•
•
•Hari demi hari terus berlalu dengan cepat. Tidak terasa sudah hampir satu bulan sejak kedatangan Amerta Brettavia di Istana Veroxz. Seluruh warga istana mulai terbiasa dengan kehadiran putri bungsu dari Raja Amer yang memang dikenal sangat ramah dan baik hati itu. Tanpa sadar, mereka juga mulai membanding-bandingkan Fioletta dengan Brettavia.
"Lihat! Nyonya Bretta sedang bermain dengan kucing liar. Astaga, bukankah mereka begitu lucu?"
"Wahh! Kau benar! Lihat itu! Nyonya bahkan rela sampai tidur-tiduran di rumput seperti itu hanya untuk bermain dengan si kucing!"
"Sangat berbeda sekali dengan Ratu Fioletta yang sehari-harinya cuma bisa memarahi kita bila ada kerjaan yang tidak sesuai dengan selera dan keinginannya."
"Ck! Jangan membahasnya! Aku bahkan heran dengan Anna yang sampai sekarang masih setia melayani Ratu dengan kepribadian buruk itu."
Lagi, dan lagi. Para pelayan itu tidak tahu kalau dibalik dinding tempat mereka bergunjing ada sosok sang ratu yang tengah mengepalkan kedua tangannya dengan rasa sesak memenuhi rongga dada. Awalnya Fioletta hendak lewat karena ia ingin ke dapur untuk membuat teh hangat untuk dirinya sendiri. Namun perkataan para pelayan yang membandingkan dirinya dan Bretta itu berhasil mengurungkan niatnya.
Kembali ia harus merasakan sakit hatinya dibenci oleh semua orang di istana ini karena sifat dan kekurangannya. Apakah seorang perempuan yang tidak bisa memiliki anak itu benar-benar sebuah kutukan? Jika iya, berarti Tuhan benar-benar jahat karena telah memberikan kutukan semengerikan ini padanya.
Semua orang sepertinya lebih senang dengan Bretta. Lalu bagaimana denganku?
-: ⚘ :- -: ⚘ :-
"Kabar gembira! Selamat, Yang Mulia. Anda akan menjadi seorang Ayah."
Kabar yang muncul pada siang hari itu bagai sebuah petir yang berhasil menghancurkan benteng kokoh seorang Fioletta Verriz. Tangis yang sedari tadi ditahan pun akhirnya pecah. Fioletta tertawa kecil sambil menahan isakannya saat melihat Frost begitu senang hingga memeluk Bretta yang masih terbaring lemas di atas ranjang wanita itu.
Semua orang terlihat bahagia, kecuali ia yang malah terluka dan memilih menjauhkan diri dari mereka yang tengah berbahagia menyambut kedatangan sang calon pewaris di perut Brettavia.
Anna yang selalu berada di samping sang ratu melihat semuanya. Ekspresi wajah terkejut dan amarah bisa ia lihat dengan jelas dalam wajah Fioletta. Ia tahu seberapa hancurnya perasaan wanita itu sekarang. Untuk itulah ia memilih menyusul kepergian sang ratu daripada tetap berada di ruang kamar Brettavia. Meskipun nanti ia tidak bisa melakukan apa-apa selain menjadi tempat curahan hati sang ratu yang malang.
"Yang Mulia ..."
"Pergilah, Anna. Kenapa kau malah menyusulku kemari?"
Tidak ada isakan tangis dan lelehan air mata. Ke mana hilangnya ekspresi sedih dan kecewa sang ratu saat masih berada di dalam kamar Brettavia tadi? Yang ada hanyalah tatapan kosong dengan tetesan darah yang mengalir dari genggaman tangan. Anna membuka paksa genggaman tangan Fioletta dan mendapati bunga mawar beserta tangkai berdurinya yang sudah tidak terbentuk berada di sana. Di atas telapak tangan sang ratu yang berlumuran darah.
"Yang Mulia, Anda sudah gila?! Kenapa Anda malah menyakiti diri Anda sendiri seperti ini?!"
Fioletta bungkam. Ia hanya memerhatikan gerak-gerik pelayan pribadinya yang tengah sibuk mengelap darah di telapak tangannya dengan pakaian perempuan itu. Beberapa tangkai bunga mawar berduri yang sengaja ia remas kuat itu pun sudah Anna buang.
"Memangnya kenapa, Anna? Ini bahkan tidak terasa sakit sama sekali."
Anna menggigit bibir bawahnya kuat, masih sambil membersihkan luka sang ratu. Netra hitamnya mulai berkaca-kaca. Kenapa sang ratu malah bersikap sok tegar begini, sih? Kan ia jadi ikut sedih dan ingin menangis.
Tes ... tes ... tes!
"Ya-yang Mulia. Saya malah lebih suka kalau Anda marah-marah daripada diam dengan tatapan kosong seperti ini." Air mata yang sedari tadi sudah menggenang di pelupuk mata, kini akhirnya terjatuh dengan bebas. Anna menangis tanpa suara.
"Bretta beruntung sekali, ya? Belum genap satu bulan di sini, dia sudah dikaruniai seorang anak. Ternyata memang benar kata tabib, akulah yang bermasalah di sini sehingga Frost tidak kunjung punya keturunan selama menjalin pernikahan denganku."
Anna tidak bisa berkomentar apapun. Ia hanya mengelus punggung sang ratu untuk menenangkannya.
"Sebenarnya kesalahan apa yang aku lakukan di masa lalu sehingga Tuhan menghukumku seperti ini, Anna? Katakan, kesalahan apa yang telah kuperbuat?"
Anna menggeleng. "Saya tidak tahu, Yang Mulia. Berhentilah menyalahkan diri Anda sendiri."
"Semua orang sedang berbahagia karena menyambut calon pewaris mereka, Anna. Bahkan Frost tampak sangat bahagia tadi hingga memeluk dan mencium kening Bretta di depan semua orang. Hah ... sakit sekali hatiku dibuatnya."
"Sudah Yang Mulia, sudah. Sekarang kita masuk, yuk? Lihat, salju di Veroxz semakin tebal saja hari ini."
Fioletta mengikuti arah telunjuk Anna, dan memang benar. Salju terus turun hingga menutupi sebagian keindahan taman bunga istana. Bunga mawar yang ia petik tadi pun sudah tertimbun oleh salju. Sepertinya cuaca hari ini sedang berpihak padanya. Musim dingin di Kerajaan Veroxz terasa semakin dingin. Berikut dengan hati sang ratu yang kembali tersakiti.
"Salju itu tahu kalau Ratu mereka tengah bersedih, Anna. Terima kasih karena sudah menemaniku di sini." Seulas senyum tipis terlukis di bibir merah Fioletta yang sedikit pucat siang itu.
Usai menenangkan diri di taman istana, sang ratu pun kembali ke kamarnya dan memilih untuk menutup diri dari dunia luar sejenak. Berusaha tegar dengan semua takdir yang tidak pernah berada di pihaknya.
•
•
•Woy! Part ini kok nyesek banget, sih? Kasian Fioletta😭😭😭
Udah mana diklaim nggak bisa punya anak. Eh, sekarang malah dapat kabar kalau istri kedua suaminya hamil. Nggak hancur gimana itu perasaan Fioletta si istri pertama🤧
KAMU SEDANG MEMBACA
LA TENTATRICE ✔
Fantasy[𝐋𝐞 𝐋𝐚 𝐋𝐞𝐬 𝐒𝐞𝐫𝐢𝐞𝐬 #𝟎𝟏] Genre : Fantasy - Romance Tema : Heartbreak, Kingdom ⚠ [𝗖𝗢𝗠𝗣𝗟𝗘𝗧𝗘𝗗] ⚠ Follow dulu, dong! Hargai penulis dengan memberikan vote dan komentarmu. Selamat membaca♡ ˚☂︎࣪⋅ 。\ | /。˚☂︎࣪ 。\ | / 。˚☂︎࣪࣪⋅ . Fiole...