03 ⚘ War Invitation Leads to Disappointment

36 7 3
                                    

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Sarapan bersama di ruang makan bersama Frost berjalan sempurna bagi Fioletta. Sang ratu sangat menikmati waktu sarapannya bersama sang raja. Sedikit candaan yang ratu lontarkan berhasil menarik sudut bibir sang raja. Walaupun sebentar, tapi Fioletta senang bisa membuat Frost tersenyum meski hanya seulas senyum tipis.

Namun kebahagiaan sederhana itu tidak berlangsung lama saat seorang prajurit berkata kalau ia dan sang raja sudah ditunggu oleh para petinggi di ruang pertemuan istana. Fioletta yang tidak tahu-menahu jelas penasaran. Ada hal penting apa sehingga para petinggi memanggil mereka ke ruang pertemuan?

Rasa penasaran Fioletta terjawab saat Perdana Menteri mengumumkan bahwa Veroxz mendapat permintaan bantuan dari Amer yang berisi kalau sang raja dan pasukannya diminta untuk turun tangan membantu Wilayah Amer yang tengah berperang.

Sebagai sekutu, tentu saja Frost tidak bisa menolak undangan itu. Ia harus turut membantu Amer di medan perang sebagai salah satu sekutu terbaik. Ia harus membuktikan kesetiaannya pada kerajaan yang khas dengan pohon maple-nya itu. Ya, Amer pun hanya memiliki satu musim, yaitu musim gugur.

Akan tetapi, yang menjadi kegelisahan Fioletta saat ini adalah ... kapan perang itu akan berakhir masih belum diketahui secara pasti. Perang yang terjadi bisa berhari-hari, bahkan berminggu-minggu lamanya. Jika selama itu, apakah ia sanggup tanpa Frost di sisinya? Apakah ia sanggup bertahan dari cibiran-cibiran dan gunjingan para warga istana tentangnya?

"Bagaimana, Yang Mulia? Anda harus segera memutuskan dan menyiapkan pasukan sesegera mungkin setelahnya. Biar saya yang mengirimkan surat balasan pada Raja Amer terkait Veroxz yang akan turut membantu di medang perang."

Frost menghela napas, dan mengangguk mantap setelahnya. "Baiklah, aku akan turun ke medan perang."

"Yang Mulia!" Ratu Fioletta berdiri dari duduknya dan menatap sosok sang raja tidak percaya. Ia menggelengkan kepalanya kuat. "Anda akan meninggalkan saya dan pergi ke medan perang begitu saja?! Tidak boleh! Kalau Anda tetap pergi, maka saya akan ikut!"

Bisik-bisik dan tatapan mencemooh yang ditujukan untuk Fioletta Verriz spontan memenuhi ruangan. Apa yang salah? Wajar kan kalau seorang istri mengkhawatirkan suaminya yang hendak pergi berperang? Apalagi belum diketahui secara pasti apakah kemenangan atau justru kekalahan yang akan mereka dapatkan. Belum diketahui secara pasti kapan perang itu akan berakhir, dan Fioletta tidak ingin ditinggal sendirian di istana sebesar ini bersama orang-orang yang membencinya. Ia tidak ingin ditinggal sendirian di istana bak neraka ini.

"Ya, saya harus pergi. Amer membutuhkan bantuan Veroxz, Yang Mulia Ratu. Saya harap Anda mau mengerti dengan keadaan ini. Saya berjanji akan membawa berita bahagia untuk Anda sekembalinya saya dari medan perang."

Walau sedikit ragu, tapi perkataan Frost berhasil menenangkan Fioletta. Ratu Verriz itu kembali duduk dengan tenang di tempatnya setelah membungkuk sopan dan meminta maaf karena telah mengganggu jalannya rapat. "Maafkan saya, silakan lanjutkan pembahasannya."

Sebenarnya Fioletta sendiri meragukan keberadaannya di ruangan yang berisi orang-orang tua dengan pemikiran kolot mereka itu. Untuk apa ia juga diundang kemari apabila keberadaannya saja seolah tidak dianggap oleh mereka? Bahkan ada yang terang-terangan menatap sinis padanya. Benar-benar memuakkan.

Lebih baik ia kembali ke kamar saja dan meminta Anna untuk menemaninya. Mengobrol dengan ditemani secangkir teh dan beberapa potong biskuit sepertinya tidak buruk. Apalagi langit sedang cerah hari ini. Sepertinya piknik sederhana di taman belakang istana juga ide yang bagus.

"Bagaimana Yang Mulia Ratu? Anda tidak keberatan bukan?"

Semua tatapan mata kini terarah pada Fioletta yang tampak baru saja tersadar dari lamunan dengan ekspresi wajah kebingungan. Jelas sang ratu tidak mendengarkan jalannya rapat, sehingga salah satu petinggi itu menjelaskannya.

"Kami sepakat bahwa Yang Mulia Raja diharuskan menikah lagi untuk menambah keturunan. Kami membutuhkan pewaris yang suatu saat bisa mewarisi tahta Veroxz dan memikul tanggung jawab kerajaan ini di pundaknya."

"A-apa? Menikah lagi?" Fioletta menatap tak percaya wajah-wajah yang berada di ruangan itu. Satu pun dari mereka tidak ada yang merasa bersalah karena telah berkata hal keji seperti itu di depannya. Bahkan sepertinya hanya ia yang tidak setuju dengan hal ini.

Apa-apaan dengan mencari istri baru?! Memangnya aku mau dimadu?!

"Tenang saja, Yang Mulia. Anda tetaplah Ratu kami, karena Anda adalah istri pertama Yang Mulia Raja."

Itu benar-benar tidak membantu sama sekali!

Fioletta menghela napas dan memberanikan diri menatap sang suami. Namun apa yang ia dapat? Kebungkaman Frost dan ekspresi datarnya membuat hati Fioletta seketika mencelos. Apakah sang raja menyetujui saran para petinggi tentang mencari istri baru untuk mendapatkan pewaris? Ternyata berada di Istana Veroxz bisa lebih dingin dari apa yang ia kira. Salju yang terus turun setiap harinya bahkan tidak bisa mengalahkan sifat dingin dan kejam orang-orang di dalam ruangan ini.

"Yang Mulia-"

"Saya menyetujuinya."

"Frost?! Kau-"

"Diamlah, Ratu Fioletta. Di mana sopan santun Anda saat berada di depan para petinggi?"

Pegangan Fioletta pada ujung meja di depannya menguat. Satu tetes air mata sudah turun dari kelopak matanya. Manik aquamarine itu kini telah basah oleh air mata sang ratu. Fioletta yang tidak tahan dengan rasa sesak dalam dadanya, memutuskan untuk meninggalkan ruang pertemuan tanpa pamit. Mengangkat gaun yang dikenakannya tinggi-tinggi sebelum berjalan cepat meninggalkan Frost dengan segala pikiran dan penyesalannya.

Mereka benar-benar jahat!

Anna, di mana kau Anna? Aku membutuhkanmu.

Fioletta Verriz menangis di sepanjang koridor istana. Ia tengah menuju ke arah kamarnya sekarang. Hatinya hancur, perasaannya hancur. Istri mana yang mau dimadu? Apalagi dengan alasan seperti itu. Ia tahu kalau kerajaan ini butuh pewaris. Akan tetapi, tidak adakah cara lain? Ia tidak rela membagi suaminya dengan orang lain. Meskipun seorang raja memang diperbolehkan menikah lebih dari satu kali, tapi tetap saja ia tidak rela.

Frost adalah suaminya.

Frost itu cinta dan pusat hidupnya.

Lantas, apakah ia sanggup jika ada orang lain yang hadir di tengah-tengah hubungan mereka?



Waduhh, aku kalau jadi Fioletta ya nggak akan sanggup 😭

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Waduhh, aku kalau jadi Fioletta ya nggak akan sanggup 😭

LA TENTATRICE ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang