RIZWAN

129 10 1
                                    


“bertahanlah, mungkin akan sedikit lama lagi,tapi.... tapi jika hari itu datang, aku akan pastikan mereka yang pernah menyakitimu akan lenyap”

Senyum lembut terukir indah di wajahnya yang tegas

Ssshhhhsss~~~

Sesosok itu menghilang bersamaan angin yang berhembus dari sela-sela pintelasi

' aku selalu menyayangimu '

...

Di dalam kamar rawat inap dengan pencahayaan remang-remang, Perlahan-lahan sepasang kelopak mata itu terbuka, menampilkan sepasang manik sapphire yang begitu indah, Menatap kosong ke arah plafon

' siapa dia~ '

' suara itu begitu familiar di dalam benakku '

' perasaan ini, terasa tidak asing '

' Abang....zaf~, aku jadi rindu padamu '

Setelah itu sepasang kelopak matanya kembali menutupi keindahan manik sapphire

Rizwan kembali tidak sadarkan diri

******

Seminggu semenjak Rizwan di temukan dalam kondisi memprihatinkan dan langsung dibawa ke hospital untuk mendapatkan pertolongan pertama

Dalam waktu seminggu itu juga, di tengah-tengah kesibukan sebagai ketua teras inviso, Djin selalu menyempatkan diri untuk menjenguk Rizwan yang belum sadarkan diri

Jam menunjukkan pukul setengah dua belas malam

Setelah menyelesaikan pekerjaannya dan mengirimkannya ke Database M.A.T.A

Djin berjalan santai di lorong hospital M.A.T.A, tujuan selanjutnya adalah Rizwan

Tinggal beberapa langkah lagi,Djin akan sampai ke tempat tujuannya

Tiba-tiba langkahnya terhenti, samar-samar terdengar suara raungan kesakitan dari dalam kamar Rizwan

Dengan segera Djin mengambil langkah tergesa-gesa menuju pintu kamar Rizwan

Cklek!!!

Pintu kamar terbuka

Djin menatap ke arah satu-satunya kasur di kamar ini

Bisa ia lihat, keponakannya
meringkuk kesakitan di atas kasur dengan tangannya yang meremas kuat kepalanya yang berbalut perban

Selang infus yang melekat pada tangan Rizwan sudah terlepas mengakibatkan darah keluar berceceran di lantai kamar

Dengan tatapan horor, Djin segera mendekati Rizwan, ia juga menekan tombol darurat yang tersedia di kamar ini

***

Djin yang sedari tadi mendekap erat tubuh ringkih Rizwan mulai merasa kewalahan, disebabkan Rizwan yang terus memberontak meminta untuk dilepaskan

Pintu kamar kembali terbuka lebar memperlihatkan ketua teras Tecno,Ejen Dayang bersama beberapa perawat dibelakangnya

“Dayang!, Cepat tangani Rizwan!” ucap Djin,dalam keadaan panik dan kewalahan

Dayang yang sudah ada di samping kasur, segera meminta perawat di sebelahnya untuk memberikan suntik bius padanya

Dengan perlahan tapi pasti keadaan Rizwan mulai tenang, obat bius itu bekerja dengan cepat membuat Rizwan tidak memiliki tenaga untuk memberontak dan kegelapan kembali merenggut kesadarannya

Djin menghela nafas lega setidaknya keponakannya sudah tenang dan kembali beristirahat dengan nyenyak walaupun harus menyuntikkan obat bius terlebih dahulu

Djin melangkah mundur untuk memberikan ruang bagi perawat yang ingin membereskan kekacauan yang terjadi

Srett....

Dayang memegang lengan Djin dan membimbingnya, lebih tepatnya menyeret pergelangan tangan djin untuk dibawanya keluar dari ruangan

“apa yang terjadi dengan Rizwan sayang?, Kenapa dia seperti itu?” tanya Dayang setelah mereka berada di luar ruangan Rizwan

“hah~, harusnya saya yang menanyakan ini pada awak”
Keluh Djin

“ishh, jawab je lah!”
Geram Dayang

Djin meraup kedua belah pipi tembem Dayang dengan kedua tangannya

“oke,oke, saya akan jawab, tapi sebenarnya....... saya tidak tahu apa yang harus saya katakan, sebab saya pun tidak melihat kejadian dari awal” jujur Djin

Hah~ dayang menghela nafas lelah

Tadi ia baru saja keluar dari ruang operasi setelah membedah salah satu Ejen yang terkena racun cukup mematikan yang didapatkan dari menjalani misi

Ia awalnya berniat segera pulang ke rumah untuk mengistirahatkan dirinya

Tapi tiba-tiba saja perawat datang menghampirinya, mengatakan ada panggilan darurat dari alarm di kamar nomor 17

Tanpa menghiraukan perasaan lelah yang menimpa tubuhnya tadi, Dayang segera berlari menuju kamar nomor 17 yang berada cukup jauh dari posisinya sekarang

Dalam hatinya berharap-harap cemas, ia takut terjadi sesuatu pada Rizwan

Detak jantungnya berdetak semakin kencang saat ia mendengar suara Rizwan yang bergema berteriak kesakitan

Pintu kamar segera ia buka dan bisa ia lihat dengan jelas,sedikit demi sedikit air mata yang sedari tadi ia tahan akhirnya tumpah melihat Rizwan yang terus memberontak dalam dekapan Djin disertai raungan kesakitan dan air mata yang mengalir deras dari kedua manik sehitam malam dengan sedikit kebiru-biruan yang membuat mata itu terlihat begitu indah

***

Dayang memeluk tubuh Djin erat dan menumpahkan air matanya di dada bidang kekasihnya

Djin balas memeluk Dayang sama eratnya

Jika di lihat mereka berdua bagaikan orang tua kandung Rizwan yang tengah mengkhawatirkan kondisi anak mereka

Setelah puas menangis, Dayang melepas pelukannya lalu menarik tangan Djin untuk masuk ke dalam kamar rawat Rizwan

Kini hanya ada mereka bertiga dengan Rizwan yang masih terlelap

Para perawat sudah kembali ke habitat mereka masing-masing

Dayang duduk di kursi sebelah ranjang Rizwan, sedangkan Djin berdiri di samping Dayang dengan tangan kirinya yang senantiasa bertengger manis di pundak Dayang

“kembalilah ke rumah, kau perlu istirahat sayang, untuk Rizwan.... biarkan aku yang menjaganya”
Bujuk Djin untuk kesekian kalinya

Akhirnya dayang menuruti permintaan Djin, sebelum pergi, Dayang menyempatkan mengecup kening Rizwan,agak lama

“cepat sembuh anak mommy” bisik Dayang tepat di depan telinga Rizwan

***

Okelah dh cukup 799 kata
Nanti lanjut lagi

Note: warna mata Rizwan terkadang bisa berubah menjadi warna sebiru laut

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 22 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

EJEN ALI (Separate Twins) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang