12 ⚘ Warfare Begins and Cheap Poison

22 7 1
                                    

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Beberapa hari kemudian. Istana Veroxz tampak lenggang karena sebagian prajuritnya sedang simulasi perang di bukit yang tidak jauh dari istana. Tidak hanya para prajurit, tapi Frost pun turut serta untuk memantau langsung jalannya latihan. Biasanya latihan ini dilakukan rutin tiga bulan sekali. Program latihan ini baru ada semenjak Frost Verriz menjabat sebagai raja.

Selain untuk melatih kemampuan para prajurit, latihan ini juga diperuntukkan untuk berjaga-jaga apabila perang benar terjadi, maka mereka sudah siap sedia bertempur. Salju yang turun juga tidak sepadat hari-hari sebelumnya, jadi cuacanya sangat mendukung.

Jadi sekarang tinggallah Ratu Fioletta dan Lady Brettavia saja di ruang makan istana. Kedua istri Frost itu tengah sarapan bersama. Saling diam, tanpa ada pembicaraan. Namun tatapan penuh permusuhan itu tak bisa berbohong.

"Yang Mulia, teh Anda."

Fioletta menerima segelas teh hijau yang disuguhkan Anna padanya. Menyeruput cairan cokelat itu dengan gerakan anggun dan tenang.

"Nyonya Bretta, saya juga menyiapkan teh untuk Anda. Teh hijau ini minuman kesukaan Yang Mulia Ratu. Saya yakin Anda pasti juga akan menyukainya."

Brettavia tersenyum manis dan menerima pemberian Anna dengan senang hati. "Terima kasih, Anna."

"Sama-sama, Yang Mulia. Saya izin undur diri terlebih dahulu." Anna meninggalkan ruang makan setelah mengantarkan teh hijau tersebut. Kembali membiarkan kedua majikannya makan dengan tenang tanpa ada yang mengganggu.

Sementara Fioletta? Jangan ditanya, sang ratu hanya menikmati teh miliknya dalam diam tanpa memedulikan interaksi Brettavia dan Anna.

"Wahh! Teh hijau ini benar-benar enak. Pantas saja Yang Mulia Ratu begitu menyukainya."

Fioletta tersenyum sombong. "Tentu saja. Teh hijau itu dipesan dari tempat yang sangat jauh, dan Frost sendiri yang selalu memesankannya untukku." 

"Sepertinya Yang Mulia Raja sangat menyayangi Anda, ya." Bretta berujar setelah menghabiskan secangkir teh hijau pemberian Anna padanya. "Namun, apakah Yang Mulia Raja akan tetap seperti itu jika mengetahui kalau Yang Mulia Ratu melakukan percobaan pembunuhan pada calon anaknya?"

Kening Fioletta mengerut dalam mendengar kalimat ambigu yang diucapkan oleh Brettavia. "Apa maksudmu?" tanyanya.

Brettavia menggeleng, meletakkan cangkir teh yang sudah kosong itu di atas meja. "Saya hanya membual, Yang Mulia. Tidak mungkin orang sebaik Anda akan melakukan hal keji seperti itu, bukan?"

"Heh! Kau ini benar-benar aneh, Bretta. Tentu saja aku tidak akan melakukan hal seperti itu. Sebenci-bencinya aku padamu, aku tidak akan melakukan hal rendahan seperti itu."

"Baguslah. Saya jadi tenang."

Fioletta Verriz berdecih. Kedua wanita yang sifatnya sangat bertolak belakang itu segera menghabiskan hidangan mereka dengan cepat. Tidak ada lagi percakapan yang terjadi setelahnya. Karena baik Fioletta maupun Brettavia ingin cepat-cepat keluar dari ruang makan yang membuat keduanya tidak nyaman pada satu sama lain tersebut.

-: ⚘ :- -: ⚘ :-

"CEPAT PANGGILKAN TABIB!"

"NYONYA BRETTA MENGALAMI PENDARAHAN!"

Istana Veroxz dibuat gempar sore itu saat dua orang pelayan mendapati Brettavia sudah tergeletak bersimbang darah di lantai kamarnya. Wajah putri bungsu dari Kerajaan Amer itu juga tampak pucat.

"Apa yang terjadi?" Morris, juru bicara andalan Frost itu masuk dan langsung memerintahkan tabib untuk segera memeriksa Brettavia.

"Saya tidak tahu, Yang Mulia. Saya dan teman saya tadinya ingin mengantarkan teh hijau pesanan Nyonya Bretta. Namun kami malah menemukannya sudah tergeletak dengan darah yang keluar dari sela-sela kakinya."

Morris mengangkat sebelah alisnya. "Teh hijau?"

Pelayan tersebut mengangguk. "Iya, teh hijau. Beliau bilang kalau tadi sempat diberikan teh hijau oleh pelayan pribadi Yang Mulia Ratu. Katanya rasa teh itu sangat enak, dan beliau meminta saya untuk membuatkannya juga. Sepertinya beliau sedang mengidam."

"Bawa teh itu kemari."

Pelayan itu mengangguk lagi dan memberikan segelas teh hijau yang masih panas tersebut pada Morris. Sang juru bicara itu mengeluarkan sendok perak dari dalam saku jasnya, lalu mencelupkan sendok itu pada teh hijau tersebut. Warna sendok itu langsung berubah menjadi cokelat. Semua orang yang berada di dalam ruangan itu jelas saja terkejut. Mereka tahu apa yang sedang terjadi pada Brettavia. Wanita itu diracuni.

"Ya, teh ini beracun." Tabib istana berujar setelah memeriksa sendiri minuman tersebut. "Tapi jangan khawatir, Nyonya Bretta dan calon bayinya tidak apa-apa. Racun itu memang berbahaya apabila calon ibu memiliki riwayat penyakit bawaan dan kandungannya lemah. Syukurnya Nyonya Bretta adalah wanita yang sehat, dan kandungannya juga kuat."

"Aku akan tetap mengusut kasus ini. Bagaimanapun, nyawa sang calon pewaris hampir melayang hari ini. Jika Yang Mulia Raja sampai tahu, beliau pasti akan sangat marah."

"Ta-tapi saya tidak tahu apa-apa! Saya sudah membuat teh hijau itu sesuai dengan arahan dari kepala koki istana. Saya tidak tahu kalau teh hijau itu beracun!" Pelayan yang membawakan teh hijau untuk Brettavia itu berujar, mencoba membela dirinya.

"Kita akan selidiki itu nanti."

Morris berkata dengan tenang. Ia memerintahkan beberapa prajurit untuk mengikutinya ke dapur. Ia harus mulai dengan menginterogasi kepala koki istana. Karena tidak mungkin kalau kepala koki akan seteledor ini sehingga membiarkan racun murahan seperti itu memasuki wilayahnya.

"Tabib, tolong rawat Nyonya Bretta sementara aku akan menyelidiki kasus ini hingga ke akar-akarnya. Kalian semua yang ada di sini, jangan sampai berita ini menyebar ke mana-mana. Tutup dan kunci mulut kalian rapat-rapat."

Semua orang yang ada di kamar itu mengangguk. Tidak berani membantah ataupun melanggar perintah. Karena sama seperti racun, berita seperti ini akan cepat menyebar dan bisa saja menimbulkan fitnah.

Namun sepandai-pandainya bangkai ditutupi, baunya pasti akan tercium juga. Berita tentang Brettavia yang keracunan hingga mengalami pendarahan sampai ke telinga Frost yang tengah melatih para prajurit untuk simulasi perang.

Sang Raja Veroxz itupun segera memacu kudanya meninggalkan bukit tempat latihan dan kembali ke istana. Kemarahan tampak jelas dalam tatapan matanya. Akan tetapi, bukan Brettavia yang menjadi tujuan awal Frost begitu sampai di istana, melainkan sang ratu, Fioletta Verriz.

"Ohh, Yang Mulia! Anda sudah pulang?"

Plak!



Waduhhh! Fiks ini mah si Fio yang bakalan kena😭

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Waduhhh! Fiks ini mah si Fio yang bakalan kena😭

LA TENTATRICE ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang