"

"Ayah mana yang tega membiarkan putrinya menjadi korban pembunuhan pembunuh bayaran huh?, Lagi pula ini bukan rencana kita semula. Tidak pernah tertulis bahwa Hana akan disakiti"

Sedikit kesal, Jennie meletakan kesal gelasnya.

"Seorang penjahat tidak memiliki kasih sayang!. Rasa itu hanya dimiliki oleh seorang malaikat dan penjahat tidak akan pernah bisa menjadi malaikat!.
Jika kau tidak mau menuruti kata-kataku, apa kau punya jalan keluar lain?"

Tao menghela nafasnya.
Ia benar-benar lelah atas perdebatannya dengan wanita gila ini.

Yang terus mengatakan bunuh saja oh Hana, apa dia kira aku seorang iblis?-Tao.

Ia bangkit dari duduknya memberikan tatapan setuju.
"Sudahlah, berdebat denganmu tidak akan memecahkan apapun.
Kalau kau tidak ingin membantuku tidak apa, aku akan melakukan semuanya sendiri."

Tegas Tao kemudian menegak kembali segelas wine ketenggorokanya.
"Dan satu lagi, Kau tidak usah meminta suruhanmu untuk menculik Hana, karena orang-orangku lebih ahli dalam melakukan hal seperti ini."

Dengan ekspresi dinginya ia meninggalkan Jennie dan berlalu hingga tak terlihat lagi.
Sedangkan wanita yang ia tinggalkan hanya menatap nanar kearah perginya.

                                   .......

"Sampai kapan kau akan menahan putriku di sini Hm?"

Lirih kai menatap sendu Hani.

Kenapa tidak.
Sudah 30 menit berlalu Hani masih saja menyisir rambut putri kesayanganya itu.

Padahal ini sudah jamnya untuk oh Hana pergi kerumah neneknya.
Bukan untuk bermain, melainkan belajar melukis bersama sepupunya. Rahee.

Atensi kai di ambang pintu masih belum di gubris oleh ibu satu anak itu.
Ia masih tetap fokus menyisir rambut setengah bahu putrinya tanpa berniat menoleh kearah suaminya.

Ntah mengapa sangat berat untuk sekedar membiarkan Hana pergi ke rumah neneknya.

'Seperti akan melepas Hana'

Mungkin ini hanya perasaan oh Hani saja, karena beberapa hari ini Hana menginap dirumah neneknya.

"Bunda.. ayah sudah menungguku"
Protes Hana disela-sela sisiran yang sedang bundanya lakukan.

Oh Hani masih tidak memberi respon pada putrinya.
Ia masih ingin menyalurkan kasihnya pada tubuh mungil bersurai coklat gelap itu.

Sedangkan pribadi kai masih dibuat bingung karena perlakuan istrinya.
Pasalnya baru kali ini istrinya itu terlihat begitu berat untuk membiarkan putri mereka.

Single Mom Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang