13 ⚘ Pain and the Last Letter

27 7 1
                                    

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Fioletta menyambut kepulangan Frost dengan senang saat laki-laki itu mengunjunginya ke dalam kamar. Dengan senyuman lebarnya, Fioletta mendekat dan berniat memeluk sang raja. Namun apa yang dia dapat?

"Ohh, Yang Mulia! Anda sudah pulang?"

Plak!

Sebuah tamparan.

Fioletta jatuh terduduk karena saking kerasnya tamparan itu. Manik aquamarine miliknya melebar, badannya gemetar. Ia mendongak dan mendapati kemarahan besar Frost di sana.

"Apa yang kau lakukan pada Bretta dan calon anakku?"

"A-apa?" Fioletta menggeleng cepat saat menyadari ke mana arah pertanyaan Frost. "Bukan saya pelakunya, Yang Mulia! Saya tidak tahu apapun!"

"Bohong. Jelas-jelas kau yang meminta Anna untuk memberikan teh hijau itu saat jamuan makan siang kalian. Teh hijau itu sudah kau campurkan racun yang membuat Bretta pendarahan, 'kan?"

"Itu tidak benar!"

"Morris juga sudah menyelidikinya, dan dia menemukan botol racun itu ada di ruang kerjamu, Fioletta. Mau mengelak bagaimana lagi?"

"Sa-saya ..." Bibir Fioletta terkatup rapat. Air mata yang sedari tadi ditahannya jatuh. "Saya sama sekali tidak tahu tentang botol itu!"

"Bohong. Lagi-lagi kau berbohong." Frost menatap sang ratu yang masih terduduk di lantai itu dengan tatapan datarnya. "Morris! Seret pelayan pribadi Ratu Fioletta dan bawa dia kemari!"

Morris yang memang berada di ambang pintu kamar sang ratu mengangguk. Memanggil Anna untuk dimintai keterangan. Pun ketika Anna sudah sampai di kamar Fioletta bersama Morris, perempuan itu hanya menunduk dan tidak berani bertukar tatap dengan sang ratu.

"Anna, apakah benar Ratu Fioletta yang memintamu memberikan teh hijau itu pada Lady Bretta?"

"Benar, Yang Mulia."

Fioletta melebarkan matanya, menatap bengis pada sosok sang pelayan pribadi sebelum berdiri dan memberikan tamparan pada Anna.

Plak!

"Kau bersekongkol dengan Nenek Sihir itu?" tekannya.

Plak!

"Apa alasanmu sampai tega mengkhianatiku, Anna?! Katakan!"

Plak!

"KATAKAN, ANNA! KATAKAN!"

"Cukup." Frost mencekal pergelangan tangan Fioletta dengan kuat begitu melihat Anna sudah babak belur karena tamparan keras dari sang ratu. "Kau benar-bener keterlaluan, Fioletta."

"Tapi saya tidak melakukannya, Yang Mulia! Saya difitnah!" Air mata terus turun dari netra aquamarine Fioletta Verriz. Napasnya memburu menatap sang pelayan pribadi dari balik tubuh Frost. Anna sudah dijauhkan dari jangkauannya oleh Morris.

LA TENTATRICE ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang