09 ⚘ Brettavia's Side and the King's Regret

27 7 5
                                    

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Sebenarnya aku cukup kesal dengan sikap Ratu Fioletta yang dengan terang-terangan mengejekku di aula istana tadi. Namun aku memilih diam karena malas meladeni sikap kekanak-kanakannya. Aku saja sampai heran kenapa yang mulia raja mau memperistri wanita seperti Fioletta Verriz.

Hah ... sebenarnya aku juga tidak ingin menjadi istri kedua sementara aku tengah berbadan dua.

Jangan terkejut begitu. Aku memang dalam kondisi mengandung saat ayahku yang tidak tahu diri itu malah memberikan misi untuk mencari tahu kelemahan Frost Verriz dengan menumbalkanku sebagai istrinya. Aku sudah menolak mentah-mentah, bahkan percobaan bunuh diri pun sudah kulakukan, tapi ayah tetap pada keputusannya.

Jika aku tidak ingat dengan ayah dari bayi yang tengah kukandung ini, mungkin aku akan benar-benar bunuh diri daripada mengikuti perintah ayahku yang gila akan harta dan jabatan.

Aku adalah salah satu dari sekian banyak korban kegilaannya. Ketiga kakak-kakakku yang lain juga sama halnya denganku. Hidup yang mereka jalani sekarang tidak lepas dari keegoisan ayah kami, dan aku tidak ingin hal itu juga terjadi padaku.

Namun apalah daya, aku tidak bisa membantah saat ayahku mengancam akan membunuh Jeremy Croixer, ayah dari bayi yang berada dalam kandunganku. Aku sangat mencintai Jeremy lebih dari apapun di dunia ini.

"Yang Mulia, makanan Anda sudah siap."

Suara seorang pelayan berhasil membuat Brettavia tersadar dari lamunan singkatnya. Wanita itu mengangguk sebelum berdiri dan berjalan menuju meja kecil di sudut ruangan yang sudah terisi beberapa macam hidangan khas Veroxz. Musim dingin yang menyelimuti wilayah ini membuat Brettavia harus sesekali merapatkan mantel yang dipakainya. Berbeda dengan Amer yang hangat, cuaca di Veroxz jelas sangat dingin, dan ia harus membiasakan diri dengan hal itu sekarang.

"Pergilah. Aku akan membereskan makanan ini sendiri nanti," tutur Bretta, mengusir halus sang pelayan dari kamarnya.

Pelayan itu hanya mengangguk dan membiarkan majikan barunya itu sendirian di kamar besar tersebut. Kamar yang ditempati Brettavia memang tak sebesar milik Frost dan Fioletta, tapi isi di dalamnya cukup mewah mengingat ia merupakan pendatang baru di Veroxz. Frost belum ada niatan membuatkan kamar untuk Bretta, mungkin ia harus memintanya sendiri nanti. Atau ia bisa merenovasi kamar ini dan memperluasnya.

"Wahh, hidangan di sini sangat enak ternyata."

Tidak bisa dipungkiri, terlepas dari cuacanya yang selalu diselimuti oleh salju, Veroxz punya keunikan sendiri dalam menyajikan makanannya. Seperti white bread yang dipanggang dengan lelehan cokelat sebagai isinya ini. Begitu enak saat lembutnya cokelat dan gurihnya roti bercampur menjadi satu di dalam mulut. Belum lagi teh hijau dengan gula batu yang ia minum kali ini. Aroma tehnya sudah bisa ia cium dari pintu kamar saat pelayan tadi membawakannya.

"Sayang, bagaimana kuenya? Enak tidak?" tanya Brettavia pada jabang bayi di dalam perutnya.

Tidak ada pergerakan, tapi Bretta yakin kalau si kecil di dalam sana pasti menyukainya. Usia kandungannya masih seumur jagung, baru tiga minggu. Jadi ia harus berhati-hati supaya orang-orang di sini tidak curiga kalau ia sudah berbadan dua. Bisa hancur semua rencananya untuk menyelidiki Frost apabila ia diusir dari istana ini sebelum mendapatkan informasi apa-apa.

-: ⚘ :- -: ⚘ :-

Jika Brettavia tengah sibuk dengan hidangannya, berbeda dengan Frost yang kini justru tengah sibuk memerhatikan Fioletta yang sedang makan. Sesuai permintaan sang ratu di aula tadi, kini ia tengah menemaninya makan. Fioletta tampak begitu lahap memakan hidangan yang telah disediakan oleh koki istana mereka. Ia bahkan sudah merasa kenyang hanya dengan melihat istrinya makan.

"Uhuk!"

Frost terkesiap, dan cekatan memberikan segelas air pada Fioletta yang langsung diminum wanita itu dengan cepat. "Pelan-pelan, tidak akan ada yang meminta makanan itu darimu." Kedua alis Frost menukik tajam saat mendapati cengiran lebar dari istrinya.

"Maaf, tapi makanan ini memang sangat enak, Yang Mulia. Saya jadi tidak bisa berhenti untuk terus mengunyahnya." Fioletta berujar sembari terus memasukkan makanan dalam mulut kecilnya.

"Porsi makanmu bertambah dua kali lipat daripada biasanya. Tumben sekali."

Fioletta mengangkat kedua bahunya. "Mungkin karena saya habis pingsan seharian kemarin, jadi butuh asupan yang banyak. Terlebih saya sudah kebanyakan makan hati karena kedatangan tamu tak diundang."

Frost terdiam setelah mendengar kalimat penuh sindiran dari sang istri. "Fioletta, aku minta maaf."

"Wahh! Ayam panggang buatan koki istana memang juaranya!"

Frost menghela napas. Ia paham, tidak mungkin Fioletta akan memaafkannya begitu saja. Selalu ada konsekuensi dan risiko dari setiap perbuatan yang telah dilakukan. Ia akan menerimanya dengan lapang dada, karena di sini ialah yang bersalah.

Fioletta sendiri sebenarnya memang sengaja berlaku demikian. Ia malas saja jika Frost kembali meminta maaf setelah semua yang terjadi. Ia kesal karena laki-laki itu tidak bisa tegas dalam menghadapi suatu persoalan. Entah kenapa ia jadi teringat kalau Frost pun telah menyetujui permintaan para petinggi yang memintanya untuk mencari istri baru lagi demi mendapatkan seorang pewaris.

"Makanlah, Yang Mulia. Saya di sini meminta Anda untuk makan bersama saya. Bukan sekadar melihat ataupun hanya menemani saya makan."

Tanpa banyak bicara, Frost menurut dan mulai memakan hidangan miliknya. Laki-laki yang merupakan Raja Veroxz keempat itu tengah berada di posisi yang sulit. Di satu sisi, ia sangat menyayangi Fioletta yang sudah menemaninya selama dua tahun terakhir. Namun di sisi lain, kekurangan Fioletta dan desakan para petinggi yang menuntutnya untuk segera mendapatkan pewaris itulah yang membuat ia bimbang. Yang berakhir malah memilih untuk memperistri Amerta Brettavia demi mendapatkan keturunan yang berasal dari darah dagingnya sendiri.

Fioletta tidak salah. Kekurangan wanita itu bukanlah kesalahan karena Tuhan telah menciptakan setiap hambanya dengan kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Di sini, ialah yang paling pantas disalahkan untuk semua hal yang terjadi di kerajaan ini.

"Jangan pernah menyalahkan diri Anda sendiri, Yang Mulia. Salahkan saja Tuhan yang telah menggerakkan semua sandiwara ini dengan kuasanya."



Wahahaha! Part ini bener-bener bikin aku greget sendiri, sumpah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Wahahaha! Part ini bener-bener bikin aku greget sendiri, sumpah. Nggak Brettanya, Fiolettanya, Frostnya. Mereka bertiga sama aja!

LA TENTATRICE ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang